Home / Rumah Tangga / Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO / Sayang aku sangat beruntung bisa memiliki kamu

Share

Sayang aku sangat beruntung bisa memiliki kamu

Author: byy_aissy
last update Last Updated: 2023-12-14 23:08:26

Hotel Jagoci Inn, adalah sebuah penginapan yang banyak di kunjungi oleh para wisatawan atau orang yang sedang melakukan bisnis antar daerah, tempat penginapan itu terkenal karena view hotelnya memanjakan mata bagi pengunjungnya, dan hotel Jagoci Inn juga terletak di tengah-tengah kota Aceh Tamiang. Arkan dan Aisyah mengantarkan bu Sarah dan pak Albert ke tempat penginapan di hotel Jagoci Inn.

" Alhamdulillah, terimakasih sayang sudah mengantar mamah sama papah sampai ke hotel." bu Sarah memeluk menantunya yang terlihat senang karena ikut mengantar ke hotel.

" Aisyah terimakasih ya, nak, sudah mau menerima anak mamah. Arkan itu orang nya dingin, cuek, dan gak peka terhadap sekitarnya. Kamu banyak sabar aja menghadapi sifat Arkan yang bisa membuat kamu darah tinggi menghadapi sifat Arkan. Kalau Arkan macam-macam atau sakiti kamu, bilang langsung sama mamah atau papah. Biar mamah marahin dia kalau menyakiti putri cantik dan manis mamah ini." bisik bu Sarah kepada Aisyah yang sudah di anggap seperti putri sendiri.

" Iya, mah." Aisyah mengangguk kepalanya, dengan membalas pelukan mertuanya.

Ekhem

Bu Sarah dan Aisyah melepaskan pelukan mereka ketika mendengar suara deheman, Kedua perempuan itu menoleh melihat Arkan dan Pak Albert yang sedang menatap ke arah mereka.

Arkan mendekat dengan menggenggam tangan Aisyah. Gadis itu hanya bisa pasrah ketika tangannya di genggam oleh Arkan.

" Arkan sama Aisyah antar mamah dan papah ke bandara ya." tawar Arkan kepada kedua orang tuanya.

Bu Sarah dan pak Albert menggeleng secara bersamaan. " Terimakasih Arkan tawaran kamu untuk mamah dan papah. Tapi kamu gak perlu sampai harus antar kami ke bandara, kami sudah memesan taksi untuk pergi ke bandara. Kamu kan belum tahu banyak tentang daerah ini, lebih baik kamu jalan-jalan sama Aisyah di daerah ini. Sebelum balik ke Jakarta."

Arkan mengangguk dengan ucapan mamahnya.

" Kalau gitu mamah sama papah masuk ke dalam, barang-barang mamah kan belum di packing. Apalagi punya papah kamu nih, banyak bawaannya."

Pak Albert menoleh. " Mana ada barang papah banyak mah, bukannya barang mamah yang banyak."

" Hussh... papah gak bisa di ajak kerja sama." bu Sarah menggeplak lengan suaminya pelan.

" Bilang dong mah, papah kan gak tahu."

" Arkan tolong jaga putri mamah. Jangan sampai ada lecet sedikit pun, nanti mamah lihat kalau sudah sampai di Jakarta."

" Iya, mah. Tenang saja putri mamah ini akan aku jaga, tidak akan ada satu pun lecet sampai ke Jakarta." Arkan mengatakan itu tapi matanya fokus melihat Aisyah.

" Bagus. Sayang kalau dia macam-macam bilang ke mamah ya?" bu Sarah memberikan senyuman dengan mengusap kepala Aisyah.

" Iya, mah." Aisyah mengangguk dengan membalas senyuman mertuanya.

" Assalamualaikum." setelah itu bu Sarah dan pak Albert langsung meninggalkan Arkan dan Aisyah di depan hotel.

" Wa'alaikumsalam." jawab Arkan dan Aisyah dengan melihat mamah dan papah sudah masuk ke dalam hotel.

Setelah kedua orang tua Arkan masuk ke dalam hotel. Kini tinggal Arkan dan Aisyah berada di luar hotel, tangan kekar merangkul pundak Aisyah menuntun ke arah mobil yang di parkir tidak jauh dari mereka.

