Pak Lanik, pak Albert, Arkan, Sahyan, dan Mail. Ketika mereka sudah selesai shalat Jum'at berjamaah di mesjid. Langsung saja para pria yang berbeda umur itu pulang ke rumah untuk bertemu istri mereka dan makan siang bersama.
" Assalamualaikum." ucap mereka bersamaan dengan masuk ke dalam rumah." Wa'alaikumsalam." jawab bu Yati, bu Sarah, dan Lela secara bersamaan.Bu Yati, bu Sarah, dan Lela tersenyum dengan menyambut suami mereka masing-masing." Ya Allah, kenapa bisa pulak permandangan seperti ini, ketika Mail pulang?" gumam Mail yang terdengar oleh Arkan yang berada di sampingnya.Arkan melirik ke arah Mail. " Punya bini bang." ucap Arkan dengan menepuk pundak Mail.Mail menoleh ke arah Arkan. " Gak dulu lah, hadapi adik aku aja susah. Apalagi punya bini, kapan-kapan aja kalau ingat." celutuk Mail dengan masuk ke dalam kamarnya.Kening Arkan berkerut, tidak melihat istrinya berada di ruang tamu. " Mak, Aisyah kemana?" tanya Arkan kepada mamak mertuanya.Semua orang yang berada di ruang tamu tersenyum. Ketika mendengar Arkan mencari keberadaan istrinya." Di dalam kamar Arkan, kayaknya tidur dia." jawab bu Yati dengan melihat ke arah Arkan.Arkan mengangguk, lalu pria itu izin pamit untuk menemui Aisyah yang berada di dalam kamar. Arkan sudah dua kali masuk ke dalam kamar Aisyah yang pertama ketika mereka pulang dari akad, Arkan memakai kamar Aisyah untuk berganti pakaian. Dan sekarang yang kedua kali, Arkan menemui Aisyah yang sedang tertidur di dalam kamar.Arkan masuk ke dalam kamar dengan langkah pelan dan juga menutup pintu kamar sampai sangat pelan sekali, takut Aisyah tiba-tiba terbangun. Kamar istrinya memang tidak terlalu besar dan luas seperti kamarnya, tapi kamar Aisyah sangat nyaman dan Arkan menyukai kamar Aisyah. Dengan langkah perlahan Arkan mendekati ke tempat tidur, pria itu tersenyum melihat wajah tenang Aisyah yang sedang terlelap tidur. Arkan yang sedang memandang wajah Aisyah, tiba-tiba terkejut melihat seorang balita laki-laki sudah terbangun.Balita laki-laki itu seperti hendak menangis, Arkan yang tidak ingin mengganggu Aisyah yang masih tertidur pulas. Membuat Arkan langsung mengangkat balita laki-laki itu dengan sangat mudah. Seketika otot-otot tangan Arkan timbul ketika mengendong balita laki-laki di dekapannya.Jika orang lain lihat Arkan seperti menjadi seorang ayah muda yang tampan dan gagah. Pria itu menatap balita laki-laki di dekapannya dengan hangat dan tersenyum, sesekali Arkan mengusap pipi chubby balita laki-laki itu." Hm.... hoaammmmm....." mata sipit Aisyah perlahan terbuka, gadis itu tengah menggeliat untuk merenggangkan otot-otot nya. Dia belum sadar bahwa keponakannya tidak ada di sampingnya, dan ada seorang pria berada di kamarnya bersama keponakan laki-lakinya." Azzam... lah kok gak ada?" Aisyah mengucek matanya untuk menghilangkan rasa ngantuk, gadis itu melihat sekelilingnya sampai ia menemukan seorang pria sedang menggendong seorang balita di dekapannya.Arkan yang mendengar suara menggeliat membuat pria itu membalikkan tubuhnya. Ia melihat Aisyah yang sudah terbangun dengan menatap ke arahnya. Arkan memberikan senyuman dengan mendekati Aisyah yang masih menatap ke arahnya." Sayang sudah bangun?" tanya Arkan yang sudah berada di depan Aisyah.Aisyah memutar matanya malas dengan pertanyaan dari Arkan. " Belum, masih mimpi aku!"Arkan tersenyum dengan menggeleng kepalanya. " Maaf ya, tidur kamu terganggu ya?"" Sudah sini Azzam sama aku aja." pinta Aisyah yang berusaha mengambil keponakannya di dekapan Arkan.Arkan menggeleng. " Kamu baru bangun tidur, lebih baik duduk dulu di sini." ujar Arkan dengan menuntun Aisyah untuk duduk kembali di pinggir tempat tidur.Aisyah mengangguk, gadis itu mengambil duduk berjarak dengan Arkan. Sesekali ia tersenyum kepada