Share

Bab 4

“Alzio?”

Suara yang berat dan sedikit serak memanggil Alzio. Ia adalah pemimpin keluarga Marquis Pholea yakni paman Alzio–Ellio Pholea. Seorang penyihir agung di masa ini. Diusia mudanya ia berhasil membuat sebuah alat komunikasi dari sihir, ia dikatakan sebagai orang yang menjabat gelar sebagai penyihir agung di usianya yang masih sangat muda dalam sejarah.

Keluarga Pholea dikenal dengan ciri khasnya mata berwarna biru serta rambut berwarna hitam. Setiap keturunan keluarga Pholea juga dikenal memiliki 'mana' dalam jumlah yang besar. Bahkan dalam kasus yang sedikit spesial ada yang memiliki 'mana' yang istimewa.

‘Orang ini ... pasti Ellio Pholea. Dari perawakannya yang mirip Ibu, sudah jelas itu dia,’ batin Alzio.

“Paman rupanya, ada apa Paman kesini?” tanya Alzio sambil tersenyum.

Ellio menoleh ke kanan dan kiri, setelah itu ia mulai memandangi Alzio sambil menaikkan salah satu tangannya ke bawah dagunya.

“Kudengar kau ingin belajar sihir?” ucap Ellio bertanya-tanya.

“Ah! Paman pasti mendengarnya dari ibu, benar aku ingin belajar sihir,” jawab Alzio dengan yakin.

Ellio sedikit heran dengan Alzio. Padahal, dulu Alzio tidak pernah tertarik dengan sihir walaupun ia dikatakan memiliki 'mana' yang besar saat usia mudanya, tetapi ia tidak tertarik untuk mengasahnya.

“Tapi, kenapa tiba-tiba? Bukankah kau dulu bilang akuntansi lebih menarik dibandingkan sihir?” tanya Ellio penasaran.

‘Hah? Alzio ada-ada saja, apanya yang menarik dari akuntansi?’ batin Alzio merasa dongkol.

“Entahlah, tiba-tiba saja aku mulai tertarik dengan sihir. Sekarang juga aku sudah memasuki usia dewasa. Jadi, kupikir mungkin aku harus mencoba suatu hal baru,” jawab Alzio dengan penuh antusias.

Ellio merasa senang mendengar jawaban yang diucapkan oleh Alzio. Sejak dulu, Ellio sudah mempunyai keinginan yang besar untuk mengajari Alzio sihir, tetapi kurangnya kemauan dari Alzio sendiri yang membuat Ellio kecewa padanya.

“Kau ingin mencoba hal baru?” ucap seseorang yang baru saja datang ke balkon.

Alzio seketika terkejut begitu mendengarnya karena suaranya yang terdengar dingin dan ketus. Orang itu adalah Aesar, ia datang untuk mencari Alzio.

“Salam kepada matahari Mamertino,” ucap Ellio memberi salam ke Aesar.

“Iya, lama tak berjumpa, Paman,” jawab Aesar.

Alzio langsung merasa tak nyaman, kenapa orang ini harus datang di saat seperti ini? Kalau begini rencananya bisa kacau di awal-awal. Begitulah yang dipikirkan olehnya.

“Ada apa kakak kemari?” tanya Alzio.

“Ayah memanggilmu, katanya masih banyak tamu yang ingin memberi ucapan selamat kepadamu,” jawab Aesar menjelaskan alasan kedatangannya.

‘Padahal tinggal suruh Haniel saja untuk mencariku, kenapa malah menyuruh Aesar, sih?!' batin Alzio kesal.

“Kalau begitu, aku akan segera ke sana,” balas Alzio sambil tersenyum dengan menutup kedua matanya. Ia pun pamit kepada Ellio dan Aesar lalu segera pergi menuju aula.

***

Di aula, banyak para bangsawan yang menyambut kehadiran Alzio. Namun, yang paling menarik perhatiannya Alzio adalah seseorang dari keluarga Duke, ia adalah Dexton Graciano seorang pemimpin dari keluarga Duke Graciano. Dibandingkan Duke Clarence yang lebih memilih untuk mendukung Aesar dan Marquis Pholea yang mendukung Alzio, Duke Graciano lebih memilih untuk bersikap netral. Ia tidak memihak salah satu dari kedua pihak tersebut. Ia juga dikenal sebagai orang yang bijaksana.

‘Dia mungkin bisa berguna suatu hari nanti,’ batin Alzio.