Sudah satu kali Arkan dan Aisyah memutari jalan raya yang tidak tahu mau ke mana tujuannya. Arkan memang terkenal irit bicara, tapi ketika Aisyah diam tidak ada satu kata pun berbicara membuat pria itu tidak suka dengan suasana keheningan yang sedang melanda di sekitarnya.

Dengan inisiatif Arkan membawa mobilnya ke pinggir jalan supaya tidak menggangu kendaraan lain, ketika ia mau berbicara kepada Aisyah. Dengan mudah Arkan melepaskan seatbelt yang di pakainya tadi. Arkan memajukan tubuhnya ke arah Aisyah yang masih melihat ke arah jendela mobil.

" Sayang " panggil Arkan lembut terdengar di telinga Aisyah.

Aisyah sampai mematung mendengar suara Arkan yang berbicara di telinganya. Dengan membalikkan tubuhnya gadis itu sontak terkejut kaget melihat Arkan sudah berada di dekatnya.

" Sayang kamu kenapa? jangan diam seperti ini sayang."

Arkan mengambil tangan Aisyah tapi sudah duluan dengan Aisyah yang sudah menjauhkan tangannya dari Arkan.

" Sayang kita mau jalan-jalan ke mana? atau kamu mau membeli makanan dan yang lainnya." Arkan mengalihkan pembicaraan tidak menyerah untuk mengajak Aisyah berbicara.

" Pulang."

Arkan menggeleng.

Aisyah menatap Arkan sekilas. " Alasan apa anda menikahi saya?" Aisyah langsung to the point bertanya kepada Arkan.

Arkan menjawab pertanyaan Aisyah dengan tersenyum. " Sayang alasan apapun itu aku menikahi kamu. Cuman satu yang harus kamu tahu, kamu adalah jodoh aku yang Allah berikan kepada aku. Sayang aku sangat beruntung sekaligus senang sudah menghalalkan kamu sebagai istri aku."

Aisyah menghela napas kesal. " Saya bertanya apa alasan anda menikahi saya? bukan seberapa beruntung dan senang anda menikahi saya!"

Arkan mengangguk pelan, dengan matanya fokus menatap mata coklat kehitaman Aisyah. Pria itu hanya diam mendengarkan setiap ucapan yang keluar dari bibir Aisyah.

" Anda tahu? saya sebenarnya tidak mau menikah. Karena permintaan orang tua saya, dan terutama mamak saya meminta saya untuk menerima pernikahan ini."

" Tidak pernah sedikit pun terpikir di benak saya untuk menikah muda, seperti saat ini. Saya kalau tidak kuliah tidak apa-apa, bisa mencari pekerjaan untuk kebutuhan sehari-hari saya sendiri."

" Kalau saya lihat anda ini tidak akan sulit untuk mendapatkan perempuan yang lebih baik dari pada saya. Tapi kenapa anda menikahi saya? kita sebelumnya bahkan tidak kenal dan tidak pernah bertemu satu kali pun."

" Please tolong anda jawab, alasan apa anda menikahi saya?"

Arkan memberikan senyuman kepada Aisyah. " Sudah sayang?"

" Sekarang giliran aku untuk menjawab pertanyaan kamu tadi."

" Alasan aku menikahi kamu merupakan skenario dari Allah yang sudah mengatur sedemikian rupa untuk mempertemukan kita di dalam satu ikatan halal untuk menjadi suami istri. Untuk saat ini aku belum bisa menjelaskan alasan semuanya sama kamu, suatu hari nanti kamu pasti akan tahu alasan Allah mempertemukan kita menjadi suami istri."

" Tapi perlu kamu ingat, tidak ada namanya kebetulan kalau tidak ada campur tangan dari Allah langsung. Begitu pun dengan pernikahan kita, sayang mungkin saat ini kamu menerima pernikahan ini karena permintaan orang tua kamu. Semoga kedepannya kamu menerima pernikahan kita dengan ikhlas dan menerima aku sebagai suami kamu.