keponakannya yang melihat ke arahnya. Tapi ketika Arkan menatap ke arahnya. Aisyah langsung menghentikan senyumannya dengan menatap ke arah lain." Kita kayak sudah menjadi orang tua satu anak ya, kan sayang?" ucap Arkan dengan satu tangannya mengusap rambut Aisyah.Aisyah menepis tangan Arkan yang sedang mengusap rambutnya. " Mana ada! aku masih muda heh, belum nikah juga!" Seketika Aisyah yang lupa akan status barunya.Arkan menatap wajah Aisyah dengan lekat. " Kita sudah nikah sayang, jangan lupa aku suami kamu, dan kamu istri aku."" Loh, kapan aku nikah?"Arkan sampai terkejut mendengar pertanyaan Aisyah. " Kamu lupa? tadi pagi aku sudah menghalalkan kamu di depan bapak, pak penghulu, dan para saksi. Sayang aku suami kamu, jangan lupa ya."Aisyah baru sadar bahwa bukan mimpi, gadis itu sampai menepuk keningnya dengan sedikit kuat. " Aku pikir tadi mimpi, kenapa bukan mimpi aja sih!"" Tapi ini nyata sayang, aku sudah menjadi suami kamu."" Perasaan aku cuman mimpi, lah kenapa betul-betul ada suami pulak aku!" gumam Aisyah dengan suara kecil." Kamu ngomong apa sayang."" Gak ada!"Tok! Tok!" Arkan, mamah sama papah mau pulang." panggil bu Sarah dari luar kamar Aisyah.Arkan dan Aisyah kompak menoleh ke arah depan pintu kamar. Ketika mendengar suara yang tidak asing di telinga Arkan yaitu suara mamahnya." Iya, mah. Ini Arkan mau keluar." sahut Arkan dengan mengusap rambut Aisyah sebelum keluar dari kamar." Kamu jangan lupa keluar pakai hijab, saya tidak ridho rambut kamu di lihat selain saya." ucap Arkan sebelum membuka pintu kamar Aisyah, dan menemui mamahnya.Aisyah baru ingat kalau gak pakai hijab. Wah berarti dari tadi dia lihat rambut aku dong. Kok aku gak sadar pas dia mengusap rambut aku, hedehh rambut aku di lihat cowok mamak....." Arkan, Aisyah sudah bangun?" tanya bu Sarah yang melihat anaknya baru keluar dari kamar menantunya.Arkan mengangguk kepalanya." Bang, itu ambil Azzam sama Arkan." ujar Lela dengan menoel lengan suaminya." Sini Azzam sama Ayah, om Arkan mau bicara sama Oma Sarah." Sahyan mengambil anaknya yang berada di gendongan Arkan. Setelah itu berjalan ke arah istrinya dengan menggendong anaknya." Mana Aisyah, Arkan?" tanya bu Sarah, wanita paruh baya itu tidak ada melihat menantunya keluar dari dalam kamar.Baru di bicarakan keluar orangnya yaitu Aisyah dengan menatap bingung melihat keluarga Arkan dan keluarganya berada di dekat kamarnya. Aisyah hanya tersenyum canggung kepada semua orang yang sedang menatap ke arahnya." Sini sayang, sama mamah." panggil bu Sarah kepada Aisyah yang sudah menjadi menantunya.Aisyah mengangguk, lalu gadis itu melangkah kakinya berjalan ke arah ibu mertuanya.Ketika Aisyah keluar dari kamar, mata Arkan terfokus hanya menatap ke arah Aisyah yang sampai mendekati ke arah mamahnya." Mamah sama papah mau pulang, sebelum pulang mamah mau pamitan dulu sama putri cantik mamah ini." ucap Bu Sarah dengan menggenggam tangan menantunya dengan tersenyum manis.Aisyah tersenyum malu mendengar ucapan mertuanya. " Iya, mah."" Arkan antar ya, mah, pah?" tawar Arkan kepada kedua orang tuanya." Repotin kamu gak?" tanya bu Sarah dengan melihat ke arah anaknya.Arkan menggeleng. " Enggak mah."" Boleh lah kalau gak repotin kamu." bu Sarah melepaskan tangan menantunya dengan mendekati besannya yang sudah akrab ketika pertama mereka bertemu." Besan saya pamit sama suami mau pulang. Terimakasih banyak sudah menjamu kami sampai harus repot-repot masak banyak."Bu Yati membalas dengan tersenyum kepada besannya." Alhamdulillah kami juga merasa senang bisa menjamu besan di rumah kami yang gak seberapa ini. Insyaallah kami gak repot untuk menjamu besan ke rumah kami ini."" Alhamdulillah terimakasih bu Yati sudah menerima kami dengan tangan terbuka, terutama kepada anak kami Arkan