Share

Sayang aku sangat beruntung bisa memiliki kamu

Hotel Jagoci Inn, adalah sebuah penginapan yang banyak di kunjungi oleh para wisatawan atau orang yang sedang melakukan bisnis antar daerah, tempat penginapan itu terkenal karena view hotelnya memanjakan mata bagi pengunjungnya, dan hotel Jagoci Inn juga terletak di tengah-tengah kota Aceh Tamiang. Arkan dan Aisyah mengantarkan bu Sarah dan pak Albert ke tempat penginapan di hotel Jagoci Inn.

" Alhamdulillah, terimakasih sayang sudah mengantar mamah sama papah sampai ke hotel." bu Sarah memeluk menantunya yang terlihat senang karena ikut mengantar ke hotel.

" Aisyah terimakasih ya, nak, sudah mau menerima anak mamah. Arkan itu orang nya dingin, cuek, dan gak peka terhadap sekitarnya. Kamu banyak sabar aja menghadapi sifat Arkan yang bisa membuat kamu darah tinggi menghadapi sifat Arkan. Kalau Arkan macam-macam atau sakiti kamu, bilang langsung sama mamah atau papah. Biar mamah marahin dia kalau menyakiti putri cantik dan manis mamah ini." bisik bu Sarah kepada Aisyah yang sudah di anggap seperti putri sendiri.

" Iya, mah." Aisyah mengangguk kepalanya, dengan membalas pelukan mertuanya.

Ekhem

Bu Sarah dan Aisyah melepaskan pelukan mereka ketika mendengar suara deheman, Kedua perempuan itu menoleh melihat Arkan dan Pak Albert yang sedang menatap ke arah mereka.

Arkan mendekat dengan menggenggam tangan Aisyah. Gadis itu hanya bisa pasrah ketika tangannya di genggam oleh Arkan.

" Arkan sama Aisyah antar mamah dan papah ke bandara ya." tawar Arkan kepada kedua orang tuanya.

Bu Sarah dan pak Albert menggeleng secara bersamaan. " Terimakasih Arkan tawaran kamu untuk mamah dan papah. Tapi kamu gak perlu sampai harus antar kami ke bandara, kami sudah memesan taksi untuk pergi ke bandara. Kamu kan belum tahu banyak tentang daerah ini, lebih baik kamu jalan-jalan sama Aisyah di daerah ini. Sebelum balik ke Jakarta."

Arkan mengangguk dengan ucapan mamahnya.

" Kalau gitu mamah sama papah masuk ke dalam, barang-barang mamah kan belum di packing. Apalagi punya papah kamu nih, banyak bawaannya."

Pak Albert menoleh. " Mana ada barang papah banyak mah, bukannya barang mamah yang banyak."

" Hussh... papah gak bisa di ajak kerja sama." bu Sarah menggeplak lengan suaminya pelan.

" Bilang dong mah, papah kan gak tahu."

" Arkan tolong jaga putri mamah. Jangan sampai ada lecet sedikit pun, nanti mamah lihat kalau sudah sampai di Jakarta."

" Iya, mah. Tenang saja putri mamah ini akan aku jaga, tidak akan ada satu pun lecet sampai ke Jakarta." Arkan mengatakan itu tapi matanya fokus melihat Aisyah.

" Bagus. Sayang kalau dia macam-macam bilang ke mamah ya?" bu Sarah memberikan senyuman dengan mengusap kepala Aisyah.

" Iya, mah." Aisyah mengangguk dengan membalas senyuman mertuanya.

" Assalamualaikum." setelah itu bu Sarah dan pak Albert langsung meninggalkan Arkan dan Aisyah di depan hotel.

" Wa'alaikumsalam." jawab Arkan dan Aisyah dengan melihat mamah dan papah sudah masuk ke dalam hotel.

Setelah kedua orang tua Arkan masuk ke dalam hotel. Kini tinggal Arkan dan Aisyah berada di luar hotel, tangan kekar merangkul pundak Aisyah menuntun ke arah mobil yang di parkir tidak jauh dari mereka.

Sudah satu kali Arkan dan Aisyah memutari jalan raya yang tidak tahu mau ke mana tujuannya. Arkan memang terkenal irit bicara, tapi ketika Aisyah diam tidak ada satu kata pun berbicara membuat pria itu tidak suka dengan suasana keheningan yang sedang melanda di sekitarnya.

Dengan inisiatif Arkan membawa mobilnya ke pinggir jalan supaya tidak menggangu kendaraan lain, ketika ia mau berbicara kepada Aisyah. Dengan mudah Arkan melepaskan seatbelt yang di pakainya tadi. Arkan memajukan tubuhnya ke arah Aisyah yang masih melihat ke arah jendela mobil.