" Sayang seperti kamu bilang tadi mungkin aku tidak akan sulit mendapatkan perempuan yang lebih dari kamu. Tapi jika kamu jodoh aku dan aku cuman mau kamu yang menjadi istri aku dan ibu dari anak-anak kita, maka aku tidak butuh perempuan lain walaupun dia punya kelebihan yang tidak ada pada kamu. Kita memang sebelumnya tidak pernah bertemu dan tidak kenal satu sama lain, tapi sayang ketika aku mengucapkan kalimat sakral untuk menghalalkan kamu di depan bapak, pak penghulu, dan para saksi. Aku sudah jatuh hati sama kamu bahkan cinta, walaupun kita baru bertemu setelah akad nikah tadi."

Aisyah mendengar penjelasan Arkan yang masih sangat membuat Aisyah penasaran akan alasan sebenarnya menikahi dirinya.

Dengan lembut Arkan memegang tangan Aisyah dengan tersenyum hangat. " Sayang kita buat pernikahan ini untuk lebih meningkatkan ibadah kita kepada Allah subhanallah wa ta'ala. Aku ingin menjadi rumah kamu, pendengar kamu, membuat kamu tersenyum dan bahagia bersama aku. Dan paling penting aku ingin bersama kamu di dunia dan di akhirat kelak, sampai kita bisa bersama-sama ke surga Allah."

Aisyah hanya diam mendengar ucapan Arkan.

" Sekarang kita jalan-jalan ya?"

" Seterah."

" Sayang aku tidak tahu daerah di sini. Kamu bisa kasih tahu kan kita harus jalan-jalan ke mana."

" Udah kelilingi-keliling aja."

Arkan mengangguk patuh dengan menghidupkan kembali mobilnya membawa ke jalan raya.

" Sayang gak mau membeli makanan?"

Aisyah melirik Arkan datar. " Bisa gak anda jangan memanggil saya sayang."

Arkan menggeleng tidak setuju. " Gak bisa sayang. Kamu bisa gak panggilnya jangan anda saya, tapi aku kamu."

" Gak usah mengatur saya!"

" Aku suami kamu. Berhak buat aku mengajarkan kamu yang baik dan menasehati kamu."

" Bisa ya sayang, panggil aku kamu."

" Hm."

" Tolong tangannya ya, tidak usah sentuh-sentuh aku."

" Kenapa? aku suami kamu, kita tidak akan berdosa jika bersentuhan. Karena kita sudah halal dan menjadi suami istri."

" Fokus bawa mobil. Gak usah lihat-lihat aku!"

" Kamu terlalu indah jika tidak di lihat."

" Buaya!"

Tawa Arkan pecah menggema memenuhi mobil. Pria itu sampai tidak bisa menahan tawa dan senyum mendengar ucapan Aisyah.

" Gak lucu!"

Arkan menghentikan tertawanya dengan mengangguk. " Maaf sayang, soalnya aku lucu mendengar kamu bilang buaya. Dari mananya suami kamu ini, buaya?"

" Udah nampak, karakter buaya yang sering menggombal dengan perempuan."

" Masya Allah istri aku lucu banget. Aku manusia sayang bukan buaya. Lagi pula aku tidak pernah berinteraksi dengan perempuan lain seperti sama kamu saat ini."

Aisyah menyipitkan matanya melihat wajah Arkan yang terlihat tidak meyakinkan.

Arkan menoleh sekilas Aisyah. " Kenapa sayang? jangan natap seperti itu, nanti kamu bisa jatuh cinta sama aku. Kalau aku memang sudah jatuh cinta bahkan cinta sama kamu."

Aisyah memutar matanya malas mendengar ucapan Arkan. " Mohon maaf nih aku tidak semudah itu untuk jatuh cinta. Hati aku sudah tertutup untuk mencintai seseorang."

" Aku akan meminta kepada Allah untuk membuka hati kamu. Untuk aku membuat kamu mencintai aku sebagai suami kamu."

" Coba aja, kalau bisa."

" Alhamdulillah kamu memberikan aku kesempatan untuk buat kamu cinta kepada aku. Sayang akan aku pastikan kamu cinta kepada aku. Karena aku akan meminta dan memohon kepada Allah subhanallah wa ta'ala langsung untuk membuka hati kamu buat cinta aku."

