Jangan terlalu berharap dengan ekspektasi, jika tidak ingin sakit pada realitanya. Seperti halnya dengan pengantin baru ini, bukannya mendapatkan senyuman atau pun hanya sekedar mengobrol.
Tiba-tiba malah mendapatkan kejutan yang tidak pernah terduga, yaitu sebuah tamparan. Yaps, sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulusnya, bahkan sekarang pipinya terasa sakit.Tapi entah kenapa dia tidak bisa marah saat mendapatkan tamparan itu." Sayang pipi saya sakit." ucap Arkan mengadu, sambil berusaha memegang tangan Aisyah.Mengabaikan rengekan pria di sampingnya Aisyah lebih memilih memainkan handphone, cara paling tepat bagi Aisyah adalah mengabaikan keberadaan pria di sampingnya.Arkan yang tidak suka di abaikan pun langsung mengambil handphone Aisyah, dan menyimpannya di saku celananya.Aisyah menghela napas berat dengan menatap Arkan, dia melihat pria itu sedang tersenyum di saat dia lagi kesal." Kembali kan handphone aku." pinta Aisyah dengan berbicara masih baik.Arkan menggeleng. " Kalau saya balikan handphone kamu, nanti kamu mengabaikan saya lagi."Aisyah memutar matanya malas mendengar ucapan Arkan." Selagi aku masih berbaik hati mau bicara sama kau, tolong balikan handphone aku."" Coba bicaranya lebih baik lagi sayang. Saya kurang suka kamu berbicara seperti itu." tegur Arkan.Dada Aisyah naik turun mengatur emosi, dia tidak suka orang yang tidak punya hubungan apa-apa dengannya. Mengatur kehidupannya apalagi tentang kesehariannya." Emang kau siapa ngatur-ngatur aku!? gak usah sok ngatur orang! balikan handphone aku!" Aisyah menatap marah Arkan.Arkan tidak memasukkan hati cara bicara Aisyah, dia memberikan senyuman dengan mengusap kepala Aisyah. Walaupun gadis itu langsung menghindar sebelum tangannya mengusap kepalanya." Saya Muhammad Arkan Al- Uqshari Abelard. Dan saya suami kamu, Siti Aisyah." jawab Arkan dengan menatap mata hitam kecoklatan Aisyah.Mendengar kata suami yang keluar dari bibir pria di sampingnya, Aisyah langsung menatap mata hazel milik pria itu." Suami?" Aisyah terkekeh kecil mendengar ucapan Arkan.Melihat Aisyah tertawa bukan karena lucu, tapi lebih menganggap ucapan semuanya seperti bualan. Padahal dia berbicara jujur dan tidak ada kebohongan sedikit pun." Saya tidak bohong sayang." ucap Arkan dengan bersungguh-sungguh.Aisyah langsung menghentikan tawanya dengan menampilkan ekspresi datar menatap Arkan, melihat tatapan pria itu yang seperti meyakinkan ucapannya Aisyah menjadi terdiam sejenak." Sejak kapan?" tanya Aisyah seperti orang amnesia akan lupa dengan kejadian di mesjid tadi." Sejak hari ini, saya dan kamu sudah menjadi pasangan suami-istri." dengan sabar Arkan menjawab pertanyaan Aisyah." Kau bohong kan?"Arkan tersenyum dan menggeleng pelan. " Tidak ada manfaat bagi saya untuk berbohong. Apalagi berbohong sama kamu."Arkan memajukan tubuhnya membuat Aisyah refleks dan langsung memundurkan tubuhnya, Arkan meletakkan tangannya di atas kepala Aisyah." Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih." Arkan membacakan doa untuk Aisyah yang seharusnya di bacakan setelah akad mereka tadi.Aisyah hanya diam dan menatap Arkan dengan ekspresi bingung, dia tidak tau doa apa yang di bacakan. Sampai Arkan harus meletakkan tangan dan menutup mata." Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya." batin Arkan.Arkan membuka matanya dan tersenyum pada Aisyah. " Assalamualaikum ya zaujati." dia meraih tangan Aisyah dan menciumnya lembut.