Share

Bab 3

Esok hari adalah hari yang sangat ditunggu oleh Alzio. Karena ia akan segera bertemu dengan Charlotte secara langsung. Seorang wanita cantik yang digambarkan memiliki rambut berwarna cokelat panjang dengan matanya yang cerah berwarna oranye sebagai ciri khas keluarga Count Lancdress.

“Kira-kira dia bakal secantik apa, ya?” gumam Alzio.

Sambil menanti hari esok yang menegangkan, Alzio pun memutuskan untuk tidur. Ia pun perlahan mulai menutup matanya. Namun, beberapa menit kemudian ia kembali membuka matanya. Merasa kesal, ia mulai menutup kembali matanya. Akan tetapi, hal yang sama terulang kembali.

‘A-Aku tidak bisa tidur!’ batin Alzio kesal.

Ini adalah kebiasaan Alzio saat ia masih hidup menjadi Kamal. Ia selalu tidur malam atau bahkan saat sudah lewat jam tiga pagi ia baru tidur. Apakah kira-kira penyebabnya? Tentu saja itu karena ia selalu begadang membaca novel romantis kesukaannya.

‘Padahal hari ini aku sangat lelah, tiba-tiba masuk ke dalam dunia novel dan menjadi tokoh yang berakhir dengan menyedihkan. Tapi, kenapa kau tidak mau tidur?! Dasar bodoh!’ gerutu Alzio di dalam hati.

Alzio pun memaksakan diri untuk tidur. Ia menutup matanya secara paksa dan berusaha untuk tidur.

***

Pada pagi harinya. Wajah Alzio dipenuhi oleh kantung mata yang sangat besar dan rambut yang sangat berantakan.

“Ya ampun Yang Mulia, apakah Anda segugup itu sampai tidak bisa tidur?” ucap Haniel yang baru saja datang ke kamar Alzio di pagi-pagi buta bersama dengan kerumunan pelayan lainnya.

Ia berkata seperti sambil memasang wajah yang terlihat mengejeknya sambil menutupi dengan salah satu tangannya.

‘Dasar Haniel sialan, siapa bilang aku gugup karena upacara bodoh ini.’ Alzio membatin di dalam hati sambil melotot ke arah Haniel.

Haniel dan para pelayan lain pun langsung bergegas untuk membersihkan tuannya tersebut. Mulai dari menyiapkan bak mandi yang sudah diisi oleh bunga mawar dan wewangian lain. Menyiapkan pakaian yang begitu mewah sampai menata rambutnya. Mereka juga membuat wajah Alzio tampak begitu cerah. Saat berkaca di cermin Alzio sedikit terkejut melihat dirinya sendiri.

‘Padahal tadi pagi aku terlihat seperti gembel, tapi sekarang aku terlihat seperti pangeran yang sesungguhnya, hm ... memang seharusnya seperti ini wajah seorang pangeran,’ batin Alzio.

“Yang Mulia, Ratu Adelaide sudah menunggu. Acara akan segera dimulai,” ucap Haniel yang mengisyaratkan agar Alzio segera bersiap.

“Hm ... baiklah aku akan mendatangi Ibuku,” jawab Alzio.

Alzio pun berjalan keluar menuju ke Istana Ratu diiringi dengan sekumpulan pelayan di belakangnya. Sesampainya di Istana Ratu, ia langsung memberi hormat kepada sang Ibunda. Terlihat Ratu Adelaide yang sudah berdandan cantik untuk acara upacara kedewasaan putra bungsunya itu.

“Kau terlihat sangat tampan anakku,” ucap Adelaide sambil tersenyum lembut ke arah Alzio.

“Ibu juga terlihat sangat cantik,” sahut Alzio sambil memberikan pujian yang sama.

Mereka pun bersiap untuk berjalan bersama menuju ke Istana Utama tempat diadakannya acara tersebut. Setibanya disana untuk pertama kalinya Alzio melihat sang Raja–Almero de Mamertino. Seorang pria paruh baya dengan warna rambut yang sama seperti Alzio dan matanya yang berkilau berwarna emas, diselimuti oleh pakaian mewah serta aksesoris-aksesoris yang tak terhingga harganya.

“Kau sudah datang, Putraku,” ucap Almero menyambut kedatangan Alzio dan Adelaide.

“Iya Ayah, senang melihatmu masih sehat seperti biasanya,” jawab Alzio dengan baik seolah-olah ia sudah hapal isi novel tersebut di luar kepala.

“Hoho! Sekarang bersiaplah, para tamu undangan sudah menunggu. Ini adalah hari besarmu,” ucap Almero kepada Alzio.

