Ini adalah cerita tentang diriku. Kisah kebahagiaan dan kesedihanku menutupi perasaanku. Menyembunyikan perasaanku padanya. Dia? Ya ... Dia. Orang yang selama ini membuatku terus berambisi, meski aku tahu itu semua sia-sia. Aku tidak pernah mau mempunyai perasaan seperti ini. Kenapa semuanya datang tiba-tiba? Kenapa dia harus dipilih? Dan beribu teka-teki tidak bisa aku jawab. Mungkin, aku yang sangat gampang untuk jatuh cinta. Ataupun barangkali juga aku yang terperdaya oleh pesonanya. Entah, kalau bisa memilah aku tidak mau rasa ini muncul.
Sebenarnya tidak ada yang spesial dari dia. Tapi asing, kenapa dia selalu ada di pikiranku? Berulang kali aku menepis perasaan itu, perasaan yang membuat aku semakin merasa tidak waras. Aku selalu berusaha memendam perasaanku. Aku tidak mau kalau orang-orang tahu aku suka sama dia. Aku sebenarnya bukan tipe orang yang jujur. Yang bisa gampang cerita ke siapa saja tentang perasaanku. Lebih baik diriku sendiri saja yang tahu. Mungkin lebih baik. Aku cemas kalau dia sampai tahu perasaanku, aku cemas dia akan benci sama aku. Dan aku tidak bisa lagi dengan bebas suka sama dia. Katakanlah aku bodoh, bilang saja aku pengecut atau umpatan lain yang memang cocok buatku. Biar saja, dengan begini aku sudah bahagia biarpun kadang menyakitkan.
Aku tidak berambisi apa-apa dari dia. Tidak masuk akal rasanya kalau aku berharap dia juga suka sama aku. Mengapa aku tahu, itu hal yang tidak bisa terjadi. Aku cuma ingin bisa pandangi dia, menyebutkan namanya dalam hati, dengar suaranya dan melihat senyumnya. Itu saja sudah sempurna. Aku tahu, semestinya aku berani melakukan apa pun itu karena aku sedang jatuh cinta. Sepatutnya aku tidak segan menunjukkan kalau aku suka dan takjub pada dia. Tapi? Tidak, aku tidak bisa. Lebih baik aku diam dan menyimpannya rapat-rapat.
"Ke kantin yuk!" Aku kaget, semua khayalanku berantakan.
"Belum lapar," ucapku malas. Agatha duduk tepat di depanku sambil mengunyah permen karet.
"Ayolah, bareng sama yang lain," Desak Agatha.
"Ya sudah ayo," ujarku.
Aku dan Agatha menuruni tangga dengan terburu-buru. Entah kenapa Nayla menyuruhku tergesa-gesa. "Kamu lihat deh, pemuda yang pakai kemeja merah. Namanya Ardian Adhlino Gavin, jabatannya jadi sekretaris Direktur Utama. Teman-temannya menjodohkan aku sama dia. Tampan bukan?" Tanya Agatha.
Tiba-tiba itu juga rasanya aku ingin nangis. Aku baru tahu rasanya sakit hati, rasanya cemburu sama sahabat sendiri. Mengapa mesti dia? Kenapa harus Ardian, orang yang semasa ini kusuka. Agatha menarik tanganku untuk mendekati meja Ardian dan teman-temannya. Sorakan menyambut kedatangan aku dan Agatha. Agatha cuma senyum-senyum. Aku tidak berani memandangi wajah Ardian. "Oh ya, kenalin ini Adelle temanku," Aku menjabat tangan mereka satu persatu, beberapa sudah aku kenal karena pernah berpartisipasi kerja bareng. Waktu menjabat tangan Ardian, rasanya semua badanku gemetaran. Aku merentangkan tangan dan disambut Ardian dengan acuh tak acuh, dia sibuk dengan handphonenya.
Selama rasanya aku tidak bisa bernafas. Aku duduk tidak bisa tenang, memandangi orang-orang yang ada di depanku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, pikiran dan hatiku lagi tidak sehati. Ardian duduk sejajar dengan aku, selang tiga kursi. Aku serba salah. "Es teh manis kan?" Tanya Agatha yang duduk di depan aku. Aku mengiyakan pelan. Baru kali ini aku merasa canggung.
Rasanya aku bisa menghitung detik-detik yang berjalan lambat. Aku tidak suka dengan suasana ini. Aku benci dengan teman-teman Ardian yang frontal menjodohkan Ardian dan dia. Aku iri. Aku terus mengaduk-aduk es teh manisku tanpa minat untuk diminum. Di kepalaku sudah dipenuhi bermacam-macam pikiran.