🍄🍄🍄Aisyah langsung menarik tangannya dari genggaman Arkan, sekuat apapun tenaganya untuk melepaskan genggaman itu.Tidak akan berhasil, kalau Arkan sendiri tidak mau melepaskan genggamannya." Lepaskan!"Arkan menggeleng dan semakin menggenggam erat tangan Aisyah." Tolong ya, lepaskan tangan aku!!" pinta Aisyah yang sudah frustasi tangannya belum di lepaskan." Apa sayang? coba bicaranya lebih keras lagi, saya tidak mendengar suara kamu."" Kau sengaja kan!?"Arkan mengangguk lalu menggeleng kepalanya sampai membuat Aisyah emosi." Lepaskan!!" Aisyah menarik kuat tangannya tapi tidak terlepas juga genggamannya.Dengan lembut Arkan mengusap tangan Aisyah yang berada di genggaman tangannya." Jangan di tarik tangannya sayang. Nanti tangan kamu sakit."Arkan definisi memancing harimau yang sedang tidur, seperti halnya dengan Aisyah. Dari tadi mati-matian menahan emosi, kini sudah tidak bisa lagi untuk menahan emosinya.Dia menarik tangan Arkan dan langsung menggigitnya, Arkan sedikit terkejut tapi tidak berselang lama langsung tersenyum.Tidak melepaskan genggamannya Arkan mengigit dalam bibirnya untuk menahan rasa sakit pada tangannya, dia tidak marah saat Aisyah mengigit tangannya." Sudah sayang?" tanya Arkan dengan tersenyum pada Aisyah.Aisyah mengabaikan pertanyaan Arkan dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain, berinsiatif Arkan meletakkan kepalanya di pundak Aisyah.Merasakan berat pada pundaknya Aisyah langsung menoleh. " Jauhkan kepala kau dari pundak aku!"Arkan menggeleng dengan segera melepaskan genggaman tangan, dan langsung memeluk Aisyah dari samping." Aku ngantuk sayang. Izinkan saya tidur di pundak kamu sebentar ya."🍄🍄🍄Beberapa menit yang lalu Arkan pergi dari kamar, sedangkan Aisyah masih berada di dalam kamar dengan melamun.CeklekSuara pintu terbuka membuyarkan lamunan Aisyah, dia melihat Arkan tersenyum saat masuk ke dalam kamar." Sayang sudah ganti baju ya?" tanya Arkan basa-basi seraya berjalan mendekati Aisyah.Ketika Arkan keluar dari kamar Aisyah langsung berganti pakaiannya, dia merasa tidak nyaman dengan pakaian pengantin." Buta mata kau!? gak lihat apa, udah ganti baju apa belum!" jawab Aisyah membuat Arkan langsung menampilkan tatapan datar.Sudah berada di dekat Aisyah, Arkan menaruhkan nampan berisi makanan di atas tempat tidur. Dia mengambil duduk di samping Aisyah sembari mengusap lembut kepala Aisyah." Sayang tidak boleh berbicara seperti itu. Berbicara seperti itu tidak baik sayang, apalagi sama suami kamu sendiri." tegur Arkan tanpa ada nada marah.Aisyah hanya diam dan menatap datar Arkan yang sedang menasehatinya itu.Tidak mendapatkan respon apapun dari istrinya, Arkan langsung mengambil makanan yang dia bawa tadi. Dan memberikannya kepada Aisyah.Aisyah hanya menatap makanan yang di berikan Arkan, tanpa ada niatan untuk mengambilnya." Aku suapin ya sayang. Kamu belum makan apapun dari tadi." Arkan langsung berinisiatif untuk menyuapi Aisyah.Aisyah langsung mengambil makanan dari tangan Arkan. " Gak usah. Aku bisa makan sendiri!" ketusnya.Arkan tersenyum dan mengangguk." Ngapain lagi!? keluar sana!!" usir Aisyah." Ngapain saya keluar kalau istri saya ada di sini." balas Arkan.Aisyah tidak mempedulikan tatapan Arkan yang terus menatapnya, dia lebih mempedulikan makanan yang ada di tangannya.Arkan tersenyum melihat Aisyah makan, ketika makan pipi chubby Aisyah akan membulat lucu. Dan Arkan tersenyum melihat itu.Dari tadi makan saja membuat Aisyah ingin minum, melihat ke sampingnya Arkan masih saja menatapnya. Dia tidak mempedulikan tatapan Arkan, yang dia inginkan sekarang adalah minum.Arkan melihat arah pandang Aisyah yang melihat nampan yang berada di belakangnya." Astaghfirullah maaf sayang, aku lupa bawa