Share

Sepupu Edgar

Author: PHANTOM
last update Last Updated: 2022-01-18 18:29:37

Ada orang yang mengatakan bahwa ucapan adalah do'a. Namun, yang terjadi pada Anna malah sebaliknya. 

Pagi ini ada seorang dosen baru yang datang menggantikan dosen yang sebelumnya di depak keluar dari kampus karena melecehkan seorang mahasiswa. 

Namun, dosen baru itu tak lain adalah pria yang merupakan tetangga baru Anna. Pria bel pintu. Itulah julukan yang Anna berikan pada pria itu. 

"Ada apa? Kau sejak tadi terus menatap dosen baru itu."

Ucapan Grace memang benar, Anna terus menatap dosen baru itu dengan tatapan tajam. Kevin Rowman, nama dosen baru itu. 

"Aku hanya tidak menyukainya."

Tidak ada kebohongan dalam ucapan Anna. Karena kemarin hari liburnya terganggu, Anna masih merasa kesal terhadap Kevin, orang yang merusak hari liburnya. 

"Ey, jangan begitu. Bagaimana kalau nanti kau menyukainya?"

Konyol. Mana mungkin Anna menyukai Kevin. Lagi pula, Anna sudah memiliki calon suami. Itulah yang dipikirkan Anna, namun dia belum bisa memberitahu Grace. 

Bukannya Anna berniat membohongi Grace, namun Anna ingin memberitahu Grace di waktu yang tepat. Untuk saat ini, Anna akan menyimpan rahasia hubungannya dengan Edgar seorang diri. 

"Untukmu saja. Dosen baru itu bukan tipeku. Lagi pula, bukankah kau menyukai pria berwajah tampan? Kurasa dia lumayan."

Meskipun wajah Kevin tampan, namun bagi Anna wajah Edgar sepuluh kali lipat lebih tampan dari Kevin. 

Drrtt Drrtt

Ponselnya bergetar, Anna membaca pesan yang dia terima dari nomor tidak dikenal. Dia tersenyum ketika membaca pesan tersebut. Sebab, nomor itu ternyata milik Edgar. 

Edgar meminta Anna datang ke ruangannya sebelum Anna pulang dan pergi meninggalkan kampus. 

"Maaf, Grace. Aku ada urusan sebentar, jadi kau bisa pulang lebih dulu. Bye."

Melambaikan tangan, Anna berlari kecil meninggalkan Grace yang tengah berteriak memanggil namanya.

Senyuman terlukis di wajah cantik Anna, sedikit tak sabar untuk bertemu dengan Edgar. Padahal mereka hanya terpisah satu hari kemarin. 

"Permisi, Profesor."

Anna membuka pintu ruangan Edgar dengan hati-hati setelah sebelumnya dia mengetuk pintu terlebih dahulu. 

Seperti Deja Vu, Anna melihat Edgar yang tengah sibuk dengan laptopnya. Namun, kali ini pria itu tidak seorang diri. Seorang pria yang baru saja menjadi dosen berada di atas sofa di ruangan Edgar. Ya, Kevin berada di sana. 

"Jangan hanya berdiri di sana. Duduklah."

Meskipun Edgar berkata seperti itu, namun Anna tampak ragu-ragu jika dia harus duduk di samping Kevin. 

"Maaf, Profesor, sepertinya Anda sedang ada tamu. Jadi, saya akan datang lain kali."

Sebelum Anna memutar balik, Kevin angkat bicara. 

"Masuklah, gadis tetangga. Tidak perlu malu-malu seperti itu."

"Kalian sudah saling mengenal?" Edgar mengangkat sebelah alisnya. 

Padahal Anna berusaha untuk tidak terlibat dengan Kevin. Namun, dewi fortuna tampaknya berkata lain. Karena tidak ada gunanya berbohong, Anna menganggukkan kepalanya, sedangkan Kevin tersenyum. 

Sementara Anna dan Kevin belum membuka suara, Edgar berinisiatif untuk memulai percakapan. 

"Karena kalian berdua ada di sini, aku akan memperkenalkan masing-masing dari kalian. Anna, ini adalah Kevin, sepupuku. Dia adalah dosen baru di kampus ini."

Edgar bergantian memandang Anna juga Kevin, lalu melanjutkan ucapannya. 

"Kevin, gadis ini adalah Anna, calon istriku."