Para tamu yang berasal dari kalangan bangsawan dan rakyat biasa sudah menanti kehadiran para keluarga kerajaan ini. Sang Ratu mempersiapkan ruangan aula kerajaan ini dengan matang hingga tampak begitu Indah dan mewah.

“Yang Mulia Raja Almero de Mamertino, Ratu Adelaide, dan Pangeran Alzio de Mamertino memasuki ruangan!”

Ketiganya mulai memasuki ruangan pesta dari atas diiringi dengan hormat oleh para bangsawan dan rakyat biasa. Mereka menundukkan kepalanya begitu keluarga kerajaan itu memasuki ruangan. Namun, salah satu keluarga kerajaan ada yang tidak datang tak lain adalah Pangeran Aesar. Mereka mulai menuruni tangga dan memberi salam kepada semua orang.

Salah satu bangsawan mulai mendekat kepada mereka. Seorang pria paruh baya dengan rambut berwarna hitam keunguan dan mata berwarna merah seperti batu ruby yang begitu Indah menghampiri mereka. Orang ini adalah pemimpin dari keluarga Duke Clarence yakni Davon Clarence. Ia adalah orang yang selalu meremehkan Pangeran kedua dan membuat Aesar membunuh Alzio. Karena hasutan yang dipimpin olehnya Aesar melakukan aksinya tersebut.

‘Melihat wajahnya saja aku sudah kesal,’ batin Alzio sambil memasang wajah tak suka.

“Salam kepada mentari Mamertino, selamat atas hari kedewasaan Anda Yang Mulia,” ucap Davon memberi salam kepada Alzio.

Alzio menatapnya dengan sangat tajam sampai-sampai membuatnya kebingungan. Ia pun mengucapkan terima kasih sambil tersenyum lembut seperti ciri khas Alzio yang sebenarnya. Walaupun sebenarnya di dalam hati Alzio ia sangat kesal bertemu dengan Duke tersebut.

“Anda rupanya, Duke Davon,” ucap Almero menyambut kehadiran Davon.

Alzio mulai merasa bosan mendengar kedua orang tua itu berbincang padahal acara baru saja dimulai. Tak lama setelah itu ada seseorang dari keluarga Count mengarah ke arah mereka. Itu adalah Count Gryson Lancdress dengan putrinya–Charlotte. Adelaide langsung menyambut kedatangan mereka, ia pun menarik Alzio untuk mendekat.

Gryson dan Charlotte memberi salam kepada Alzio dan mengucapkan selamat atas hari kedewasaannya. Untuk seketika Alzio sempat terpesona melihat sosok Charlotte yang ada di hadapannya saat ini. Ia terlihat lebih cantik saat dilihat secara langsung. Wajahnya yang cantik dengan warna kulit putih cerah serta mata yang memancarkan cahaya itu sangat indah.

‘Dasar Alzio bodoh, kenapa kau menelantarkan tunangan secantik ini dan malah berkutat dengan buku-buku yang membosankan itu?' batin Alzio.

Di cerita novelnya, Alzio tidak terlalu peduli dengan pertunangan yang dijalankannya tetapi ia masih menyayangi Charlotte. Mereka adalah teman semasa kecil karena keluarga Count merupakan keluarga yang dekat dengan Adelaide. Saat Ibu Aesar masih hidup yakni Ratu sebelumnya–Azalea. Alzio dan Charlotte selalu bermain bersama dengan Aesar. Saat mendengar Charlotte akan ditunangkan dengan Alzio, Charlotte menerimanya dengan suka hati. Namun, ketika hari pertunangannya tiba, Charlotte malah terpana untuk pertama kalinya begitu melihat sosok Aesar yang sudah dewasa. Begitulah alur cerita novel 'Cinta Sejati' berjalan, cerita yang berisi tentang cinta terlarang antara kakak dan tunangannya.

‘Tidak hanya sudah membunuhku bahkan sampai mencuri tunanganku yang cantik, dasar keparat itu! Bahkan ia tak datang di acara kedewasaan adiknya, benar-benar sialan’ batin Alzio yang kesal ketika mengingat cerita novelnya.

“Sudah lama kita tidak bertemu, Charlotte,” ucap Alzio kepada Charlotte sambil tersenyum. Mereka pun berjabat tangan dan membalas senyuman masing-masing.

Senyuman Charlotte benar-benar manis sehingga membuat hati Alzio serasa berbunga-bunga seketika. Namun, ketika ia mengingat kembali jika Charlotte bukanlah miliknya kembali membuatnya bersikap datar. Untuk mengisi kecanggungan yang ada, Alzio bertanya kepada Adelaide dan Almero.

