Share

Bab 2

Kamal yang saat ini telah menjadi Alzio mulai mencerna situasi yang ada di sini. Agar lebih mudah, mulai sekarang kita akan memanggil Kamal sebagai Alzio.

Terlihat si pelayan pribadi dengan wajah khawatirnya berdiri di samping kasurnya. Para pelayan wanita pun berdiri di sudut kamar memperhatikan pangeran mereka dengan raut wajah serupa dengan pelayan pribadi. Tak lama kemudian terdengar sebuah suara hentakkan kaki yang menuju ke arah kamar tersebut.

“Zio!” teriak seorang wanita paruh baya yang langsung memeluk Alzio.

‘E-eh? Si-siapa wanita ini?’ batin Alzio penuh tanda tanya.

Wanita itu memiliki rambut hitam dan mata biru yang sama persis dengan milik Alzio. Siapa lagi kalau bukan ibu kandung Alzio, Ratu saat ini—Adelaide. Ia memandangi anak kesayangannya itu dengan penuh kekhawatiran sambil mengusap wajah putranya yang tampak begitu pucat.

“Ibu dengar Dokter Kerajaan datang ke Istanamu, karena itu Ibu sangat khawatir,” ucap Adelaide sambil menatap lekat Alzio sambil mengeluarkan sedikit air mata.

‘I-Ibu? Ah berarti ia adalah Ratu saat ini,’ batin Alzio.

Alzio merasa canggung dengan suasana ini. Ia tak tahu harus berbuat apa. Namun, pada akhirnya ia pun membalas pelukan sang Ibu. Sudah lama ia tak merasakan kehangatan seperti ini. Setelah itu, Adelaide menanyakan kondisi Alzio saat ini kepada Dokter Kerajaan. Sang Dokter menjawab kalau Alzio baik-baik saja walaupun ingatannya sedikit hilang.

“Apa? Hilang ingatan? B-Bagaimana mungkin?!” Adelaide begitu syok mendengarnya. Ia pun kembali mengusap wajah anak lelakinya tersebut.

“I-Ibu?” ucap Alzio dengan nada canggung.

“Iya, Nak! Aku Ibumu! Adelaide! Kau ingat?” Adelaide menjawab dengan sangat keras.

‘Bagaimana aku bisa mengingatnya? Ini pertama kalinya aku ada di sini. Sepertinya aku harus memastikan terlebih dahulu, sekarang aku ada di alur yang mana ...’ batin Alzio.

“I-Ibu, s-sekarang umurku berapa, ya?” tanya Alzio. Tentu saja semua orang yang ada di kamar itu terkejut. Sebenarnya separah apa Alzio kehilangan ingatannya. Itulah yang mereka pikirkan.

“Besok kau sudah berumur delapan belas tahun, Ibu juga sudah menyiapkan pesta untuk perayaan kedewasaanmu. Apa lebih baik Ibu tunda saja,ya?” jawab Adelaide dengan penuh kekhawatiran.

Mendengar jawaban itu tentu saja Alzio sedikit terkejut. Di novel tersebut dimulai ketika hari pertunangan antara Alzio dan Charlotte sang pemeran utama wanita. Saat itu Alzio sudah berumur dua puluh satu tahun. Itu artinya saat ini, alur di dalam novel ini belum dimulai. Tentu saja mengetahui hal tersebut membuat Alzio sangat senang pastinya.

‘Aku bisa mempersiapkan banyak hal sebelum alur di dalam novel itu dimulai,’ batin Alzio.

Alzio pun memancarkan senyumannya dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Jadi, tidak masalah jika perayaan kedewasaannya tetap dirayakan besok. Adelaide pun senang dan lega ketika mendengarnya.

‘Oh, ngomong-ngomong aku baru menyadarinya. Orang tadi, yang kupanggil kakek ternyata sangat tampan,’ batin Alzio sambil melirik ke arah pelayan pribadinya.

“Ibu, siapa dia?” tanya Alzio sambil menunjuk ke arah pelayan tersebut.

“Ah, dia ... dia itu Haniel, pelayan pribadimu,” jawab Adelaide.

‘A-Apa?! H-Haniel yang itu?!’ batin Alzio.

Haniel Angelo, putra dari keluarga Count yang sudah bangkrut karena itu ia memutuskan untuk menjadi pelayan pribadi Pangeran kedua. Namun, sebenarnya sebelum ia menjadi pelayan pribadi Alzio, ia adalah seorang kesatria muda yang berjasa dalam perang sebelumnya.

‘Aku masih heran kenapa dia memilih berhenti menjadi kesatria dan malah menjadi pelayan pribadi dari pangeran yang lemah,’ batin Alzio heran.

