Share

Bertemu Orang Tua Bella

Penulis: Widya Yasmin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-17 09:25:04

"Mama mau kemana?" tanya Leo.

"Mama mau menemui orang tua mama."

"Aku mau ikut," rengeknya.

"Tapi Leo kan harus sekolah." Seorang wanita berpakaian baby sitter tiba-tiba muncul, tampaknya ia adalah pengasuh Leo yang diceritakan Mbok Minten baru masuk hari ini setelah kemarin izin tak masuk kerja karena keluarganya sakit.

"Memangnya Leo udah sekolah?"

"Iya, Non Bella, Leo kan sudah PAUD. Kok Non Bella bisa lupa? Ngomong-ngomong, selamat datang kembali di rumah ini," sapanya lembut.

"Saya hilang ingatan, ngomong-ngomong nama kamu siapa?"

"Saya Tiar, Non."

"Leo, Sayang. Hari ini Leo sekolah, ya, gak usah ikut sama mama." Aku membujuknya.

"Emm...oke, deh."

Dia anak yang sangat pintar dan menggemaskan, andai saja aku tak berada dalam situasi ini, aku ingin menjadi ibunya. Namun, aku harus secepatnya meninggalkan rumah ini, sebelum mereka menyadari bahwa aku bukanlah Bella, lalu menuduhku sebagai penipu. Setelah itu Tiar membawa Leo ke kamar, sementara aku bergegas menuju meja makan.

"Kamu mau kemana, pagi-pagi begini sudah rapi?" tanya Mama Clara, sementara Opa William dan Oma Sandra tampak tengah menikmati sarapan pagi mereka.

"Mau ke rumah kedua orang tuaku, boleh, kan?"

"Tentu saja boleh." