Home / Romansa / Tiba-Tiba Menikah! / Kebutuhan sehari-hari

Share

Kebutuhan sehari-hari

Author: PHANTOM
last update Last Updated: 2022-01-19 01:23:28

Sedikit bersandiwara, Anna mengulurkan tangannya dan berjabat tangan dengan Kevin.

"Terima kasih karena telah banyak membantuku tempo hari, gadis tetangga."

"Kau terus saja memanggil Anna dengan sebutan 'gadis tetangga'. Apa jangan-jangan kau pindah ke rumah di sebelahnya?"

Pada akhirnya pertanyaan yang membuat Edgar bertanya-tanya pun keluar dari mulutnya. Pasalnya dia terus mendengar Kevin memanggil Anna dengan sebutan yang aneh. 

"Hm, aku pindah ke sana tempo hari." Kevin melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Sepertinya aku tidak bisa berlama-lama di sini. Ada urusan mendadak."

Tanpa sadar, Anna tersenyum tipis ketika Kevin pergi dari ruangan itu, meninggalkan Anna dan Edgar berdua di sana. Sebab, Anna tidak terlalu nyaman dengan keberadaan Kevin yang sangat mengganggu. 

Begitu sosok Kevin tidak terlihat, Anna dibuat terkejut oleh tangan besar Edgar yang telah memeluknya dari belakang. 

"Sebegitu senangnya 'kah melihat Kevin pergi?"

Karena perbedaan tinggi mereka, Anna mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Edgar, lalu tersenyum lembut ke arah pria itu. 

"Apakah terlihat sekali? Padahal aku berusaha untuk terlihat akur dengannya di depanmu."

Anna mengerucutkan bibirnya sehingga terlihat seperti anak kecil di mata Edgar. 

"Aku ingin menciummu ...."

Mendengar kata-kata Edgar, Anna sontak memejamkan mata, menunggu Edgar menciumnya seperti yang pria itu katakan. Namun ... 

"Tapi aku takut kau menghindariku lagi seperti sebelumnya."

Karena Edgar mengatakan itu, Anna refleks membuka mata dan mencubit tangan Edgar yang masih memeluknya dari belakang. 

Anna tahu kalau Edgar hanya menggodanya, namun dia juga ingin balas menggoda dan menjahili Edgar dengan cara merajuk. 

"Kalau begitu aku akan pergi. Lagi pula, sepertinya kau sibuk, Profesor!"

Setelah melepas pelukan Edgar, Anna hendak pergi meninggalkan Edgar dengan sedikit menghentakkan langkah kakinya.

Namun, sebelum Anna benar-benar pergi, Edgar dengan cepat menahan tangan Anna sehingga membuat langkahnya terhenti. 

"Jangan pergi. Aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu."

Perkataan itu masih belum cukup untuk mengakhiri sandiwara Anna. Oleh sebab itu, Anna akan sedikit lebih lama menjahili Edgar. 

Anna menghadap ke arah Edgar dan tersenyum pada pria itu. 

"Begitu? Tapi aku harus menemani Ibu pergi ke salon dan-"

"Jadi ibumu berbohong saat dia bilang padaku bahwa kau tidak memiliki acara apa pun hari ini?"

Anna bergeming, bingung harus mengatakan apa kepada Edgar. 

Sementara Anna masih diam, Edgar menyunggingkan bibirnya membentuk seringai dan meraih wajah Anna agar mendekat. 

"Kau marah karena aku tidak jadi menciummu?"

Sejujurnya Anna memang sedikit kecewa karena Edgar hanya menggoda dan menjahilinya. Namun, dia tidak mungkin berkata seperti itu pada Edgar.

"Tidak. Untuk apa aku marah karena kau tidak menciumku? Ciumanmu bukan ap-"

CUP

Sebelum Anna menyelesaikan ucapannya, Edgar terlebih dahulu memotong ucapan Anna dengan mengecup sekilas bibir gadis itu. 

"Baiklah, ciumanku mungkin tidak berarti apa-apa untukmu. Tapi, ciumanmu sangat berarti untukku."

Entah perkataan Edgar benar atau tidak, Anna tidak tahu. Sebab, Anna hanyalah seorang gadis yang diharuskan menikah dengan Edgar sebagai ganti pelunas utang Andrew Florence. 

Meskipun Anna memiliki perasaan khusus kepada Edgar sejak kencan pertama mereka, namun Anna tidak tahu pasti perasaan Edgar yang sebenarnya. Sebab, pria itu belum pernah mengucapkan rasa cintanya terhadap Anna. 

