Beranda / Romansa / Tiba-Tiba Menikah! / Tetangga Menyebalkan

Share

Tetangga Menyebalkan

Penulis: PHANTOM
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-18 15:27:31

Tadi pagi, Edgar pamit untuk pulang sekaligus berterima kasih pada keluarga Florence karena mengizinkannya menginap tadi malam.

Berkat itu, Edgar mengetahui alasan Anna yang terus menghindarinya, dan tentu saja sekarang dia tidak perlu khawatir dengan sikap Anna ke depannya, sebab dia sudah menyelesaikan masalahnya semalam.

Anna mendengar kebisingan di luar rumah. Karena penasaran, dia melihat apa yang terjadi melalui jendela kamarnya. Ternyata ada penghuni baru yang pindah ke rumah di sebelahnya.

Ketika Anna sibuk mengintip melalui jendela, seorang pria muda keluar dari rumah itu dan memergoki Anna, sontak membuat Anna menutup gordennya rapat-rapat.

Ponselnya berdering. Anna mengambil ponselnya yang dia taruh di atas meja.

Dia melihat nama yang tertera di layar ponselnya yang berdering. Grace. Dengan sentuhan ibu jarinya, Anna menggeser ikon telepon warna hijau untuk menjawab.

“Halo, Anna? Apa kau masih marah?” tanya Grace melalui telepon.

Anna hanya bergeming mendengar suara Grace, sedangkan Grace menghela napas dan meminta maaf pada Anna secara tulus.

“Maaf, Anna. Kejadian di kafe memang salahku. Aku yang mengundang pria-pria itu. Aku berniat menjodohkan mu dengan salah satu dari mereka-“

“Aku mengerti, Grace. Kau hanya tidak ingin melihatku jomblo seumur hidup makanya kau melakukan itu," potong Anna cepat.

“Aku marah padamu bukan karena kau membawa pria-pria itu, tapi karena kau tidak berbicara jujur padaku tentang niatmu, Grace.”

Anna dan Grace sudah berteman sejak SMP. Grace adalah teman sebangkunya saat Anna datang sebagai murid pindahan di sekolahnya. Di saat itulah mereka dekat.

Meskipun Anna baru pindah, Anna sangat populer di sekolah karena wajah cantiknya. Namun, Anna tidak menyadarinya.

Banyak pria yang ingin menyatakan cinta pada Anna, akan tetapi mereka mengurungkan niatnya karena takut akan penolakan. Itulah mengapa Anna belum pernah berpacaran dan masih sendiri.

“Baiklah, lain kali aku akan mengatur kencan buta untukmu. Mmm ... tentu saja dengan izinmu,” ujar Grace mulai bersemangat.

“Terima kasih, Grace. Tapi kurasa itu tidak perlu.”

Anna menghargai niat baik Grace, akan tetapi dia harus menolaknya mengingat dia sudah memiliki Edgar.

“Kenapa? Apa kau sudah punya kekasih?”

Kekasih? Anna sontak membayangkan wajah Edgar dan membuatnya merona malu.

“A-apa? Tidak! Maaf Grace, sepertinya Ibu memanggilku, bye.”

Anna menutup teleponnya sepihak dan dengan sengaja melemparkan tubuhnya ke atas ranjang yang empuk.

Kelopak mata mulai menutupi mata indahnya. Namun, baru beberapa detik Anna memejamkan mata, bel rumahnya berbunyi.

Anna dengan sengaja tidak memedulikannya, lagi pula ada orang tuanya yang pasti akan membukakan pintu.

Namun, seketika dia teringat bahwa orang tuanya sedang pergi ke luar, Anna sontak membuka matanya.

Anna kemudian berpikir lagi, adiknya pasti akan membukakan pintu. Oleh karena itu, Anna tak perlu repot-repot turun dan lebih baik kembali bermalas-malasan.