“B-Begitu ya,” jawab Alzio.

Haniel menatap ke arah Alzio. Alzio yang menyadari hal itu merasa risih. Karena tanpa ia sadari tiba-tiba muncul seperti kerlap-kerlip yang berada di sekitar Haniel. Wajah Haniel memanglah tampan dan ia pun masih berusia tiga puluh tahunan.

‘Wah silau,’ batin Alzio.

Tiba-tiba Haniel menyarankan sebuah usul. Bagaimana jika Alzio diajak berkeliling Istana terlebih dahulu sebelum perayaan kedewasaan esok hari dimulai. Mungkin saja ingatan Alzio perlahan akan kembali seperti semula. Adelaide menyetujui saran tersebut.

***

Tiba di koridor Istana, Alzio dengan rombongan pelayan di belakangnya mulai berkeliling Istana. Namun, sebenarnya ia merasa risih karena diikuti oleh banyak pelayan di belakangnya.

“Haniel, bisakah hanya kau seorang yang menemaniku?” tanya Alzio dengan wajah malas. Melihat ekspresi Alzio barusan Haniel sedikit terkejut. Tak lama kemudian para pelayan mulai pergi meninggalkan mereka berdua.

“Jadi, kita mau kemana?” tanya Alzio.

Haniel menyarankan agar mereka pergi ke perpustakaan karena Pangeran Alzio yang asli sering menghabiskan waktunya di sana dengan membaca banyak buku.

“Ditolak, aku sudah muak membaca banyak buku!" jawab Alzio dengan ketus.

“E-Eh ... Bagaimana kalau ke taman di Istana ini? Biasanya Anda sering menghabiskan waktu untuk minum teh di sana,” tanya Haniel. Mendengar hal tersebut tentu saja Alzio memendam rasa kesal di dalam hatinya.

‘Minum teh?! Yang benar saja! Dasar Alzio, memangnya kau itu seorang Lady, hah?!’ batin Alzio penuh kekesalan.

Tiba-tiba Alzio terpikirkan oleh suatu hal. Ia pun langsung tersenyum dengan sinis.

“Bagaimana kalau kita pergi ke tempat pelatihan? Tiba-tiba aku ingin sedikit berolahraga,” ucap Alzio sambil tersenyum tipis.

Untuk merubah alur novel ini, hal pertama yang harus ia ubah adalah kemampuan fisik Alzio. Di dalam novel aslinya karena Alzio adalah Pangeran yang lemah banyak para bangsawan yang meremehkannya. Karena itu, Alzio yang sekarang memutuskan untuk membuang jauh-jauh julukan Pangeran Terlemah dari dirinya. Namun, tentu saja itu bukanlah hal yang mudah.

***

Alzio yang sudah berada di tempat pelatihan sudah mulai kelelahan, padahal ia baru saja mengayunkan pedang kayu sebanyak dua puluh kali.

‘Hah, sial ... Tubuh ini lemah sekali ...’ batin Alzio.

Haniel yang mengawasinya dari jauh mulai khawatir dan menyarankan agar Alzio segera menghentikan kegiatannya tersebut. Namun, Alzio itu pantang menyerah dan tetap melanjutkan kegiatannya. Pada akhirnya ia hanya mencapai rekor lima puluh ayunan dengan bayaran rasa lelah yang sangat dahsyat.

‘Aku harus mulai melatih fisiknya, tapi sepertinya itu tidak akan mudah,’ batin Alzio.

“Anda terlalu memaksakan diri, padahal biasanya Anda hanya mengayun sampai hitungan ke sepuluh. Tapi, sepertinya ini adalah rekor terbaru Anda, Yang Mulia,” ucap Haniel sambil memberikan handuk kering kepada Alzio.

“Ya ... Sepertinya aku harus mulai rajin untuk latihan,” jawab Alzio sambil mengusap keringat yang ada di wajahnya.

Hari sudah mulai sore, mereka pun kembali ke Istana Pangeran. Selama perjalanan Alzio selalu memperhatikan sekeliling, kalau-kalau ada seseorang yang ia kenal. Contohnya adalah seperti Putra Mahkota dan para kesatria pilihannya.

‘Ah, sepertinya di tahun ini ia belum resmi menjadi Putra Mahkota,’ batin Alzio.

Aesar de Mamertino adalah pemeran utama pria dalam novel 'Cinta Sejati' yang tak lain adalah kakaknya Alzio. Ia dinobatkan sebagai Putra Mahkota saat usianya sudah menginjak dua puluh lima tahun yaitu tiga tahun dari sekarang. Tepat saat alur novel itu dimulai.