Baik Anna maupun Kevin, mereka masih mendengar perkataan Edgar dengan saksama. Namun, beberapa detik kemudian, mereka membelalakkan mata secara serempak. 

"Sepupu?"

"Calon istri?"

"Dia?!"

Saling menunjuk, Anna dan Kevin sama-sama terkejut dengan perkataan Edgar yang tidak masuk akal menurut mereka 

Pertama kali melihat Kevin, Anna memang sempat berpikir bahwa wajahnya terasa tidak asing. Kevin sedikit mirip dengan Edgar, meskipun Edgar jauh lebih tampan darinya. Namun, Anna tidak menyangka kalau Kevin adalah sepupu Edgar. 

Memperbaiki ekspresi wajahnya, Anna tersenyum kaku ke arah Kevin. Senyum yang sangat dipaksakan. 

'Dia tidak akan mengadu pada Edgar tentang sikap kasarku padanya tempo hari, bukan?' pikir Anna dengan sedikit gusar. 

"Ah, jadi Anda sepupu dari Profesor Edgar?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tiba-Tiba Menikah!    Akhir

    Setelah Grace mengaku pada Anna pada hari itu, Anna memutuskan kontak dengan Grace dan tidak ingin menemuinya lagi. Grace memang teman baiknya, namun Grace sudah mengkhianati Anna dan sudah menyebabkan Anna keguguran secara tidak langsung. Sekarang Anna tengah berlatih berjalan dengan bantuan Edgar. Sudah hampir dua minggu dia melakukannya dan dia sudah bisa berdiri sendiri serta berjalan tiga hingga lima langkah. "Sudah cukup untuk hari ini. Kau melakukannya dengan baik," ucap Edgar seraya mengelus kepala Anna. Satu hari setelah keguguran, Edgar memutuskan untuk mengundurkan diri dari kampus. Dia sudah bukan seorang dosen lagi. Sekarang dia memilih fokus dari jabatannya sebagai direktur dan merawat Anna sendiri di rumah. Ya, lagi pula, pekerjaannya sebagai direktur bisa dikerjakan di rumah dan tanpa harus pergi ke perusahaan. Edgar menggendong Anna dan mendudukannya kembali di kursi roda. "Aku ingin ke kamar," ucap Anna. "Baiklah, Istriku." Sejurus kemudian Edgar mendoron

  • Tiba-Tiba Menikah!    Pengakuan

    Dua minggu telah berlalu ... Wendy yang menyebabkan Anna keguguran dihukum skors selama tiga bulan. Meskipun Edgar belum puas dengan hukuman itu, namun dia tidak bisa menambah hukumannya lagi karena tidak memiliki wewenang di kampus. Anna sudah keluar dari rumah sakit. Namun, dia belum berbicara sedikit pun bak orang yang bisu. Anna pun kehilangan cara berjalannya. Dokter mengatakan jika Anna mengalami hal itu karena terlalu syok dan stress berat. Setiap malam setelah Anna tidur, Edgar minum alkohol hingga mabuk di dapurnya sendirian. Dia menangis tatkala melihat Anna yang seperti boneka hidup. Tak mengatakan apa pun dan tidak bisa berjalan tanpa bantuan suatu alat. Sekarang, Edgar sedang bersama Anna di taman. Dia membawa Anna jalan-jalan menggunakan kursi roda untuk menghirup udara segar. "Anna, bukankah bunganya sangat cantik? Jika aku memetiknya, apa kau mau menerimanya?" ucap Edgar. Anna bergeming. Dia diam saja karena memang tidak ingin mengatakan apa pun. Namun, dalam hat

  • Tiba-Tiba Menikah!    Keguguran

    Selang beberapa waktu, ambulans datang dan membawa Anna ke rumah sakit terdekat. Edgar dan Kevin ikut menemani, tetapi tidak dengan Grace. Padahal Grace adalah teman baik Anna. Anna dilarikan ke ICU karena sedang dalam keadaan darurat. Sudah lama sejak dokter memeriksanya, namun belum ada tanda-tanda dokter yang akan keluar dari ruangan. Setelah menunggu beberapa menit kemudian, akhirnya sang dokter muncul dengan raut wajah yang kurang baik. "Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Edgar segera. "Istri Anda baik-baik saja, namun bayi dalam kandungannya tidak bisa diselamatkan karena benturan yang cukup keras hingga menyebabkan pendarahan.""Maksud Dokter, istri saya keguguran?" Edgar memastikan perkataan sang dokter. "Benar. Saat saya memeriksanya pun, bayi dalam kandungannya sudah sangat lemah."Edgar kehilangan kata-kata, begitu juga dengan Kevin. Mereka syok mendengar berita buruk ini, namun Anna pasti lebih syok dan sedih mendengarnya. "Dok, saya ingin menemui istri saya,"