Saat Anna hendak memejamkan mata kembali, suara bel rumah terus berbunyi tanpa henti hingga membuat Anna kesal dan terpaksa bangun dari ranjang.

Membuka pintu rumah, Anna melihat seorang pria yang membawa sekotak kue di tangannya.

“Maaf jika mengganggu,” ujar pria itu.

'Memang mengganggu. Namun, karena wajah tampannya, aku akan memaafkannya kali ini!' pikir Anna.

“Kebetulan hari ini aku pindah ke rumah sebelah, aku berniat membagikan sedikit makanan untuk para tetangga. Jadi, terimalah.”

Anna menerima sekotak kue itu dan tersenyum. Ya, setidaknya dia harus ramah terhadap tetangga baru.

“Terima kasih,” balas Anna dan dengan segera menutup pintu rumahnya kembali.

Menaruh sekotak kue itu di atas meja, Anna melangkahkan kakinya menuju kamar sang adik.

Pantas saja adiknya tidak mendengar bel rumah yang berbunyi berulang kali, ternyata adiknya sedang memakai headphone sambil menggoyang-goyangkan kepala.

Anna berjalan menghampiri sang adik dan melepas paksa headphone yang adiknya kenakan.

“Hey! Apa yang kau lakukan?!” pekik Andy - adik laki-laki Anna.

“Berhentilah bermalas-malasan! Kau seharusnya belajar dengan giat. Bukankah itu yang seharusnya dilakukan anak kelas tiga SMA?!” Anna marah-marah ketika melihat adiknya sibuk bermain ponsel sambil mendengarkan musik.

Ting tong!

Bel rumahnya berbunyi lagi.

Andy merebut kembali headphone miliknya dan menyuruh Anna pergi. “Berhenti menggangguku dan pergilah bukakan pintu!"

Anna berdecak kesal. Siapa lagi yang membunyikan bel rumahnya?! Anna kembali membuka pintu dan melihat orang yang sama saat memberikan kue sedang tersenyum ke arahnya.

“Boleh aku meminjam penyedot debu? Kau tahu, aku baru pindah hari ini dan karena pindahan kami sangat mendadak jadi-“

“Tunggu sebentar!” Anna memotong ucapan pria itu.

Anna pergi ke tempat penyimpanan peralatan, dan kembali dengan sebuah penyedot debu di tangannya. Anna memberikannya pada pria itu dan segera menutup pintu.

Ting tong!

Baru dua langkah Anna berjalan menjauhi pintu, bel itu berbunyi kembali.

Anna memutar bola matanya dan kembali membuka pintu. Pria itu masih tersenyum. Entah mengapa senyumnya itu membuat Anna ingin menendangnya.

'Sabar, Anna, kau harus tetap tersenyum demi ramah tamah pada tetangga baru,' ucap Anna dalam hati sambil tersenyum paksa.

“Ada.perlu.apa.lagi?” tanya Anna dengan sedikit menekankan kata-kata yang dia ucapkan.

“Aku lupa mengatakan, kalau aku juga ingin meminjam pemotong rumput.”

“Tidak ada!”

Anna hendak menutup pintu, namun pria itu kembali menekan bel dan membuat pintu itu kembali terbuka dengan terpaksa.

Sudah cukup ramah tamahnya! Anna tidak bisa menahan emosinya yang sudah memuncak.

“Aku lupa mengucapkan terima kasih.”

“Tidak perlu!”

BRAK!

Kali ini, Anna benar-benar sudah hilang kesabaran dan meluapkan emosinya dengan membanting pintu yang bahkan tidak bersalah. Anna berjalan sambil menghentakkan kakinya. Tangannya mengepal seolah-olah ingin meninju seseorang. Berulang kali Anna mengutuk pria yang merupakan tetangga barunya itu. Bisa-bisanya pria itu mengganggu hari libur Anna yang seharusnya dia jalani dengan tenang dan damai.