Mata Aisyah melihat penjual martabak manis yang berada di seberang jalan. Membuat gadis itu mengatakan berhenti kepada Arkan.

" Berhenti sebentar!"

Cittt....

" Kenapa sayang? kamu kenapa minta berhenti mendadak seperti ini?"

" Hedehh untuk aku gak ada jantungan."

" Maaf ya sayang. Kamu kenapa minta berhenti, hm?"

Mata Aisyah melihat penjual martabak manis yang berada di seberang jalan. Sampai Arkan mengikuti arah pandang Aisyah. " Kamu lihat apa sayang?"

Aisyah menoleh. " Putar balik, aku mau beli itu." tunjuk Aisyah ke arah penjual martabak manis.

Arkan mengangguk dengan mengambil tangan Aisyah untuk di genggam. " Iya aku putar balik. Kita beli apa yang kamu mau ya."

" Ya udah lepas tangan aku nih."

Arkan menggeleng tangannya mempererat genggaman tangan Aisyah. Tanpa kesusahan membawa mobil dengan satu tangannya, seperti sudah sangat profesional membawa mobil dengan satu tangan.

Setelah membeli martabak manis Arkan membawa mobilnya ke tempat supermarket seperti yang Aisyah pinta untuk membeli berbagai cemilan. Dengan senang hati Arkan menuruti kemauan Aisyah apapun yang di mintanya. Mereka bukan jalan-jalan sore pada umumnya, yang mulai dari Aisyah bertanya alasan di nikahi? sampai membeli martabak manis dan cemilan di supermarket. Setelah mereka langsung pulang ke rumah karena sudah mau masuk waktu Maghrib.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Wanita itu harus mahal

    Kantor Sampai di kantor Arkan langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Secangkir kopi bersama tumpukan berkas di atas meja, setia menunggu kedatangannya. Lembar- lembaran kertas belum tersentuh, seolah memanggil- mangilnya untuk meminta segera di kerjakan. Sesekali Arkan menyesap kopinya, tak lupa memperbaiki letak kacamata yang sempat merosot ke bawah. Matanya menatap serius pada layar di depannya, begitu pula dengan tangannya. Bergerak lincah ke sana ke mari di atas papan ketik komputer itu. Hening dan tenang gambaran suasana di dalam ruangan kerja Arkan. Hanya terdengar suara ketikan keyboard komputer saja. Tok! Tok! " Masuk!" titah Arkan, matanya tetap fokus pada layar komputer. Tanpa tau jika seseorang sedang melangkah masuk. Setelah mendapatkan izin dari dalam, seorang wanita dengan membawa berkas di tangan kanannya. Melangkah masuk ke dalam ruangan, seketika tubuh wanita itu menegang di tempat. Tak berselang lama ekspresi wajahnya langsung berubah, senyum tipis ters

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Kok ngamook!

    " Hm, boleh deh." " Serius sayang?" Aisyah mengangguk sambil tersenyum pada Arkan. " Iyaa. Tapi..." Arkan yang sudah senang mendengar itu, langsung menyahut cepat. " Tapi apa sayang?" tanyanya yang terdengar tidak sabaran. " Tidur di luar!!" Setelah mengatakan itu, Aisyah langsung keluar dari mobil dengan keadaan kesal. Wajah cantiknya berubah jadi jutek dengan sorot mata tajam. Mendengar ucapan Aisyah, Arkan berpikir sesaat. " Sayang. Loh ke mana?" seketika Arkan tersadar jika istrinya sudah keluar dari mobil. Bergegas Arkan keluar dari mobil, dengan langkah lebar dia berusaha mengejar Aisyah. Beberapa tatapan dan pekikan terdengar, satu pun tidak ada di tanggapi olehnya. Di pikirannya hanya satu, istrinya. Apapun menyangkut tentang istrinya akan Arkan lakukan tanpa ada terkecuali. " Sayang tunggu." " Berhenti sebentar, sayang." Mendengar ucapan Arkan, seketika langkah kakinya berhenti. Aisyah menghela napas sebelum berbalik tubuhnya, kini dia bisa melihat suaminya sedang

