Seorang pelayan masuk ke dalam ruang rawat Bella dengan langkah terburu-buru setelah ia menggetuk pintu ruang rawat inap Bella dan itu terjadi satu jam setelah Kristan pergi dari ruangan ini. Bella bisa menebak pelayan ini berusia sekitar 23 atau 24 tahun karna wajahnya masih kelihatan seusianya dan juga sangat bersih seperti sering pergi ke perawatan wajah.
Pelayan masuk dengan senyumnya seraya menggengam beberapa kantong plastik di tangannya dan juga satu koper ukuran sedang yang di geret di satu tangan lainnya. Bella yang melihat ia kesusahan membawa semua barang-barang itu jadi prihatin sendiri. Apa Kristan yang menyuruh pelayan itu membawakan semua barang-barang itu agar kebutuhan Bella terpenuhi? Kalau ya, sudah jelas Kristan sangat keterlaluan. Pelayan dengan tubuh sekurus itu di suruh membawa begitu banyaknya barang. Ia memang kurang manusiawi. Mana ia hanya seorang diri lagi.
"Nona ... saya bawa pakaian Nona dan makanan yang akan Nona makan nantinya,"
Kristan menyeringai lalu ia mendekati Bella perlahan tapi pasti sampai benar-benar dekat dan membuat Bella tersudut menjadikan tangannya memegang dadanya yang keras itu. "Apakah aku membuatmu takut? Hm?" Bella mendelik seketika dengan apa yang Kristan katakan. Tindakan dari Kristan sendiri membuat jantungnya refleks berdegup dengan kencangnya. Dengan jarak sedekat ini membuatnya sangat terganggu. Bella tak bisa berpikir dengan tenang saat ini. Tadinya Bella pikir ia akan pergi begitu saja setelah Bella bersikap ketus sama Kristan. Tapi yang ia lakukan malah sebaliknya. Bella malah menjadi gagal fokus sekarang. Aroma parfum yang dipakai Kristan tercium semerbak harum menambah rasa hangat menjalar ke seluruh tubuh Bella saat itu disertai godaan Kristan yang sangat memabukkan membuatnya tidak bisa berpikir lagi. "Kristan apa yang kamu pertanyakan? Itu sangat membuatku terganggu. Apa aku harus menyentuhmu di sini juga? Gila. Ini tempat umum. Jika kamu
Langit sudah menggelap begitu mobil yang kami tumpangi masuk ke dalam sebuah mansion yang cukup besar itu. Warna yang terkesan wah terlihat kontras dengan arsitektur bergaya Eropa dalam penglihatan Bella saat ini. Warna kebanggaan dari seorang Kristan terlihat begitu jelas menarik dari apa yang Bella lihat. Gold. Dominan dan sangat berani. Bella akui Kristan yang Bella kenal sama halnya dengan warna mansion yang akan kami tempati. Bella turun dari mobil setelah Kristan membuka pintu mobil untuknya begitu juga mobil di belakang kami yang di peruntukkan untuk para pelayan dan satu perawat dari rumah sakit tadi. "Mansion yang bagus. Aku tidak pernah memuji orang. Tapi apa yang menurutku menarik, aku tak sungkan untuk memujinya. Dan ku akui kamu memang cukup menarik dalam memilah gaya, warna dan bangunan yang akan kita tempati ini." Kristan tidak menjawab ia malah lebih tertarik dengan langkahnya masuk ke dalam mansion itu ketimbang membalas ucapan Be
"Bella... astaga... lo yakin lo datang ke sini?" teriak Firly begitu membuka pintu ruang Ceo. Ia langsung terkejut mendapati Bella sudah duduk di kursi kebesarannya dengan tablet di tangannya. Buru-buru Firly berlari mendekatinya dan memegang bahunya untuk mempercayai apa benar Bella-nya sudah ada di kantor itu atau yang di lihatnya malah sebuah ilusi semata. Semenjak tahu Bella masuk rumah sakit. Bayangan keinginan Bella masuk kantor adalah sebuah keinginan semu. Tapi begitu melihat Bella sudah duduk di kursinya. Ia menjadi binggung sendiri, bagaimana menanggapi semua ini. Apa ia harus senang atau malah sebaliknya? "Eh lo emangnya udah sembuh tiba-tiba udah datang ke sini? Kristan tahu lo datang?" Mendengar nama laki-laki itu tidak hanya membuatnya geram tapi juga merinding ke seluruh tubuh. Jangan dikira nama itu tidak punya energi kuat. Mendengars sedikit saja nama itu di ucap membuat aura aneh yang bisa bikin serangan jantung. Ia adalah laki-laki yang tidak