“Benar-benar tetangga yang merepotkan! Jangan sampai aku berurusan dengannya!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tiba-Tiba Menikah!    Akhir

    Setelah Grace mengaku pada Anna pada hari itu, Anna memutuskan kontak dengan Grace dan tidak ingin menemuinya lagi. Grace memang teman baiknya, namun Grace sudah mengkhianati Anna dan sudah menyebabkan Anna keguguran secara tidak langsung. Sekarang Anna tengah berlatih berjalan dengan bantuan Edgar. Sudah hampir dua minggu dia melakukannya dan dia sudah bisa berdiri sendiri serta berjalan tiga hingga lima langkah. "Sudah cukup untuk hari ini. Kau melakukannya dengan baik," ucap Edgar seraya mengelus kepala Anna. Satu hari setelah keguguran, Edgar memutuskan untuk mengundurkan diri dari kampus. Dia sudah bukan seorang dosen lagi. Sekarang dia memilih fokus dari jabatannya sebagai direktur dan merawat Anna sendiri di rumah. Ya, lagi pula, pekerjaannya sebagai direktur bisa dikerjakan di rumah dan tanpa harus pergi ke perusahaan. Edgar menggendong Anna dan mendudukannya kembali di kursi roda. "Aku ingin ke kamar," ucap Anna. "Baiklah, Istriku." Sejurus kemudian Edgar mendoron

  • Tiba-Tiba Menikah!    Pengakuan

    Dua minggu telah berlalu ... Wendy yang menyebabkan Anna keguguran dihukum skors selama tiga bulan. Meskipun Edgar belum puas dengan hukuman itu, namun dia tidak bisa menambah hukumannya lagi karena tidak memiliki wewenang di kampus. Anna sudah keluar dari rumah sakit. Namun, dia belum berbicara sedikit pun bak orang yang bisu. Anna pun kehilangan cara berjalannya. Dokter mengatakan jika Anna mengalami hal itu karena terlalu syok dan stress berat. Setiap malam setelah Anna tidur, Edgar minum alkohol hingga mabuk di dapurnya sendirian. Dia menangis tatkala melihat Anna yang seperti boneka hidup. Tak mengatakan apa pun dan tidak bisa berjalan tanpa bantuan suatu alat. Sekarang, Edgar sedang bersama Anna di taman. Dia membawa Anna jalan-jalan menggunakan kursi roda untuk menghirup udara segar. "Anna, bukankah bunganya sangat cantik? Jika aku memetiknya, apa kau mau menerimanya?" ucap Edgar. Anna bergeming. Dia diam saja karena memang tidak ingin mengatakan apa pun. Namun, dalam hat

  • Tiba-Tiba Menikah!    Keguguran

    Selang beberapa waktu, ambulans datang dan membawa Anna ke rumah sakit terdekat. Edgar dan Kevin ikut menemani, tetapi tidak dengan Grace. Padahal Grace adalah teman baik Anna. Anna dilarikan ke ICU karena sedang dalam keadaan darurat. Sudah lama sejak dokter memeriksanya, namun belum ada tanda-tanda dokter yang akan keluar dari ruangan. Setelah menunggu beberapa menit kemudian, akhirnya sang dokter muncul dengan raut wajah yang kurang baik. "Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Edgar segera. "Istri Anda baik-baik saja, namun bayi dalam kandungannya tidak bisa diselamatkan karena benturan yang cukup keras hingga menyebabkan pendarahan.""Maksud Dokter, istri saya keguguran?" Edgar memastikan perkataan sang dokter. "Benar. Saat saya memeriksanya pun, bayi dalam kandungannya sudah sangat lemah."Edgar kehilangan kata-kata, begitu juga dengan Kevin. Mereka syok mendengar berita buruk ini, namun Anna pasti lebih syok dan sedih mendengarnya. "Dok, saya ingin menemui istri saya,"