Apakah Edgar hanya berpura-pura baik pada Anna karena terpaksa? 

Sebaliknya, apakah Edgar benar-benar menyukai Anna dari dalam hatinya? 

"Kenapa? Kenapa ciumanku sangat berarti untukmu?"

Kata-kata itu terucap langsung dari mulut Anna. Dalam hal ini, Anna ingin memastikan perasaan Edgar yang sebenarnya. 

"Pertama, aku menyukai berciuman denganmu. Kedua, aku menyukai bibirmu. Ketiga, aku menyukaimu."

Jawaban yang sangat konyol, namun membuat Anna tidak mampu menahan senyum ketika mendengarnya.

Bahkan sampai saat ini, Anna masih tidak percaya bahwa dirinya akan menikah dengan Edgar yang notabene-nya adalah dosen yang memiliki sifat dingin dan tidak peduli orang lain. Dosen yang jarang tersenyum dan selalu menunjukkan sorot mata tajam. 

Jika dahulu Anna sempat menyesal bertemu William Dominic yang menyuruhnya menikah dengan Edgar. Namun, seiring bergulirnya waktu, Anna mampu membuka hati untuk Edgar meskipun berawal dari kencan yang direncanakan. 

"Kalau begitu, jadikanlah aku sebagai kebutuhan sehari-harimu seolah kau tidak bisa hidup tanpaku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tiba-Tiba Menikah!    Akhir

    Setelah Grace mengaku pada Anna pada hari itu, Anna memutuskan kontak dengan Grace dan tidak ingin menemuinya lagi. Grace memang teman baiknya, namun Grace sudah mengkhianati Anna dan sudah menyebabkan Anna keguguran secara tidak langsung. Sekarang Anna tengah berlatih berjalan dengan bantuan Edgar. Sudah hampir dua minggu dia melakukannya dan dia sudah bisa berdiri sendiri serta berjalan tiga hingga lima langkah. "Sudah cukup untuk hari ini. Kau melakukannya dengan baik," ucap Edgar seraya mengelus kepala Anna. Satu hari setelah keguguran, Edgar memutuskan untuk mengundurkan diri dari kampus. Dia sudah bukan seorang dosen lagi. Sekarang dia memilih fokus dari jabatannya sebagai direktur dan merawat Anna sendiri di rumah. Ya, lagi pula, pekerjaannya sebagai direktur bisa dikerjakan di rumah dan tanpa harus pergi ke perusahaan. Edgar menggendong Anna dan mendudukannya kembali di kursi roda. "Aku ingin ke kamar," ucap Anna. "Baiklah, Istriku." Sejurus kemudian Edgar mendoron

  • Tiba-Tiba Menikah!    Pengakuan

    Dua minggu telah berlalu ... Wendy yang menyebabkan Anna keguguran dihukum skors selama tiga bulan. Meskipun Edgar belum puas dengan hukuman itu, namun dia tidak bisa menambah hukumannya lagi karena tidak memiliki wewenang di kampus. Anna sudah keluar dari rumah sakit. Namun, dia belum berbicara sedikit pun bak orang yang bisu. Anna pun kehilangan cara berjalannya. Dokter mengatakan jika Anna mengalami hal itu karena terlalu syok dan stress berat. Setiap malam setelah Anna tidur, Edgar minum alkohol hingga mabuk di dapurnya sendirian. Dia menangis tatkala melihat Anna yang seperti boneka hidup. Tak mengatakan apa pun dan tidak bisa berjalan tanpa bantuan suatu alat. Sekarang, Edgar sedang bersama Anna di taman. Dia membawa Anna jalan-jalan menggunakan kursi roda untuk menghirup udara segar. "Anna, bukankah bunganya sangat cantik? Jika aku memetiknya, apa kau mau menerimanya?" ucap Edgar. Anna bergeming. Dia diam saja karena memang tidak ingin mengatakan apa pun. Namun, dalam hat

  • Tiba-Tiba Menikah!    Keguguran

    Selang beberapa waktu, ambulans datang dan membawa Anna ke rumah sakit terdekat. Edgar dan Kevin ikut menemani, tetapi tidak dengan Grace. Padahal Grace adalah teman baik Anna. Anna dilarikan ke ICU karena sedang dalam keadaan darurat. Sudah lama sejak dokter memeriksanya, namun belum ada tanda-tanda dokter yang akan keluar dari ruangan. Setelah menunggu beberapa menit kemudian, akhirnya sang dokter muncul dengan raut wajah yang kurang baik. "Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Edgar segera. "Istri Anda baik-baik saja, namun bayi dalam kandungannya tidak bisa diselamatkan karena benturan yang cukup keras hingga menyebabkan pendarahan.""Maksud Dokter, istri saya keguguran?" Edgar memastikan perkataan sang dokter. "Benar. Saat saya memeriksanya pun, bayi dalam kandungannya sudah sangat lemah."Edgar kehilangan kata-kata, begitu juga dengan Kevin. Mereka syok mendengar berita buruk ini, namun Anna pasti lebih syok dan sedih mendengarnya. "Dok, saya ingin menemui istri saya,"