Esok adalah hari perayaan kedewasaan Alzio. Kemungkinan untuk bertemu dengan Aesar dan Charlotte sangatlah besar. Charlotte adalah Putri dari keluarga Count Lancdress, keluarga itu sudah sangat dekat dengan keluarga Marquis Pholea keluarga dari Ratu saat ini. Karena hal itu pula yang menyebabkan Alzio dan Charlotte dijodohkan.

Namun, hal terbesar yang menyebabkan Alzio dijodohkan dengan Charlotte adalah karena perjanjian antara Alzio dan Adelaide saat Alzio masih berumur lima belas tahun. Dikarenakan Alzio yang menyadari dirinya tak akan berguna sebagai kesatria, ia lebih memilih untuk menempuh pendidikan ilmu pengetahuan. Dengan syarat agar Alzio dapat menempuh pendidikan sesuka hatinya dan meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang kesatria masalah pernikahan akan diserahkan sepenuhnya kepada Adelaide. Itulah perjanjian kekanak-kanakan yang mereka buat saat itu.

‘Dasar Alzio bodoh! Kenapa menyerah secepat itu! Padahal kalau berusaha kau juga bisa menjadi seorang kesatria,’ batin Alzio.

Sebelum kembali ke Istana Pangeran, Alzio hendak mengunjungi Ibunya sebentar. Sebenarnya, Ibu Alzio sebelumnya mempunyai wajah yang hampir mirip dengan Ibunya yang sekarang. Karena itu ia merasa sangat rindu. Saat tiba di depan ruangan Ratu, Alzio mendengar Ibunya sedang berbicara sendiri.

“Ayolah, kau adalah pamannya dan juga seorang penyihir agung, pasti kau bisa menyembuhkannya, kan? Aku yakin sekali ini pasti ada kaitannya dengan sihir,” ucap Adelaide.

Alzio mengintip sekilas karena ia penasaran dengan siapa Adelaide berbicara. Ia melihat Adelaide sedang memegang sebuah alat dan menempelkannya ke telinganya. Mirip seperti sebuah telepon.

‘Huh? Memangnya pada jaman ini sudah ada telepon?’ batin Alzio heran.

“Lagipula, sang Raja tidak boleh tahu kalau Zio sedang sakit,” ucap Adelaide meyakinkan lawan bicaranya tersebut.

Wajah Adelaide tampak kecewa begitu mendengar jawaban dari seseorang tersebut. Ia pun mulai menutup teleponnya. Tak lama, Alzio pun mengetuk pintu dan menyapa Ibunya. Adelaide pun menyambutnya dengan wajah gembira.

“Siapa yang Ibu hubungi tadi?” tanya Alzio.

“Ah, kau mendengarnya? Ibu tadi berusaha meyakinkan pamanmu untuk menyembuhkanmu,” jawab Adelaide sambil tersenyum.

‘Paman? Kalau begitu berarti pemimpin keluarga Marquis saat ini, adiknya Ibu, kan,’ batin Alzio.

Sambil membalas senyuman Ibunya Alzio pun bertanya apakah pamannya itu adalah seorang dokter. Namun, ibunya menjawab pamannya adalah seorang Penyihir Agung. Penyihir terkuat di kerajaan saat ini. Tentu saja mendengar hal itu Alzio sangat terkejut.

‘P-Penyihir? Memangnya ini dunia fantasi?! Bukannya ini cuma novel kerajaan biasa?!’ batin Alzio tercengang.

Alzio bertanya kepada Adelaide apakah ia juga bisa menggunakan sihir. Tentu saja, karena keluarga Marquis sejak dulu selalu melahirkan generasi-generasi berbakat dalam bidang sihir. Di kerajaan ini, keluarga Marquis Pholea adalah keluarga yang mempunyai penyihir terkuat setiap tahunnya.

“Apakah Zio juga mau belajar sihir?” tanya Adelaide kepada Alzio.

Di dalam hati Alzio ia sangat senang, tentu saja ia sangat mau mempelajarinya. Karena hal ini bisa meningkatkan peluang untuk keselamatannya di ending novelnya nanti.

“Tentu, aku ingin mempelajarinya!” jawab Alzio penuh semangat.

Adelaide yang mendengar jawaban Alzio cukup terkejut, padahal anaknya dulu tidak pernah tertarik untuk belajar sihir. Ia hanya tertarik untuk mempelajari ensiklopedia dan akuntansi. Tentu saja saat ini Adelaide sangat bahagia. Ia bilang akan segera mencarikan guru yang hebat untuk Alzio belajar sihir nanti. Adelaide pun lekas menyuruh Alzio untuk kembali ke kamarnya karena ia harus istirahat untuk acara besok.

Acara yang kemungkinan besarnya akan mempertemukan Alzio dengan kedua pemeran utama.

-tbc.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status