Pas sudah sore, aku langsung pamit pulang karena ada janji sama Nayla untuk makan malam bareng di kafe. Setelah membereskan semuanya, aku langsung menuju kafe yang dikasih tau sama Agatha. Seperti ini aku sudah jarang banget untuk kumpul bareng dia, keseringan aku bareng teman-teman kuliahku. Sesampainya di sana, aku langsung memesan makanan karena aku sedang lapar sekali. Sambil menunggu Agatha datang, aku buka aplikasi drakor untuk menontonnya. Karena kelewat 1 episode itu rasanya berbulan-bulan tidak menonton. Akhirnya Agatha datang dan kita langsung mengobrol sambil makan. Memang hal seperti ini yang jarang banget dilakukan sama kita berdua. Setelah selesai semua, aku izin pamit pulang karena sudah malam banget dan takutnya besok bangun kesiangan. Apalagi besok harus menemani Ardian acara. Pasti besok bakal seharian dan cape banget. Makanya dari itu, aku izin pulang duluan dan untungnya lusa sudah wee
Sesampainya di Apartemen, aku langsung mandi dan masak untuk makan malam yang sesimpel mungkin. Setelah itu, aku langsung makan sekalian membuka home youtube untuk streaming lagu KPOP. Sehabis makan, aku langsung masuk kamar dan langsung tidur karena ingin menjaga kondisi biar tidak sakit. Kalau aku sakit takut merepotkan orang lain, maka dari itu aku menjaga kondisiku. Paginya, aku bangun dan melakukan seperti biasanya. Setelah siap semua, tiba-tiba hpku berdering dan langsung mengeceknya. Ardian Aku udah sampe di lobby. Kamu langsung turun aja yaa, ga usah mesen taksi online (Read 06.30)
Paginya, aku bangun dan mandi karena badanku terasa lengket. Setelah mandi, aku turun dan membantu maid menyiapkan sarapan untuk yang lain. Daripada aku tidak ada kerjaan, maka dari itu aku bantuin. Memang hari ini juga, aku izin tidak masuk karena mau menemani Ardian di rumah. Pas aku mau bangunin, semuanya sudah siap dan tinggal sarapan. Setelah itu, semuanya berangkat kecuali aku, ibu dan Ardian. Sedangkan ayah dan kakaknya sudah berangkat kerja. Aku sama ibu mengobrol di taman belakang, sedangkan Ardian sedang di kamar lagi mandi. Aku merasa hari ini ingin quality time sama keluarganya Ardian ya walaupun di hari kerja begini. Pas sore, aku izin pulang karena sudah seharian di sini dan juga tidak enak lama-lama. Setelah itu, aku langsung pulang dan istirahat buat besok kerja. I’m so happy to be with Ardian's parent. Malamnya, aku masak nasi goreng dengan bahan seadanya. Setelah itu,
Setelah pesan makanan, aku sama dia mengobrol apa saja yang mengandung ketawa. Karena ngobrol sama dia itu enak, simple, dan humble. Pas makanan sampai, aku langsung menyantap makanan tersebut sampai habis tanpa ada sisa. Setelah itu, kita langsung pulang ke apartemen dan dia pun langsung pulang ke rumahnya. Aku pun langsung mandi dan istirahat sambal membuka youtube untuk streaming lagu. Pas sudah pukul 10 malam, aku putuskan tidur tapi sebelum itu ada notif chat masuk dan itu siapa lagi bukan Ardian. Ardian Sayang, besok jangan lupa bawain aku sarapan buatan kamu ya. Ya sudah, jangan lupa cuci muka dan gosok gigi.&n
Setelah memutuskan jadwal nikah, aku ingin tiduran di kamar sambil scroll feed instagram dan menyetel lagu. Akhirnya, aku sama Ardian menikah juga. Rasanya aku tidak tahu setelah menikah itu seperti gimana dan rasanya seperti apa. Yang penting, aku senang sekali. Dilain pihak, aku juga rasanya senang bisa mempersunting Adelle secepat ini. Sepertinya, aku harus mempersiapkan semuanya dengan bagus dan desain mewah. Aku tidak peduli berapa dengan biaya yang harus aku keluarkan untuk pernikahan ini. Yang penting, aku sama Adelle bahagia. Karena menikah itu hanya sekali dalam hidup.Kembali lagi dengan pihak aku. Aku tidak sabar untuk nanti menikah, pasti aku harus make up yang cantik dan menawan. Saat ini aku sudah mulai mengantuk dan aku putuskan untuk tidur sampai sore mendatang. Pas sore, aku bangun dan langsung turun ke bawah karena haus. Setelah minum, aku langsung ke atas lagi karena di bawah itu sangat sepi kecuali para maid yang sedang kerja. Pas sampai
Pukul 6 pagi, aku sudah sampai di airport dan tinggal menunggu Ardian, kedua orang tuanya dan kakaknya karena tiketku sama dia. Setelah beberapa menit kemudian, dia datang dan langsung boarding ke dalam. Setelah boarding, aku menunggu sambil beli makanan di KFC bareng Ardian karena dia juga lapar. Sehabis makan, kita langsung naik ke pesawat dan perjalanan menuju Jepang itu memakan waktu sekitar 3 – 4 jam. Selama perjalanan aku tidur di bahunya Michael, dia yang bilang sendiri karena sudah melihatku mengantuk. Akhirnya pesawat landing di Tokyo International Airport, kita pun langsung menuju ke rumahku mumpung masih sore. Sesampainya di rumah, aku langsung peluk kedua orang tuaku dan kakakku. Aku sangat kangen sama mereka. Aku pun langsung memperkenalkan kekasihku dan kedua orang tuanya ke orang tuaku dan kakakku. Ternyata mereka tau tentang kekasihku ini dan keluarganya. Dan mereka sangat menyetujui hubunganku sama Ardian. Kedua orang tuaku menyuruh mereka menginap di