Duke Graciano datang menghampiri Alzio dan mengucapkan selamat atas hari kedewasaannya.  Dengan senang hati, Alzio berterima kasih atas ucapan yang berikan olehnya.

Seiring waktu berjalannya pesta tersebut, semakin banyak orang yang berdatangan. Pesta yang digelar dari pagi hari sampai malam ini pun akan segera berakhir. Ini adalah hari yang benar-benar hanya dikhususkan untuk Alzio.

***

Alzio yang sudah lelah langsung melompat begitu saja ke kasurnya. Ia bahkan belum mengganti pakaian dan membersihkan badannya.

“Hahh ... pesta sialan itu benar-benar melelahkan,” gumam Alzio sambil menghela napasnya.

Melihat hal itu, tentu saja Haniel merasa sangat tidak nyaman. Ia pun langsung mengomeli Alzio dan menyuruhnya untuk segera mandi dan berganti pakaian. Ia bahkan menarik paksa Alzio untuk keluar dari kamarnya dan segera menuju ke kamar mandi dengan ditemani oleh para pelayan yang lain.

***

Di kamar mandi, Alzio sedang berendam di dalam bak besar. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia menggunakan senyumnya selama seharian penuh. Saat menjadi Kamal biasanya ia hanya tersenyum di saat ada adegan romantis di dalam novel favoritnya.

‘Kehidupan seorang pangeran itu benar-benar melelahkan,' batin Alzio.

Sembari berendam, ia juga memikirkan rencana untuk ke depannya. Yang pertama sudah jelas, ia harus mencari cara untuk merubah ending novelnya. Mana mungkin ia mau mati begitu saja di tangan keparat, maksudnya Aesar secara mengenaskan seperti itu. Untuk melakukan hal itu, ia akan mulai berlatih sihir dan meningkatkan kekuatan fisiknya.

Setelah diingat lagi, di dalam novel 'Cinta Sejati' juga diceritakan sedikit tentang para kesatria yang ditemukan oleh Aesar secara kebetulan. Mereka adalah orang-orang hebat yang sangat setia kepada Aesar. Tiba-tiba terbesit ide licik di dalam kepala Alzio. Ia ingat kalau Aesar bertemu dengan para kesatria itu saat Aesar masih berusia dua puluh tiga tahun. Yang berarti itu adalah setahun dari sekarang.

Yang pertama adalah seorang pria bernama Eras, ia adalah seorang idola di daerahnya. Seorang pria tampan dari Ibukota. Namun, sebenarnya ia hanyalah laki-laki brengsek yang selalu bergonta-ganti perempuan. Pertemuan pertamanya dengan Aesar adalah pada saat Aesar sedang menyusuri daerah perkotaan sambil menyamar dalam misi yang diberikan oleh Yang Mulia Raja. Karena wajah Aesar yang tampan banyak para wanita yang mulai mendekatinya. Karena Eras merasa seperti kepopulerannya direbut, ia pun mengajak Aesar untuk melakukan duel dan tepat pada saat itulah Eras dikalahkan dengan begitu mudahnya. Aesar menyadari kalau Eras memiliki sebuah bakat karena itu ia pun mengajak Eras untuk menjadi bagian dari pasukannya.

Yang kedua adalah seorang wanita bernama Rona walaupun seorang wanita, tetapi ia selalu berpenampilan ibaratkan seorang laki-laki. Ia memiliki bakat berpedang yang sangat bagus. Namun, pada masa itu para perempuan masih diremehkan dan dianggap tidak pantas untuk menduduki posisi sebagai seorang kesatria. Mendengar tentang rumor ada seorang jago pedang di sebuah daerah pinggiran, Aesar langsung mendatangi daerah tersebut. Di sana ia menemukan Rona dan berduel dengannya. Duel itu tentu saja dimenangkan oleh Aesar, ia berjanji jika Rona mau mengikutinya ia akan membuatnya menjadi seorang kesatria yang dipandang tinggi.

Sejauh ini hanya dua orang di atas lah yang disebutkan sebagai kesatria setia milik Aesar. Akan tetapi, saat ini mereka belum bertemu atau lebih tepatnya, Aesar belum mengetahui keberadaan dari kedua berlian tersebut. Ide licik yang Alzio pikirkan saat ini adalah tentu saja merebutnya.

“Aku akan merebutnya,” ucap Alzio sambil tersenyum licik.

Ia merasa itu bukanlah hal yang besar mengingat Aesar di dalam novel yang sudah merebut tunangannya yang berharga serta merenggut nyawa orang-orang yang ia sayangi. Jika hanya merebut pasukannya itu bukanlah suatu hal yang besar.