Kristan yang membopong Bella seperti karung beras keluar dari ruang kantornya sampai ke parkiran dimana mobilnya di letakkan di sana. Sesampainya di parkiran mobil. Kristan membuka pintu penumpang dan menurunkan Bella dari gendongannya. Ia menyuruh Bella untuk masuk ke dalam mobil. "Masuk Bella," kata Kristan dengan ketus "Aku tidak mau!" kata Bella dengan kesal sambil melemparkan pandangan ke arah lain. Lihat saja bagaimana orang-orang yang memandang ke arah kami. Mereka pasti berpikir kalau Bella dan Kristan sedang melakukan lelucon. Padahal yang terjadi sebaliknya, Bella dilanda dilema. Kristan sangat menyebalkan, ia selalu saja menekan Bella dengan segala aturan yang telah Kristan buat. Apakah Kristan tidak tahu, Bella juga manusia, memiliki perasaan yang tidak bisa ditekan terus menerus. Ia akan berontak jika ada yang tidak sesuai dengan harapannya. Nafasnya terdengar kesal ketika melihat Bella yang tidak mau diatur sama sekali olehnya. Dengan sekali dor
"Hei ... hei ... apa yang kamu lakukan Kristan." Kristan tiba-tiba saja menggendong Bella tanpa persetujuan Bella lebih dulu lalu melangkah pergi entah kemana. Keluar dari kamarnya, refleks, tangan Bella langsung melingkar ke lehernya. Tatapannya langsung terarah pada mata Kristan. Kristan membalasnya dengan menatap sebentar lalu melihat lurus ke depan dimana ia sedang berjalan. "Kita mau kemana sih? Kenapa kamu nggak mau kasih tahu aku? Aku nggak terbiasa buat suatu kejutan Kristan." "Diam dan nikmatilah. Nanti kamu juga tahu kemana kita akan pergi." Kami sampai di teras rumah di lantai atas dan Kristan mendudukkan Bella pada sebuah kursi. Terlihat sangat jelas dari Bella duduk saat itu, bagaimana pemandangan malam yang sangat cerah menyambutnya beserta dengan kesejukan yang menerpa tubuhnya. Angin sepoi-sepoi berhembus membuat rasa nyaman hinggap ke sanubarinya. Tak lama pelayan yang di suruh tadi datang dengan sebuah kembang api
Bella mengucapkan dengan lantang bagaimana rasa sakit hatinya ketika ia mengetahui apa yang telah Kristan lakukan barusan. Bella tidak percaya ini, ada ya laki-laki seperti Kristan yang bisa membuatnya hampir saja gila. Bella mengira bahwa ia bisa berbaik hati sama Bella malam ini dimulai dari caranya yang romantis sampai memberikannya sebuah barang berharga. Ia telah memberikan sebuah kejutan yang sangat membuat Bella senang. Sampai detik itu, Bella mengganggap Kristan termasuk laki-laki yang perhatian dan tak lagi mengganggapnya laki-laki yang dingin dan di bencinya. Namun saat Kristan menghancurkan barang yang sudah ia beri seperti barang tidak berharga sama sekali, Bella jadi tersadar. Sepertinya dugaan yang Bella rasakan ternyata salah. Kristan bukan laki-laki romantis melainkan laki-laki brengsek yang ia ketahui sampai detik ini. Bella berbalik, ingin pergi menjauh biar mengurangi rasa sakitnya. Tapi tidak bagi Kristan. Ia tidak mau membiarkan Bella pergi
Teriakan Bella menggema di seluruh kamar yang Bella tempati saat ini. Begitu menyedihkan sekali. Bagaimana mungkin Bella bisa terperangkap di dalam kamarnya sendiri. Bella harus mencari cara agar Bella bisa keluar dari kamar dan pergi ke kantor. Banyak yang harus ia kerjakan, ia tidak mau membuang-buang waktu secara percuma. Tak hanya itu, berada di dalam kamarnya membuat Bella tak bisa bernafas. Aku berjalan ke arah jendela kamar dan ku buka jendela itu dengan cepat. Pertama kali terlihat sinar matahari yang sangat cerah langsung bersinar. Karna kamar ini ada di lantai dua, aku melihat lebih dulu, seberapa tinggi aku bisa turun sampai ke bawah sana. Aku rasa aku bisa menuruninya dengan menggunakan sprei. Aku pernah berlatih turun dari ketinggian menggunakan tali waktu itu. Aku rasa aku bisa kalau hanya menuruni satu lantai saja. Ku tarik sprei yang menutupi kasur dan selimut yang ada di atas kasur lalu bergegas mengikatnya pada sebu
Dengan malas-malasan aku melangkah mendekati Kristan yang berdiri di depan mobilnya lalu tanpa aba-aba ku cium pipinya dengan acuh. Dia mengenyit merasa ada yang kurang di sana setelah aku menciumnya. Dia menunggu reaksiku yang datar-datar saja setelah menciumnya. Aku yang melihat dia diam dan menunggu entah apa. Langsung bertanya dengan intonasi yang juga menyebalkan."Sudah kan. Ada apa? Bukannya kamu bilang ingin di cium? Aku sudah melakukannya dan kurasa kamu sudah cukup puas melihat apa yang aku lakukan.""Belum.""Hah! Apa maksud kamu?" tanyaku mengamati sekitar kami. Perasaanku makin tidak tenang. Bukannya apa, asistennya menunggu di seberang mobil dan juga sopir yang akan mengendarai mobil sudah ada di dalamnya. Apa maksudnya dengan kata belum di sana? Aku tidak nyaman kalau harus menciumnya lagi. Aku pun berbisik biar orang-orang itu tidak mendengar obrolan kami. "Kamu cukup gila kalau kita harus saling bercumbu di sini. Ini tempat umum Kris