Sesampainya di Apartemen, aku langsung mandi dan masak untuk makan malam yang sesimpel mungkin. Setelah itu, aku langsung makan sekalian membuka home youtube untuk streaming lagu KPOP. Sehabis makan, aku langsung masuk kamar dan langsung tidur karena ingin menjaga kondisi biar tidak sakit. Kalau aku sakit takut merepotkan orang lain, maka dari itu aku menjaga kondisiku. Paginya, aku bangun dan melakukan seperti biasanya. Setelah siap semua, tiba-tiba hpku berdering dan langsung mengeceknya.
Ardian
Aku udah sampe di lobby. Kamu langsung turun aja yaa, ga usah mesen taksi online
(Read 06.30)
Pas sudah sore, aku langsung pamit pulang karena ada janji sama Nayla untuk makan malam bareng di kafe. Setelah membereskan semuanya, aku langsung menuju kafe yang dikasih tau sama Agatha. Seperti ini aku sudah jarang banget untuk kumpul bareng dia, keseringan aku bareng teman-teman kuliahku. Sesampainya di sana, aku langsung memesan makanan karena aku sedang lapar sekali. Sambil menunggu Agatha datang, aku buka aplikasi drakor untuk menontonnya. Karena kelewat 1 episode itu rasanya berbulan-bulan tidak menonton. Akhirnya Agatha datang dan kita langsung mengobrol sambil makan. Memang hal seperti ini yang jarang banget dilakukan sama kita berdua. Setelah selesai semua, aku izin pamit pulang karena sudah malam banget dan takutnya besok bangun kesiangan. Apalagi besok harus menemani Ardian acara. Pasti besok bakal seharian dan cape banget. Makanya dari itu, aku izin pulang duluan dan untungnya lusa sudah wee
Adelle Zahrah Rawnie POV Ardian Adhlino Gavin, sosok pria yang aku cintai sejak lama. Dia yang membuatku salah tingkah saat di dekatnya dan yang membuatku jatuh untuk mencintainya. Saat sudah beberapa bulan, aku mendapatkan kabar bahwa dia pacaran dengan sahabatku yaitu Agatha. Awalnya aku tidak menyangka kalau Agatha berpacaran denga Ardian, tapi aku mencoba mengikhlaskannya. Aku juga tidak memaksakan untuk mengambil Ardian. Tapi awal tau Agatha sama Ardian pacaran, awalnya mau merebutnya tapi aku tidak tega. Adele Adriana Agatha POV Aku sedang menyukai seseorang, yaitu Ardian Adhlino Gavin. Aku menyukainya sejak lama dan itu aku enggan mempublish aku suka sama siapa ke orang lain bahkan ke Adelle sendiri. Setelah beberapa bulan dari kejadian kita bertemu di depan ruangan CEO, aku dan dia akhirnya berpacaran dan Adelle mengetahui hal ini. Pada akhirnya, dia juga mengikhlaskannya. &nb
Ini adalah cerita tentang diriku. Kisah kebahagiaan dan kesedihanku menutupi perasaanku. Menyembunyikan perasaanku padanya. Dia? Ya ... Dia. Orang yang selama ini membuatku terus berambisi, meski aku tahu itu semua sia-sia. Aku tidak pernah mau mempunyai perasaan seperti ini. Kenapa semuanya datang tiba-tiba? Kenapa dia harus dipilih? Dan beribu teka-teki tidak bisa aku jawab. Mungkin, aku yang sangat gampang untuk jatuh cinta. Ataupun barangkali juga aku yang terperdaya oleh pesonanya. Entah, kalau bisa memilah aku tidak mau rasa ini muncul. Aku tidak tahu kapan pastinya aku mulai suka diam-diam memandangi dia, kapan aku mulai giat menulis kata-kata puitis yang isinya nama dia, kapan perasaan aneh itu terus mengganjal. Aku benar-benar terperdaya oleh perasaan tidak jelas ini. To be honest, kenyataannya aku tidak bisa bahagia dengan perasaan ini. Diam-diam takjub sama seseorang bukan hal yang menggembirakan. Bahka
Pagi ini rasanya aku ingin absen kerja. Awalnya bukan begitu. Gara-gara cerita Agatha tentang Ardian, aku jadi jengkel. Pagi-pagi sekali Agatha sudah mengisi dengan cerita Ardian. Sebetulnya yang membuat aku jengkel bukanlah cerita tentang Ardian, tetapi mimik muka Agatha waktu bercerita. Aku tahu, Agatha sudah mulai suka sama Ardian. Mengapa seperti ini? Aku tidak mau membayangkan apa yang akan terjadi. Rasanya sudah cukup aku menyembunyikan perasaanku selama ini. Mengapa harus ditambah lagi dengan persoalan baru. Separuh hati aku memencet tombol lift mengarah lantai 10, lantai ruangan Pak Alvin dan sekretarisnya. Tapi Pak Alvin, dulu selalu saja memintaku buat diskusi kalau ada pekerjaan baru yang harus mereka tangani. Situasi lantai 5 hampir kosong, bisa jadi yang lainnya sedang rapat dengan Pak Alvin. "Anak HRD kenapa sampai di sini?" Aku menengok mencari sumber suara. "Iya nih, rindu sama lantai 10," Jawabku t