minum. Pasti kamu haus ya. Tunggu sebentar, aku akan mengambil minum buat kamu."Arkan baru teringat jika tidak ada membawa minum untuk Aisyah, dia langsung keluar dari kamar dan tidak lama balik dengan membawa segelas air minum." Ini sayang di minum. Jangan lupa baca bismillah." Arkan memberikan air minum kepada Aisyah.Aisyah hanya mengangguk dan langsung minum air yang di berikan Arkan, setelah itu piring dan gelas sudah kosong langsung di ambil alih dengan Arkan.Tanpa ada berbicara apapun pria itu langsung keluar dari kamar, dengan membawa piring dan gelas kotor. Tidak lama Arkan masuk kembali ke dalam kamar dengan membawa koper.Aisyah hanya melihat Arkan saja tanpa ada niatan untuk membantu, sudah dapat pakaian yang akan dia pakai.Arkan langsung membuka pakaiannya tanpa ada rasa malu di depan Aisyah, sedangkan Aisyah melotot melihat itu. Dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.' Gak malu apa dia ganti baju di depan aku!?'Selesai dengan Menganti pakaian Arkan mendekati Aisyah kembali, keningnya mengerut melihat Aisyah yang sedang menatap ke arah lain." Sayang kenapa lihat ke arah sana. Lihat ke sini sayang, suami kamu ada di samping kamu."Kantor Sampai di kantor Arkan langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Secangkir kopi bersama tumpukan berkas di atas meja, setia menunggu kedatangannya. Lembar- lembaran kertas belum tersentuh, seolah memanggil- mangilnya untuk meminta segera di kerjakan. Sesekali Arkan menyesap kopinya, tak lupa memperbaiki letak kacamata yang sempat merosot ke bawah. Matanya menatap serius pada layar di depannya, begitu pula dengan tangannya. Bergerak lincah ke sana ke mari di atas papan ketik komputer itu. Hening dan tenang gambaran suasana di dalam ruangan kerja Arkan. Hanya terdengar suara ketikan keyboard komputer saja. Tok! Tok! " Masuk!" titah Arkan, matanya tetap fokus pada layar komputer. Tanpa tau jika seseorang sedang melangkah masuk. Setelah mendapatkan izin dari dalam, seorang wanita dengan membawa berkas di tangan kanannya. Melangkah masuk ke dalam ruangan, seketika tubuh wanita itu menegang di tempat. Tak berselang lama ekspresi wajahnya langsung berubah, senyum tipis ters
" Hm, boleh deh." " Serius sayang?" Aisyah mengangguk sambil tersenyum pada Arkan. " Iyaa. Tapi..." Arkan yang sudah senang mendengar itu, langsung menyahut cepat. " Tapi apa sayang?" tanyanya yang terdengar tidak sabaran. " Tidur di luar!!" Setelah mengatakan itu, Aisyah langsung keluar dari mobil dengan keadaan kesal. Wajah cantiknya berubah jadi jutek dengan sorot mata tajam. Mendengar ucapan Aisyah, Arkan berpikir sesaat. " Sayang. Loh ke mana?" seketika Arkan tersadar jika istrinya sudah keluar dari mobil. Bergegas Arkan keluar dari mobil, dengan langkah lebar dia berusaha mengejar Aisyah. Beberapa tatapan dan pekikan terdengar, satu pun tidak ada di tanggapi olehnya. Di pikirannya hanya satu, istrinya. Apapun menyangkut tentang istrinya akan Arkan lakukan tanpa ada terkecuali. " Sayang tunggu." " Berhenti sebentar, sayang." Mendengar ucapan Arkan, seketika langkah kakinya berhenti. Aisyah menghela napas sebelum berbalik tubuhnya, kini dia bisa melihat suaminya sedang