" Sayang " panggil Arkan lembut terdengar di telinga Aisyah.

Aisyah sampai mematung mendengar suara Arkan yang berbicara di telinganya. Dengan membalikkan tubuhnya gadis itu sontak terkejut kaget melihat Arkan sudah berada di dekatnya.

" Sayang kamu kenapa? jangan diam seperti ini sayang."

Arkan mengambil tangan Aisyah tapi sudah duluan dengan Aisyah yang sudah menjauhkan tangannya dari Arkan.

" Sayang kita mau jalan-jalan ke mana? atau kamu mau membeli makanan dan yang lainnya." Arkan mengalihkan pembicaraan tidak menyerah untuk mengajak Aisyah berbicara.

" Pulang."

Arkan menggeleng.

Aisyah menatap Arkan sekilas. " Alasan apa anda menikahi saya?" Aisyah langsung to the point bertanya kepada Arkan.

Arkan menjawab pertanyaan Aisyah dengan tersenyum. " Sayang alasan apapun itu aku menikahi kamu. Cuman satu yang harus kamu tahu, kamu adalah jodoh aku yang Allah berikan kepada aku. Sayang aku sangat beruntung sekaligus senang sudah menghalalkan kamu sebagai istri aku."

Aisyah menghela napas kesal. " Saya bertanya apa alasan anda menikahi saya? bukan seberapa beruntung dan senang anda menikahi saya!"

Arkan mengangguk pelan, dengan matanya fokus menatap mata coklat kehitaman Aisyah. Pria itu hanya diam mendengarkan setiap ucapan yang keluar dari bibir Aisyah.

" Anda tahu? saya sebenarnya tidak mau menikah. Karena permintaan orang tua saya, dan terutama mamak saya meminta saya untuk menerima pernikahan ini."

" Tidak pernah sedikit pun terpikir di benak saya untuk menikah muda, seperti saat ini. Saya kalau tidak kuliah tidak apa-apa, bisa mencari pekerjaan untuk kebutuhan sehari-hari saya sendiri."

" Kalau saya lihat anda ini tidak akan sulit untuk mendapatkan perempuan yang lebih baik dari pada saya. Tapi kenapa anda menikahi saya? kita sebelumnya bahkan tidak kenal dan tidak pernah bertemu satu kali pun."

" Please tolong anda jawab, alasan apa anda menikahi saya?"

Arkan memberikan senyuman kepada Aisyah. " Sudah sayang?"

" Sekarang giliran aku untuk menjawab pertanyaan kamu tadi."

" Alasan aku menikahi kamu merupakan skenario dari Allah yang sudah mengatur sedemikian rupa untuk mempertemukan kita di dalam satu ikatan halal untuk menjadi suami istri. Untuk saat ini aku belum bisa menjelaskan alasan semuanya sama kamu, suatu hari nanti kamu pasti akan tahu alasan Allah mempertemukan kita menjadi suami istri."

" Tapi perlu kamu ingat, tidak ada namanya kebetulan kalau tidak ada campur tangan dari Allah langsung. Begitu pun dengan pernikahan kita, sayang mungkin saat ini kamu menerima pernikahan ini karena permintaan orang tua kamu. Semoga kedepannya kamu menerima pernikahan kita dengan ikhlas dan menerima aku sebagai suami kamu.

" Sayang seperti kamu bilang tadi mungkin aku tidak akan sulit mendapatkan perempuan yang lebih dari kamu. Tapi jika kamu jodoh aku dan aku cuman mau kamu yang menjadi istri aku dan ibu dari anak-anak kita, maka aku tidak butuh perempuan lain walaupun dia punya kelebihan yang tidak ada pada kamu. Kita memang sebelumnya tidak pernah bertemu dan tidak kenal satu sama lain, tapi sayang ketika aku mengucapkan kalimat sakral untuk menghalalkan kamu di depan bapak, pak penghulu, dan para saksi. Aku sudah jatuh hati sama kamu bahkan cinta, walaupun kita baru bertemu setelah akad nikah tadi."

Aisyah mendengar penjelasan Arkan yang masih sangat membuat Aisyah penasaran akan alasan sebenarnya menikahi dirinya.

Dengan lembut Arkan memegang tangan Aisyah dengan tersenyum hangat. " Sayang kita buat pernikahan ini untuk lebih meningkatkan ibadah kita kepada Allah subhanallah wa ta'ala. Aku ingin menjadi rumah kamu, pendengar kamu, membuat kamu tersenyum dan bahagia bersama aku. Dan paling penting aku ingin bersama kamu di dunia dan di akhirat kelak, sampai kita bisa bersama-sama ke surga Allah."