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Sayang pengen

    " Sayang pengen." " Gak ada!" " Sayang please." " No!" " Satu kali saja. Ya, ya boleh ya sayang." " Sayaaaang please." Aisyah menghela napas melihat Arkan, mendengar rengekan suaminya sudah seperti mendengar anak kecil merengek meminta permen pada mamahnya.Salahnya dia juga sih, memakai pakaian tersebut, entah kenapa malam ini Aisyah tiba-tiba kepengen memakai pakaian kurang bahan itu. Apa itu termasuk ngidam juga? Arkan sendiri tidak merasa gentar atau pun putus asa membujuk sang pujaan hati, agar rencananya bisa terlaksanakan dengan lancar dan baik. Dengan perlahan Arkan merapatkan tubuhnya pada Aisyah, tangannya menarik pinggang sang istri supaya lebih dekat lagi dengannya. Lalu kepalanya bersandar di kedua gundukan gunung istrinya, sambil mencari-cari kenyamanan di sana. " Istrikuu, sayangku boleh ya. Janji deh cuman sekali saja. Aku lagi pengen banget sayang." tatapan sayu Arkan mendongak menatap Aisyah, jujur melihat istrinya memakai pakaian seperti itu. Sangat berha

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Sabar ya bang ya, yang sabar!

    Waktu silih berganti, perasaan baru kemarin mereka merasakan berkumpul bersama dengan penuh canda tawa. Namun, kini harus berpisah kembali seperti sediakala. Minggu sore ini di bandara Soekarno-Hatta, terlihat Arkan dan Aisyah sedang mengantarkan keluarganya. Beberapa wejangan di berikan kepada pasangan suami-istri itu, tak lupa ada aksi nangis menangis terjadi. " Jaga diri kalian baik-baik, terutama untuk Aisyah. Di jaga kesehatannya, makanannya, dan jangan banyak pikiran. Walaupun sedang hamil jangan malas bergerak, bukannya hamil gak boleh gerak dan kerja. Kerja boleh, tapi jangan yang berat-berat. Misalnya angkat rumah gitu. Nah, kalau itu jangan ya dek ya." " Kalau bisa pun kalian pindah di kamar bawah aja, kasian nanti nih anak bontot satu. Udah lagi hamil, naik turun tangga setiap hari, yang ada anaknya brojol duluan sebelum waktunya." Arkan hanya mengangguk mengerti, berbanding terbalik dengan Aisyah. Bibirnya maju beberapa senti seperti bebek yang hendak nyosor saja. Mel

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Plato

    " Ok, fine! aku tau, aku salah. Tapi jangan seperti ini sayang, jangan diamin aku terus. Rasanya sakit. Sakit banget sayang." Arkan tidak berbohong jika diamnya Aisyah bisa se effect itu baginya, sebentar saja tidak mendengar suara istrinya. Mendadak dia kecarian dan merasa sepi seperti kehidupannya dulu. Ini salahnya, andai dia lebih bisa mengatur emosi dan cemburu. Pasti hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.Tapi nasi sudah menjadi bubur, berandai-andai apapun itu jika sudah terjadi maka tak akan bisa di ubah kembali. Aisyah menoleh, menatap Arkan dengan pandangan sulit di artikan. Helaan napas sedari tadi terus terdengar. Punya suami pencemburu patut di syukuri, sebab suami pencemburu pasti paham akan ilmunya. Dan, Aisyah mensyukuri mempunyai suami pencemburu, tapi kadang-kadang dia merasa sedikit kesal. Seperti halnya hari ini! Kepala Arkan mendongak menatap manik mata Aisyah, bibirnya tersungging senyum. Dadanya berdebar kencang seolah dia baru saja lari marathon. " M

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Kesalahpahaman

    Di sini lah mereka berada, di sebuah taman yang indah dengan suasana sejuk dari pohonnya langsung. Terlihat Aisyah tampak begitu menikmati pemandangan taman tersebut, segala kepenatannya seketika hilang saat semilir angin menerpa wajahnya.Tanpa Aisyah sadari jika ada sepasang mata sedari tadi menatap ke arahnya, dengan langkah ringan seseorang tersebut berjalan mendekati Aisyah yang masih belum sadar akan kedatangannya.Semakin dekat seseorang tersebut semakin membuat jantungnya berdebar kencang, seketika dia refleks memegang dadanya.Huuftt.. helaan napas seseorang tersebut, terdengar sekali sedang gugup.Dia sudah sampai dan sekarang sedang berdiri tepat di depan perempuan itu. " Hai." sapa nya dengan menahan gugup.Sontak Aisyah terkejut mendengar suara seseorang yang begitu dekat dengannya, refleks dia memundurkan tubuhnya menjauh dari pria itu.Ya, seorang pria. Bahkan Aisyah tidak tau kapan pria itu datang dan tiba-tiba sudah berada di depannya, perasaannya mulai merasa gelisah