yang sudah menjadi menantu bu Yati dan pak Lanik. Kami senang bisa di bertamu dan kami juga suka dengan suasana tempat tinggal bu Yati dan pak Lanik ini."Bu Yati dan pak Lanik memberikan senyuman kepada besan mereka yang juga tersenyum kepada mereka. " Jangan sungkan-sungkan untuk datang ke rumah ini lagi ya bu Sarah. Maaf ya bu Sarah kalau anak saya masih banyak kekurangan untuk menjadi seorang istri dari Arkan. Mohon di nasehatin anak saya kalau mungkin ada berbuat salah, dan tolong kasih tahu anak kami tentang menjadi menantu bu Sarah yang baik."" Bu Yati saya menerima Aisyah bukan hanya sebagai menantu saja, tapi sudah saya anggap sebagai putri saya. Insyaallah saya akan mengingat pesan bu Yati ini, saya titip anak saya bu Yati. Saya dan suami gak papa jika bu Yati dan pak Lanik menyuruh Arkan, tolong anggap juga anak kami sebagai anak bu Yati dan pak Lanik."Bu Yati dan pak Lanik mengangguk dengan ucapan dari besannya. " Ya, Arkan sudah kami anggap juga sebagai anak kami."" Alhamdulillah, terimakasih semuanya atas jamuan yang kalian berikan kepada kami. Dan terimakasih bu Yati sudah repot-repot memberikan oleh-oleh kepada kami, membuat saya tidak enak."" Ya Allah, gak lah biasa saja besan. Lagi pula bukan apa-apa kok oleh-oleh nya. Kami satu keluarga minta maaf juga karena cuman bisa menyambut besan dengan sangat sederhana seperti ini ."" Kami satu keluarga mengucapkan terima kasih karena sudah menyambut kami dengan senang hati. Dan kami sangat senang bisa memakan makanan ciri khas dari Aceh Tamiang."Bu Sarah dan pak Albert bersalaman dengan keluarga pak Lanik untuk pamit pulang. Arkan juga pamit kepada keluarga mertuanya, untuk mengantarkan orang tuanya.Aisyah dari tadi hanya melihat interaksi antara orang tuanya dengan mertuanya. Sampai tidak sadar suaminya Arkan sudah berada di sampingnya. Ketika Arkan mengusap kepalanya baru gadis itu tersadar, dengan melihat Arkan." Aisyah ikut sana sama suami kau, antar mertuamu bersama suami kau." ujar pak Lanik kepada anaknya.Aisyah hanya mengangguk dan mengiyakan kata bapaknya. Gadis itu dengan jalan ogah-ogahan menyusul Arkan dan mertuanya yang sudah di depan rumahnya dan ingin masuk ke dalam mobil. Arkan terkejut dengan kedatangan Aisyah yang sudah di dekatnya. Tidak lama Arkan membantu Aisyah untuk masuk ke dalam mobil.Kantor Sampai di kantor Arkan langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Secangkir kopi bersama tumpukan berkas di atas meja, setia menunggu kedatangannya. Lembar- lembaran kertas belum tersentuh, seolah memanggil- mangilnya untuk meminta segera di kerjakan. Sesekali Arkan menyesap kopinya, tak lupa memperbaiki letak kacamata yang sempat merosot ke bawah. Matanya menatap serius pada layar di depannya, begitu pula dengan tangannya. Bergerak lincah ke sana ke mari di atas papan ketik komputer itu. Hening dan tenang gambaran suasana di dalam ruangan kerja Arkan. Hanya terdengar suara ketikan keyboard komputer saja. Tok! Tok! " Masuk!" titah Arkan, matanya tetap fokus pada layar komputer. Tanpa tau jika seseorang sedang melangkah masuk. Setelah mendapatkan izin dari dalam, seorang wanita dengan membawa berkas di tangan kanannya. Melangkah masuk ke dalam ruangan, seketika tubuh wanita itu menegang di tempat. Tak berselang lama ekspresi wajahnya langsung berubah, senyum tipis ters