  • Tiba-Tiba Menikah!    Postingan Di Forum Kampus

    Di forum kampus, ada seseorang tanpa nama yang membongkar rahasia Wendy. Karena hal itu, Wendy menjadi ramai dibicarakan. Tatapan-tatapan intimidasi pun diberikan kepada Wendy setiap kali dia berjalan. Wendy, membuka forum kampus dan membaca postingan tersebut. Judulnya 'Kebohongan Besar Wendy'. Di sana tertulis, 'Wendy hanya orang miskin yang berpura-pura kaya di depan teman-temannya. Dia memakai barang mahal dari hasil meminta paksa kepada ayahnya yang hanya pekerja kantoran. Bahkan, ayahnya sudah dipecat karena perilaku kasarnya terhadap seseorang.'Setelah membaca semuanya, rahang Wendy mengeras dan tangannya mengepal. Dia tahu siapa pelaku yang menyebar rahasianya. Siapa lagi kalau bukan Anna! Dengan hati yang penuh amarah, Wendy sontak mencari keberadaan Anna. Dia tak menyangka jika Anna akan mengkhianatinya seperti itu. Padahal Anna berjanji akan menjaga rahasianya jika dia menuruti semua perintahnya. "Awas kau, ya! Jika aku hancur, kau pun harus hancur, Anna!" geram Wendy.

  • Tiba-Tiba Menikah!    Ada Apa Dengan Temanku?

    Keesokan harinya, Anna menunggu kedatangan Grace di gerbang kampus. Sudah hampir 15 menit dia menunggu, namun Grace belum menampakkan dirinya sama sekali. Ketika Anna sudah bosan menunggu dan hendak pergi, Grace tiba-tiba turun dari taksi langganannya dengan wajah yang tidak bersemangat. Meskipun begitu, Anna tetap menyapanya dengan riang dan berharap jika temannya itu kembali bersemangat. "Grace!" panggil Anna sembari melambaikan tangannya tinggi-tinggi. Grace sempat melihat Anna dalam sepersekian detik, namun segera memalingkan wajah. 'Apa dia tidak melihatku, ya? Mungkin aku harus memanggilnya lagi!' pikir Anna kemudian. "Grace! Aku di sini!" panggil Anna lagi dengan suara tak kalah kencang. Nihil. Grace sama sekali tidak menjawab panggilan Anna seperti biasanya.Saat Grace berjalan melewati Anna, dia tiba-tiba berhenti sejenak dan berbisik, "Jangan ganggu aku. Biarkan aku sendirian hari ini."Setelah mengatakan itu, Grace pun melanjutkan jalannya tanpa menoleh sedikit pun ke

  • Tiba-Tiba Menikah!    Ada Apa Dengan Temanku?

    Di kamarnya, Anna tengah duduk di atas ranjang sembari menatap ponsel yang ada di depannya. Lebih dari 30 menit dia diam seperti itu. Dia ingin menelpon Grace, namun ragu hingga membuatnya berpikir lama. Grace bukan tipikal orang yang memikirkan pelajaran. Jika dia murung maka permasalahannya ada pada kencan yang dia lakukan dengan Kevin. Namun, apa permasalahannya? "Apa kau akan terus seperti itu?" seru Edgar tiba-tiba. Dia risih melihat istrinya yang diam seperti patung selama bermenit-menit. "Apa menurutmu aku harus menelponnya?" Betapa rumitnya seorang wanita. Para pria tidak pernah memikirkan permasalahan orang lain, jadi Edgar bingung harus menjawab apa. "Lakukanlah seperti yang ingin kau lakukan. Tapi menurutku, lebih baik jika kau membiarkan Grace sendiri. Lagi pula, dia pasti akan menelponmu jika ingin bercerita." "Kau benar. Lebih baik aku tidak menelponnya," lirih Anna. Namun, tampaknya pikirannya berubah dalam seketika. "Tapi, aku harus menelponnya!" Anna meraih

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status