Akhirnya sekarang Alzio menemukan hal baru yang akan ia lakukan selanjutnya. Namun, sebelum itu, ia harus mengurus satu hal yang lain.

***

Keesokan harinya, Alzio mulai melatih fisiknya sambil ditemani oleh Haniel. Ia mulai mengasah kemampuan bertarungnya dari ingatan yang ada di kehidupan sebelumnya. Jangan lupa, di kehidupan sebelumnya, saat ia masih menjadi Kamal ia adalah seorang berandalan yang jago bertarung.

Untuk sementara ia mengundur rencana untuk belajar sihir dari pamannya. Adelaide yang mendengar hal itu sedikit kecewa. Namun, mau bagaimana lagi, saat ini Alzio benar-benar bersemangat untuk meningkatkan kekuatan fisik di dalam tubuhnya. Ingatan-ingatan tentang pertarungan di kehidupan sebelumnya membuat semangat di dalam tubuh Alzio meningkat.

***

Dua bulan kemudian.

Alzio yang sudah menjadi lebih kuat meminta Haniel sebagai teman berlatihnya. Selain ahli dalam berpedang sebenarnya Haniel juga ahli dalam bela diri.

“Apakah Anda yakin, Yang Mulia? Anda baru berlatih selama dua bulan loh, jika langsung melawan profesional seperti saya ... ” Haniel merasa tak yakin dengan keputusan yang dibuat oleh Alzio.

“Tidak apa-apa, aku sangat yakin bisa mengalahkanmu,” ucap Alzio sambil tersenyum.

Haniel memasang wajah tak percaya, saat itu juga ia mulai memasang ancang-ancang.

“Kalau kau tidak terlalu serius dalam menghadapiku hehe,” seloroh Alzio sambil tertawa.

“Ah, ternyata begitu,” tanggap Haniel yang sudah menduganya.

Mereka mulai bersiap di tempat. Dalam hitungan ketiga pertarungan akan dimulai. Satu, dua, tiga!

Alzio melancarkan serangan terlebih dahulu, tetapi serangan itu berhasil ditangkis oleh Haniel dengan mudahnya. Ketika giliran Haniel untuk melancarkan serangannya, Alzio berhasil menahannya. Alzio membuat sebuah gerakan yang mengecohkan konsentrasi Haniel, tepat saat itulah Haniel mulai tidak fokus. Alzio mengambil kesempatan itu untuk memberikan serangan secara tiba-tiba, ia melancarkan tinju tepat ke arah wajahnya Haniel. Saat tinju itu terhenti, tepat pada saat itu pula angin berembus kencang dari tinjunya tersebut. Skak mat, dalam waktu singkat Alzio berhasil memenangkan pertarungan tersebut.

“Aku menang!” teriak Alzio sambil tersenyum.

Haniel sangat terkejut melihat perkembangan pesat dari Alzio. Saat itu pula, ia mulai memberikan rasa respect yang besar kepada Alzio.

“Tapi, tadi kau benar-benar mengalah ya? Sepertinya kau tidak mengeluarkan seperempat dari kemampuanmu?” tanya Alzio.

“Bukan tidak mengeluarkan, tetapi tidak berkesempatan untuk mengeluarkannya,” jawab Haniel sambil tersenyum.

“Huh? Bicara apa sih,” gerutu Alzio heran.

Alzio pun ingin segera kembali ke istana untuk membersihkan diri. Ia menyuruh Haniel untuk bergegas dan saat itu ia mengatakan suatu hal kepada Haniel.

“Oh ya, ajari aku pedang dong,” pinta Alzio dengan tatapan datarnya.

“Eh? Setelah berlatih bela diri, sekarang Anda ingin belajar pedang?” tanya Haniel sedikit terkejut.

“Tentu saja dong, setelah berlatih pedang selanjutnya adalah berlatih menggunakan sihir. Aku juga ingin menjadi sosok yang kuat,” ungkap Alzio dengan penuh keyakinan.

Mendengar hal tersebut untuk seketika Haniel merasakan sosok yang sedikit berbeda dari Alzio yang selama ini ia kenal. Tepat pada saat itu pula rasa setianya kepada Alzio semakin besar.

‘Ternyata Yang Mulia sudah semakin dewasa,’ ucap Haniel di dalam hati.

-tbc

Note :

Nama-nama gelar bangsawan sesuai urutannya dari yang tertinggi ialah Duke, Marquis, Count, Viscount, dan Baron. Untuk lebih jelasnya silahkan cek di wikipedia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status