  • Tiba-Tiba Menikah!    Postingan Di Forum Kampus

    Di forum kampus, ada seseorang tanpa nama yang membongkar rahasia Wendy. Karena hal itu, Wendy menjadi ramai dibicarakan. Tatapan-tatapan intimidasi pun diberikan kepada Wendy setiap kali dia berjalan. Wendy, membuka forum kampus dan membaca postingan tersebut. Judulnya 'Kebohongan Besar Wendy'. Di sana tertulis, 'Wendy hanya orang miskin yang berpura-pura kaya di depan teman-temannya. Dia memakai barang mahal dari hasil meminta paksa kepada ayahnya yang hanya pekerja kantoran. Bahkan, ayahnya sudah dipecat karena perilaku kasarnya terhadap seseorang.'Setelah membaca semuanya, rahang Wendy mengeras dan tangannya mengepal. Dia tahu siapa pelaku yang menyebar rahasianya. Siapa lagi kalau bukan Anna! Dengan hati yang penuh amarah, Wendy sontak mencari keberadaan Anna. Dia tak menyangka jika Anna akan mengkhianatinya seperti itu. Padahal Anna berjanji akan menjaga rahasianya jika dia menuruti semua perintahnya. "Awas kau, ya! Jika aku hancur, kau pun harus hancur, Anna!" geram Wendy.

  • Tiba-Tiba Menikah!    Ada Apa Dengan Temanku?

    Keesokan harinya, Anna menunggu kedatangan Grace di gerbang kampus. Sudah hampir 15 menit dia menunggu, namun Grace belum menampakkan dirinya sama sekali. Ketika Anna sudah bosan menunggu dan hendak pergi, Grace tiba-tiba turun dari taksi langganannya dengan wajah yang tidak bersemangat. Meskipun begitu, Anna tetap menyapanya dengan riang dan berharap jika temannya itu kembali bersemangat. "Grace!" panggil Anna sembari melambaikan tangannya tinggi-tinggi. Grace sempat melihat Anna dalam sepersekian detik, namun segera memalingkan wajah. 'Apa dia tidak melihatku, ya? Mungkin aku harus memanggilnya lagi!' pikir Anna kemudian. "Grace! Aku di sini!" panggil Anna lagi dengan suara tak kalah kencang. Nihil. Grace sama sekali tidak menjawab panggilan Anna seperti biasanya.Saat Grace berjalan melewati Anna, dia tiba-tiba berhenti sejenak dan berbisik, "Jangan ganggu aku. Biarkan aku sendirian hari ini."Setelah mengatakan itu, Grace pun melanjutkan jalannya tanpa menoleh sedikit pun ke

  • Tiba-Tiba Menikah!    Ada Apa Dengan Temanku?

    Di kamarnya, Anna tengah duduk di atas ranjang sembari menatap ponsel yang ada di depannya. Lebih dari 30 menit dia diam seperti itu. Dia ingin menelpon Grace, namun ragu hingga membuatnya berpikir lama. Grace bukan tipikal orang yang memikirkan pelajaran. Jika dia murung maka permasalahannya ada pada kencan yang dia lakukan dengan Kevin. Namun, apa permasalahannya? "Apa kau akan terus seperti itu?" seru Edgar tiba-tiba. Dia risih melihat istrinya yang diam seperti patung selama bermenit-menit. "Apa menurutmu aku harus menelponnya?" Betapa rumitnya seorang wanita. Para pria tidak pernah memikirkan permasalahan orang lain, jadi Edgar bingung harus menjawab apa. "Lakukanlah seperti yang ingin kau lakukan. Tapi menurutku, lebih baik jika kau membiarkan Grace sendiri. Lagi pula, dia pasti akan menelponmu jika ingin bercerita." "Kau benar. Lebih baik aku tidak menelponnya," lirih Anna. Namun, tampaknya pikirannya berubah dalam seketika. "Tapi, aku harus menelponnya!" Anna meraih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status