Setelah dari ruangan Ardian, saya langsung kembali ke meja akudi lantai 5.Di sana Agatha menungguku untuk kembali dari lantai 10.Entah bagaimana dia mungkin bisa menungguku seperti itu, biasanya juga tidak peduli dengan situasinya. Mau aku bagaimana atau karyawan bagaimana, dia tetap tidak peduli dengan itu. Tapi, beda dengan ini. Entahlah, aku tidak mau ambil pusing sama dia seperti gimana. Yang penting, tadi ke lantai 10 tidak sengaja ketemu dengan Ardian dan dia juga tidak tahu soal ini. "Eh, Dell. Tadi kan kamu disuruh ke lantai 10. Disuruh apa aja?" tanya Agatha. "Ehh. Itu aku sama Pak Alvin cuma saling bertukar pikiran saja kok buat di divisi Marketing. Kan aku mantan divisi itu, jadi Pak Alvin hanya tanya-tanya soal marketing sama aku. Itu saja kok,"
Dia kenapa ya? Kayak ada yang diucapin ke aku, tapi enggak jadi. Aku jadi penasaran sama dia. Ahh sudahlah, itu haknya dia kok bukan hak aku untuk mengetahui permasalahan ini. Mungkin dia hanya penasaran aja kali ya, batinku. Tanpa sadar, waktu makan siang sudah hampir selesai. Tapi, tidak ada tanda-tanda dari dia sudah selesai atau belum. Rasanya ingin kasih tahu dia bahwa sudah mau selesai jam makan. "Del, yuk kita balik ke kantor karena sudah hampir jam makan siang selesai. Aku takut kalau kepala divisi kamu marah," ajaknya. "Baik," Setelah bayar, kita langsung pulang ke kantor dan megurus pekerjaan masing-masing. Sesampainya di kantor, aku langsung pamit untuk ke divisi aku. Setelah dimeja, aku langsung mengerjakan document yang lumayan banyak dan deadlinenya hari ini juga. Rasanya aku ingin pulang untuk istirahat sambil main handphone tapi masih lama itu pun. Tiba-tiba, Agatha langsung ke mejaku dan menanyakan soal Ardian. Aku jawab seadanya dan memang h
Jam 5 sore itu sudah pulang kerja. Dengan janji tadi siang, Ardian langsung ke apartemenku untuk mengecek keadaan lebih baik atau bagaimana jangan lupa dia membawakan makanan lagi untuk diriku. Sedangkan aku malah tidak sungkan untuk minta menemani sama dia, takut merepotkan. Apalagi keadaan aku lagi sakit, makin susah dan merepotkan sekali. Bahkan meminta sama atasan sendiri bukan sama teman atau siapa. Tapi untungnya dia tidak merasa direpotkan, bahkan dia yang bilang sendiri untuk mengurus aku kalau lagi sakit. Aku merasa dia ini orangnya perhatian, baik, dan sebagainya. Tidak seperti kata orang-orang yang menganggap dia ini datar, sombong, atau sebagainya. Dia stay di sini sampai malam dan harus melihat keadaanku terlebih dahulu baru dia pulang. Jam 9 malam, dia pamit untuk pulang karena sudah malam. Dia bilang jaga kesehatan dan besok jangan dipaksain untuk masuk kerja, bilang saja masih sakit dan disuruh istirahat sama dokter. Dan aku hanya mengiya
Pas pulang kerja saja, dia anterin aku ke apartemen. Katanya tidak baik kalau naik bis se-sore ini dan besok bakal di jemput buat berangkat bareng, ya aku setuju saja. Saat di apartemen, aku langsung mandi dan rebahan di kasur sambil membuka roomchat Ardian yang berisi "I miss U". Aku hanya ketawa saja, dalam hati bilang 'baru saja ketemu, masa udah kangen.' Sepertinya hubungan aku sama dia bakal langgeng sampai ke jenjang pernikahan, karena dia itu tipe orang yang setia dan perhatian. Dia begitu hanya ke aku, keluarga dan diri dia sendiri. Pas sudah pukul setengah delapan, aku pun memutuskan untuk masak yang simple banget. Paginya, aku bangun dan langsung mandi. Setelah itu, aku sedikit ber-makeup dan memakai parfum biar wangi. Tiba-tiba ada chat dari Ardian, kalau dia sudah menunggu di lobby apartemen dan suruh ke bawah segera. Pas sampai di bawah, aku langsung ke Ardian dan langsung mengajak ke kantor. Selama di jalan, kami saling bertukar cerita yang menar