" Hm, boleh deh." " Serius sayang?" Aisyah mengangguk sambil tersenyum pada Arkan. " Iyaa. Tapi..." Arkan yang sudah senang mendengar itu, langsung menyahut cepat. " Tapi apa sayang?" tanyanya yang terdengar tidak sabaran. " Tidur di luar!!" Setelah mengatakan itu, Aisyah langsung keluar dari mobil dengan keadaan kesal. Wajah cantiknya berubah jadi jutek dengan sorot mata tajam. Mendengar ucapan Aisyah, Arkan berpikir sesaat. " Sayang. Loh ke mana?" seketika Arkan tersadar jika istrinya sudah keluar dari mobil. Bergegas Arkan keluar dari mobil, dengan langkah lebar dia berusaha mengejar Aisyah. Beberapa tatapan dan pekikan terdengar, satu pun tidak ada di tanggapi olehnya. Di pikirannya hanya satu, istrinya. Apapun menyangkut tentang istrinya akan Arkan lakukan tanpa ada terkecuali. " Sayang tunggu." " Berhenti sebentar, sayang." Mendengar ucapan Arkan, seketika langkah kakinya berhenti. Aisyah menghela napas sebelum berbalik tubuhnya, kini dia bisa melihat suaminya sedang
" Sayang pengen." " Gak ada!" " Sayang please." " No!" " Satu kali saja. Ya, ya boleh ya sayang." " Sayaaaang please." Aisyah menghela napas melihat Arkan, mendengar rengekan suaminya sudah seperti mendengar anak kecil merengek meminta permen pada mamahnya.Salahnya dia juga sih, memakai pakaian tersebut, entah kenapa malam ini Aisyah tiba-tiba kepengen memakai pakaian kurang bahan itu. Apa itu termasuk ngidam juga? Arkan sendiri tidak merasa gentar atau pun putus asa membujuk sang pujaan hati, agar rencananya bisa terlaksanakan dengan lancar dan baik. Dengan perlahan Arkan merapatkan tubuhnya pada Aisyah, tangannya menarik pinggang sang istri supaya lebih dekat lagi dengannya. Lalu kepalanya bersandar di kedua gundukan gunung istrinya, sambil mencari-cari kenyamanan di sana. " Istrikuu, sayangku boleh ya. Janji deh cuman sekali saja. Aku lagi pengen banget sayang." tatapan sayu Arkan mendongak menatap Aisyah, jujur melihat istrinya memakai pakaian seperti itu. Sangat berha
Waktu silih berganti, perasaan baru kemarin mereka merasakan berkumpul bersama dengan penuh canda tawa. Namun, kini harus berpisah kembali seperti sediakala. Minggu sore ini di bandara Soekarno-Hatta, terlihat Arkan dan Aisyah sedang mengantarkan keluarganya. Beberapa wejangan di berikan kepada pasangan suami-istri itu, tak lupa ada aksi nangis menangis terjadi. " Jaga diri kalian baik-baik, terutama untuk Aisyah. Di jaga kesehatannya, makanannya, dan jangan banyak pikiran. Walaupun sedang hamil jangan malas bergerak, bukannya hamil gak boleh gerak dan kerja. Kerja boleh, tapi jangan yang berat-berat. Misalnya angkat rumah gitu. Nah, kalau itu jangan ya dek ya." " Kalau bisa pun kalian pindah di kamar bawah aja, kasian nanti nih anak bontot satu. Udah lagi hamil, naik turun tangga setiap hari, yang ada anaknya brojol duluan sebelum waktunya." Arkan hanya mengangguk mengerti, berbanding terbalik dengan Aisyah. Bibirnya maju beberapa senti seperti bebek yang hendak nyosor saja. Mel
" Ok, fine! aku tau, aku salah. Tapi jangan seperti ini sayang, jangan diamin aku terus. Rasanya sakit. Sakit banget sayang." Arkan tidak berbohong jika diamnya Aisyah bisa se effect itu baginya, sebentar saja tidak mendengar suara istrinya. Mendadak dia kecarian dan merasa sepi seperti kehidupannya dulu. Ini salahnya, andai dia lebih bisa mengatur emosi dan cemburu. Pasti hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.Tapi nasi sudah menjadi bubur, berandai-andai apapun itu jika sudah terjadi maka tak akan bisa di ubah kembali. Aisyah menoleh, menatap Arkan dengan pandangan sulit di artikan. Helaan napas sedari tadi terus terdengar. Punya suami pencemburu patut di syukuri, sebab suami pencemburu pasti paham akan ilmunya. Dan, Aisyah mensyukuri mempunyai suami pencemburu, tapi kadang-kadang dia merasa sedikit kesal. Seperti halnya hari ini! Kepala Arkan mendongak menatap manik mata Aisyah, bibirnya tersungging senyum. Dadanya berdebar kencang seolah dia baru saja lari marathon. " M