  • Tiba-Tiba Menikah!    Postingan Di Forum Kampus

    Di forum kampus, ada seseorang tanpa nama yang membongkar rahasia Wendy. Karena hal itu, Wendy menjadi ramai dibicarakan. Tatapan-tatapan intimidasi pun diberikan kepada Wendy setiap kali dia berjalan. Wendy, membuka forum kampus dan membaca postingan tersebut. Judulnya 'Kebohongan Besar Wendy'. Di sana tertulis, 'Wendy hanya orang miskin yang berpura-pura kaya di depan teman-temannya. Dia memakai barang mahal dari hasil meminta paksa kepada ayahnya yang hanya pekerja kantoran. Bahkan, ayahnya sudah dipecat karena perilaku kasarnya terhadap seseorang.'Setelah membaca semuanya, rahang Wendy mengeras dan tangannya mengepal. Dia tahu siapa pelaku yang menyebar rahasianya. Siapa lagi kalau bukan Anna! Dengan hati yang penuh amarah, Wendy sontak mencari keberadaan Anna. Dia tak menyangka jika Anna akan mengkhianatinya seperti itu. Padahal Anna berjanji akan menjaga rahasianya jika dia menuruti semua perintahnya. "Awas kau, ya! Jika aku hancur, kau pun harus hancur, Anna!" geram Wendy.

  • Tiba-Tiba Menikah!    Ada Apa Dengan Temanku?

    Keesokan harinya, Anna menunggu kedatangan Grace di gerbang kampus. Sudah hampir 15 menit dia menunggu, namun Grace belum menampakkan dirinya sama sekali. Ketika Anna sudah bosan menunggu dan hendak pergi, Grace tiba-tiba turun dari taksi langganannya dengan wajah yang tidak bersemangat. Meskipun begitu, Anna tetap menyapanya dengan riang dan berharap jika temannya itu kembali bersemangat. "Grace!" panggil Anna sembari melambaikan tangannya tinggi-tinggi. Grace sempat melihat Anna dalam sepersekian detik, namun segera memalingkan wajah. 'Apa dia tidak melihatku, ya? Mungkin aku harus memanggilnya lagi!' pikir Anna kemudian. "Grace! Aku di sini!" panggil Anna lagi dengan suara tak kalah kencang. Nihil. Grace sama sekali tidak menjawab panggilan Anna seperti biasanya.Saat Grace berjalan melewati Anna, dia tiba-tiba berhenti sejenak dan berbisik, "Jangan ganggu aku. Biarkan aku sendirian hari ini."Setelah mengatakan itu, Grace pun melanjutkan jalannya tanpa menoleh sedikit pun ke

  • Tiba-Tiba Menikah!    Ada Apa Dengan Temanku?

    Di kamarnya, Anna tengah duduk di atas ranjang sembari menatap ponsel yang ada di depannya. Lebih dari 30 menit dia diam seperti itu. Dia ingin menelpon Grace, namun ragu hingga membuatnya berpikir lama. Grace bukan tipikal orang yang memikirkan pelajaran. Jika dia murung maka permasalahannya ada pada kencan yang dia lakukan dengan Kevin. Namun, apa permasalahannya? "Apa kau akan terus seperti itu?" seru Edgar tiba-tiba. Dia risih melihat istrinya yang diam seperti patung selama bermenit-menit. "Apa menurutmu aku harus menelponnya?" Betapa rumitnya seorang wanita. Para pria tidak pernah memikirkan permasalahan orang lain, jadi Edgar bingung harus menjawab apa. "Lakukanlah seperti yang ingin kau lakukan. Tapi menurutku, lebih baik jika kau membiarkan Grace sendiri. Lagi pula, dia pasti akan menelponmu jika ingin bercerita." "Kau benar. Lebih baik aku tidak menelponnya," lirih Anna. Namun, tampaknya pikirannya berubah dalam seketika. "Tapi, aku harus menelponnya!" Anna meraih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status