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   A limited edition

    Selesai memencet bell penthouse Nurul memainkan handphonenya sembari menunggu pemiliknya membuka pintu, terlalu asik memainkan handphone dia sampai tak sadar jika pintu sudah terbuka sama pemiliknya. " EKHEM!!" suara deheman itu sontak membuat Nurul kaget sampai handphone yang berada di tangannya melayang, dan berakhir jatuh di lantai. Nurul segera mengambil handphonenya yang mati dengan keadaan layar separuh retak, sungguh sangat menyakiti hatinya. Padahal baru saja dia menganti anti gores. Melihat seorang pria yang dia kenali membuat Nurul sedikit terkejut, tak lama dia menormalkan kembali ekspresinya. " Ada perlu apa?" tanya Mail tanpa merasa bersalah pada teman adiknya itu. Sejenak Nurul menghela napas, supaya berbicara tak pakai emosi pada pelaku yang mengejutkannya tadi. " Aisyah. Mana?" Mail tak menjawab tapi membukakan pintunya lebih lebar lagi agar teman adiknya itu bisa masuk, setelah teman adiknya itu masuk. Langsung saja Mail menutup kembali pintunya, lalu pergi meni

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Morning sickness

    " Huekk.." Aisyah tertunduk lemas dengan tangannya menopang pada meja wastafel, akhir-akhir ini dia sering merasa mual dan hanya memuntahkan cairan bening saja. Setelah mencuci wajah dan tangannya, Aisyah mendongakkan kepalanya menatap ke arah kaca yang ada di depannya. Terlihat wajahnya pucat, bibir pecah-pecah, rambut acak-acakan, pakaian kusut, sungguh penampilannya sudah seperti orang yang tak terurus. Membuat Aisyah sedikit terkejut setelah sadar jika penampilannya, memang sekacau itu. Ceklek! Arkan masuk ke dalam kamar setelah itu menutup pintunya kembali, pandangannya mengedar ke seluruh ruangan kamar, keningnya mengernyit bingung dengan perasaan khawatir yang tak menemukan keberadaan Aisyah di dalam kamar. " Huekk.." Tiba-tiba dia mendengar suara yang berasal dari kamar mandi. Tanpa membuang waktu, segera Arkan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. " Huekk.." lagi-lagi Aisyah memuntahkan isi perutnya yang hanya keluar cairan bening itu, tiba-tiba tubuhnya kurang kese

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Buah dan susu hamil

    Pagi yang cerah sama seperti secerah wajah Arkan saat ini, suami Aisyah itu tengah berjalan menuju ke arah kamar. Sambil tangannya membawa nampan berisi buah-buahan dan susu hamil. Setengah jam lalu mereka tiba di kediaman penthouse, mereka di sambut dengan raut wajah bahagia dan juga pelukan. Baik dari pihak keluarga istrinya maupun juga dari pihak keluarganya. Kedua keluarga itu, begitu kompak menyambut kepulangan anak dan menantu mereka. Dan tak lupa memberikan kata selamat pada pasangan suami-istri yang sebentar lagi akan menjadi orang tua itu.Ceklek! " Taruh dulu handphone nya sayang." perintah Arkan. Setelah menutup pintu dan menguncinya, dengan langkah ringan Arkan berjalan menuju ke arah Aisyah, yang sedang duduk di atas tempat tidur itu.Tanpa bantahan Aisyah mengangguk dan menaruh handphone nya di samping dia duduk, matanya melirik kecil ke arah nampan yang berada di tangan Arkan. Dia mengira suaminya itu membawa makanan yang pedas dan gurih, oh ternyata oh ternyata buah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status