“Ibu, Ayah. Apakah kakak tidak datang? Aku belum melihatnya dari tadi,” tanya Alzio yang sebenarnya juga penasaran kemana perginya si pemeran utama tersebut.

“Ah, Aesar ya,” ucap Adelaide yang terlihat bingung.

“Aesar akan terlambat sedikit, ia masih harus mengurus beberapa hal. Mungkin sebentar lagi ia akan tiba,” jawab Almero.

“Begitu, ya,” ucap Alzio merasa paham.

Seiring berjalannya pesta, begitu banyak orang yang mengucapkan selamat atas kedewasaannya kepada Alzio. Inilah yang membuatnya merasa kalau Alzio benar-benar disayangi oleh rakyatnya. Ia dikenal sebagai Pangeran yang baik hati dan selalu menolong rakyatnya disaat ada yang kesulitan. Benar-benar sosok yang mengagumkan, tetapi tentu saja pasti ada saja pihak yang tak menyukainya. Yakni faksi pendukung Pangeran pertama yang dipimpin oleh Duke Davon Clarence. Sebuah organisasi yang berisi dengan orang-orang yang mendukung Pangeran pertama untuk menjadi Raja selanjutnya.

Tak lama kemudian, para tamu undangan menjadi heboh ketika seorang pria muda memasuki ruangan pesta dari pintu depan. Pria berambut pirang dan mata berwarna emas yang sangat berkilau datang menuju ke arah Alzio dan orang tuanya. Ia adalah Aesar de Mamertino sang Pangeran pertama. Melihat wajahnya yang begitu tampan Alzio sempat membatin.

‘Wah, apakah matanya itu bisa kujual ya?’ batin Alzio bertanya-tanya.

Ketika Aesar menghampiri Alzio terasa suatu aura yang begitu mencekam sehingga membuat Alzio merinding seketika.

‘Wah, aura pemeran utama sangat mengerikan,’ batin Alzio sembari mengedipkan kedua matanya.

Aesar menatapi Alzio begitu lama sampai-sampai membuat orang di sekitarnya kebingungan termasuk Alzio sendiri. Sebenarnya apa yang ada dipikiran orang ini? Itulah yang Alzio pikirkan saat ini. Tiba-tiba Aesar membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu.

“Maaf aku terlambat, s-selamat atas hari kedewasaanmu,” ucap Aesar kepada Alzio dengan wajahnya yang memerah.

Seketika Alzio terdiam, ia hampir tidak percaya dengan yang baru saja terjadi.

“Ah, ya ... terima kasih sudah datang,” jawab Alzio sambil memasang senyuman canggung.

Almero langsung menyambut kedatangan Aesar setelah ia selesai memberi ucapan selamat kepada Alzio. Tepat pada saat itu pula para bangsawan yang lain mulai mendekat ke arah Aesar. Disaat itu Alzio memutuskan untuk pergi ke balkon istana, ia ingin menyendiri untuk sementara waktu.

***

Di sana ia memikirkan tentang kesan pertamanya dengan para pemeran utama. Kesannya kepada Aesar benar-benar berbeda, tadinya ia mengira Aesar adalah orang yang dingin yang hanya akan mengatakan selamat dan pergi begitu saja.

“Hah sial, padahal aku kira ia akan sama dengan kakakku yang sebelumnya,” gumam Alzio.

Di kehidupan sebelumnya, saat Alzio masih menjadi Kamal ia memiliki seorang kakak laki-laki yang selisih umurnya sama dengan Aesar. Kakaknya selalu bersikap dingin kepadanya. Karena merasa selalu diabaikan oleh Ayahnya, Kamal memutuskan untuk menjadi seorang berandalan dan yang selalu mengurus masalah yang ia sebabkan adalah kakaknya. Namun, ketika Kamal sudah SMA kakaknya sudah tidak peduli lagi dan mulai bersikap tak acuh sampai sekarang.

‘Kenapa aku malah mengingat hal itu, sekarang bahkan aku sudah tidak bisa kembali,’ batin Alzio.

Namun, tiba-tiba ia teringat kalau di dunia ini ada yang namanya sihir. Mungkin saja ada sebuah sihir yang bisa mengembalikannya ke dunia nyata. Alzio kembali bersemangat untuk merubah ending novelnya dan mencari cara untuk kembali ke dunia nyata.

“Alzio?”

Tiba-tiba dari belakangnya ada seseorang yang memanggilnya. Siapakah itu?

-tbc.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status