" Sayang pengen." " Gak ada!" " Sayang please." " No!" " Satu kali saja. Ya, ya boleh ya sayang." " Sayaaaang please." Aisyah menghela napas melihat Arkan, mendengar rengekan suaminya sudah seperti mendengar anak kecil merengek meminta permen pada mamahnya.Salahnya dia juga sih, memakai pakaian tersebut, entah kenapa malam ini Aisyah tiba-tiba kepengen memakai pakaian kurang bahan itu. Apa itu termasuk ngidam juga? Arkan sendiri tidak merasa gentar atau pun putus asa membujuk sang pujaan hati, agar rencananya bisa terlaksanakan dengan lancar dan baik. Dengan perlahan Arkan merapatkan tubuhnya pada Aisyah, tangannya menarik pinggang sang istri supaya lebih dekat lagi dengannya. Lalu kepalanya bersandar di kedua gundukan gunung istrinya, sambil mencari-cari kenyamanan di sana. " Istrikuu, sayangku boleh ya. Janji deh cuman sekali saja. Aku lagi pengen banget sayang." tatapan sayu Arkan mendongak menatap Aisyah, jujur melihat istrinya memakai pakaian seperti itu. Sangat berha
Waktu silih berganti, perasaan baru kemarin mereka merasakan berkumpul bersama dengan penuh canda tawa. Namun, kini harus berpisah kembali seperti sediakala. Minggu sore ini di bandara Soekarno-Hatta, terlihat Arkan dan Aisyah sedang mengantarkan keluarganya. Beberapa wejangan di berikan kepada pasangan suami-istri itu, tak lupa ada aksi nangis menangis terjadi. " Jaga diri kalian baik-baik, terutama untuk Aisyah. Di jaga kesehatannya, makanannya, dan jangan banyak pikiran. Walaupun sedang hamil jangan malas bergerak, bukannya hamil gak boleh gerak dan kerja. Kerja boleh, tapi jangan yang berat-berat. Misalnya angkat rumah gitu. Nah, kalau itu jangan ya dek ya." " Kalau bisa pun kalian pindah di kamar bawah aja, kasian nanti nih anak bontot satu. Udah lagi hamil, naik turun tangga setiap hari, yang ada anaknya brojol duluan sebelum waktunya." Arkan hanya mengangguk mengerti, berbanding terbalik dengan Aisyah. Bibirnya maju beberapa senti seperti bebek yang hendak nyosor saja. Mel
" Ok, fine! aku tau, aku salah. Tapi jangan seperti ini sayang, jangan diamin aku terus. Rasanya sakit. Sakit banget sayang." Arkan tidak berbohong jika diamnya Aisyah bisa se effect itu baginya, sebentar saja tidak mendengar suara istrinya. Mendadak dia kecarian dan merasa sepi seperti kehidupannya dulu. Ini salahnya, andai dia lebih bisa mengatur emosi dan cemburu. Pasti hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.Tapi nasi sudah menjadi bubur, berandai-andai apapun itu jika sudah terjadi maka tak akan bisa di ubah kembali. Aisyah menoleh, menatap Arkan dengan pandangan sulit di artikan. Helaan napas sedari tadi terus terdengar. Punya suami pencemburu patut di syukuri, sebab suami pencemburu pasti paham akan ilmunya. Dan, Aisyah mensyukuri mempunyai suami pencemburu, tapi kadang-kadang dia merasa sedikit kesal. Seperti halnya hari ini! Kepala Arkan mendongak menatap manik mata Aisyah, bibirnya tersungging senyum. Dadanya berdebar kencang seolah dia baru saja lari marathon. " M
Di sini lah mereka berada, di sebuah taman yang indah dengan suasana sejuk dari pohonnya langsung. Terlihat Aisyah tampak begitu menikmati pemandangan taman tersebut, segala kepenatannya seketika hilang saat semilir angin menerpa wajahnya.Tanpa Aisyah sadari jika ada sepasang mata sedari tadi menatap ke arahnya, dengan langkah ringan seseorang tersebut berjalan mendekati Aisyah yang masih belum sadar akan kedatangannya.Semakin dekat seseorang tersebut semakin membuat jantungnya berdebar kencang, seketika dia refleks memegang dadanya.Huuftt.. helaan napas seseorang tersebut, terdengar sekali sedang gugup.Dia sudah sampai dan sekarang sedang berdiri tepat di depan perempuan itu. " Hai." sapa nya dengan menahan gugup.Sontak Aisyah terkejut mendengar suara seseorang yang begitu dekat dengannya, refleks dia memundurkan tubuhnya menjauh dari pria itu.Ya, seorang pria. Bahkan Aisyah tidak tau kapan pria itu datang dan tiba-tiba sudah berada di depannya, perasaannya mulai merasa gelisah