Di sini lah mereka berada, di sebuah taman yang indah dengan suasana sejuk dari pohonnya langsung. Terlihat Aisyah tampak begitu menikmati pemandangan taman tersebut, segala kepenatannya seketika hilang saat semilir angin menerpa wajahnya.Tanpa Aisyah sadari jika ada sepasang mata sedari tadi menatap ke arahnya, dengan langkah ringan seseorang tersebut berjalan mendekati Aisyah yang masih belum sadar akan kedatangannya.Semakin dekat seseorang tersebut semakin membuat jantungnya berdebar kencang, seketika dia refleks memegang dadanya.Huuftt.. helaan napas seseorang tersebut, terdengar sekali sedang gugup.Dia sudah sampai dan sekarang sedang berdiri tepat di depan perempuan itu. " Hai." sapa nya dengan menahan gugup.Sontak Aisyah terkejut mendengar suara seseorang yang begitu dekat dengannya, refleks dia memundurkan tubuhnya menjauh dari pria itu.Ya, seorang pria. Bahkan Aisyah tidak tau kapan pria itu datang dan tiba-tiba sudah berada di depannya, perasaannya mulai merasa gelisah
Selesai memencet bell penthouse Nurul memainkan handphonenya sembari menunggu pemiliknya membuka pintu, terlalu asik memainkan handphone dia sampai tak sadar jika pintu sudah terbuka sama pemiliknya. " EKHEM!!" suara deheman itu sontak membuat Nurul kaget sampai handphone yang berada di tangannya melayang, dan berakhir jatuh di lantai. Nurul segera mengambil handphonenya yang mati dengan keadaan layar separuh retak, sungguh sangat menyakiti hatinya. Padahal baru saja dia menganti anti gores. Melihat seorang pria yang dia kenali membuat Nurul sedikit terkejut, tak lama dia menormalkan kembali ekspresinya. " Ada perlu apa?" tanya Mail tanpa merasa bersalah pada teman adiknya itu. Sejenak Nurul menghela napas, supaya berbicara tak pakai emosi pada pelaku yang mengejutkannya tadi. " Aisyah. Mana?" Mail tak menjawab tapi membukakan pintunya lebih lebar lagi agar teman adiknya itu bisa masuk, setelah teman adiknya itu masuk. Langsung saja Mail menutup kembali pintunya, lalu pergi meni
" Huekk.." Aisyah tertunduk lemas dengan tangannya menopang pada meja wastafel, akhir-akhir ini dia sering merasa mual dan hanya memuntahkan cairan bening saja. Setelah mencuci wajah dan tangannya, Aisyah mendongakkan kepalanya menatap ke arah kaca yang ada di depannya. Terlihat wajahnya pucat, bibir pecah-pecah, rambut acak-acakan, pakaian kusut, sungguh penampilannya sudah seperti orang yang tak terurus. Membuat Aisyah sedikit terkejut setelah sadar jika penampilannya, memang sekacau itu. Ceklek! Arkan masuk ke dalam kamar setelah itu menutup pintunya kembali, pandangannya mengedar ke seluruh ruangan kamar, keningnya mengernyit bingung dengan perasaan khawatir yang tak menemukan keberadaan Aisyah di dalam kamar. " Huekk.." Tiba-tiba dia mendengar suara yang berasal dari kamar mandi. Tanpa membuang waktu, segera Arkan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. " Huekk.." lagi-lagi Aisyah memuntahkan isi perutnya yang hanya keluar cairan bening itu, tiba-tiba tubuhnya kurang kese
Pagi yang cerah sama seperti secerah wajah Arkan saat ini, suami Aisyah itu tengah berjalan menuju ke arah kamar. Sambil tangannya membawa nampan berisi buah-buahan dan susu hamil. Setengah jam lalu mereka tiba di kediaman penthouse, mereka di sambut dengan raut wajah bahagia dan juga pelukan. Baik dari pihak keluarga istrinya maupun juga dari pihak keluarganya. Kedua keluarga itu, begitu kompak menyambut kepulangan anak dan menantu mereka. Dan tak lupa memberikan kata selamat pada pasangan suami-istri yang sebentar lagi akan menjadi orang tua itu.Ceklek! " Taruh dulu handphone nya sayang." perintah Arkan. Setelah menutup pintu dan menguncinya, dengan langkah ringan Arkan berjalan menuju ke arah Aisyah, yang sedang duduk di atas tempat tidur itu.Tanpa bantahan Aisyah mengangguk dan menaruh handphone nya di samping dia duduk, matanya melirik kecil ke arah nampan yang berada di tangan Arkan. Dia mengira suaminya itu membawa makanan yang pedas dan gurih, oh ternyata oh ternyata buah