Aisyah hanya diam mendengar ucapan Arkan.

" Sekarang kita jalan-jalan ya?"

" Seterah."

" Sayang aku tidak tahu daerah di sini. Kamu bisa kasih tahu kan kita harus jalan-jalan ke mana."

" Udah kelilingi-keliling aja."

Arkan mengangguk patuh dengan menghidupkan kembali mobilnya membawa ke jalan raya.

" Sayang gak mau membeli makanan?"

Aisyah melirik Arkan datar. " Bisa gak anda jangan memanggil saya sayang."

Arkan menggeleng tidak setuju. " Gak bisa sayang. Kamu bisa gak panggilnya jangan anda saya, tapi aku kamu."

" Gak usah mengatur saya!"

" Aku suami kamu. Berhak buat aku mengajarkan kamu yang baik dan menasehati kamu."

" Bisa ya sayang, panggil aku kamu."

" Hm."

" Tolong tangannya ya, tidak usah sentuh-sentuh aku."

" Kenapa? aku suami kamu, kita tidak akan berdosa jika bersentuhan. Karena kita sudah halal dan menjadi suami istri."

" Fokus bawa mobil. Gak usah lihat-lihat aku!"

" Kamu terlalu indah jika tidak di lihat."

" Buaya!"

Tawa Arkan pecah menggema memenuhi mobil. Pria itu sampai tidak bisa menahan tawa dan senyum mendengar ucapan Aisyah.

" Gak lucu!"

Arkan menghentikan tertawanya dengan mengangguk. " Maaf sayang, soalnya aku lucu mendengar kamu bilang buaya. Dari mananya suami kamu ini, buaya?"

" Udah nampak, karakter buaya yang sering menggombal dengan perempuan."

" Masya Allah istri aku lucu banget. Aku manusia sayang bukan buaya. Lagi pula aku tidak pernah berinteraksi dengan perempuan lain seperti sama kamu saat ini."

Aisyah menyipitkan matanya melihat wajah Arkan yang terlihat tidak meyakinkan.

Arkan menoleh sekilas Aisyah. " Kenapa sayang? jangan natap seperti itu, nanti kamu bisa jatuh cinta sama aku. Kalau aku memang sudah jatuh cinta bahkan cinta sama kamu."

Aisyah memutar matanya malas mendengar ucapan Arkan. " Mohon maaf nih aku tidak semudah itu untuk jatuh cinta. Hati aku sudah tertutup untuk mencintai seseorang."

" Aku akan meminta kepada Allah untuk membuka hati kamu. Untuk aku membuat kamu mencintai aku sebagai suami kamu."

" Coba aja, kalau bisa."

" Alhamdulillah kamu memberikan aku kesempatan untuk buat kamu cinta kepada aku. Sayang akan aku pastikan kamu cinta kepada aku. Karena aku akan meminta dan memohon kepada Allah subhanallah wa ta'ala langsung untuk membuka hati kamu buat cinta aku."

Mata Aisyah melihat penjual martabak manis yang berada di seberang jalan. Membuat gadis itu mengatakan berhenti kepada Arkan.

" Berhenti sebentar!"

Cittt....

" Kenapa sayang? kamu kenapa minta berhenti mendadak seperti ini?"

" Hedehh untuk aku gak ada jantungan."

" Maaf ya sayang. Kamu kenapa minta berhenti, hm?"

Mata Aisyah melihat penjual martabak manis yang berada di seberang jalan. Sampai Arkan mengikuti arah pandang Aisyah. " Kamu lihat apa sayang?"

Aisyah menoleh. " Putar balik, aku mau beli itu." tunjuk Aisyah ke arah penjual martabak manis.

Arkan mengangguk dengan mengambil tangan Aisyah untuk di genggam. " Iya aku putar balik. Kita beli apa yang kamu mau ya."

" Ya udah lepas tangan aku nih."

Arkan menggeleng tangannya mempererat genggaman tangan Aisyah. Tanpa kesusahan membawa mobil dengan satu tangannya, seperti sudah sangat profesional membawa mobil dengan satu tangan.

Setelah membeli martabak manis Arkan membawa mobilnya ke tempat supermarket seperti yang Aisyah pinta untuk membeli berbagai cemilan. Dengan senang hati Arkan menuruti kemauan Aisyah apapun yang di mintanya. Mereka bukan jalan-jalan sore pada umumnya, yang mulai dari Aisyah bertanya alasan di nikahi? sampai membeli martabak manis dan cemilan di supermarket. Setelah mereka langsung pulang ke rumah karena sudah mau masuk waktu Maghrib.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status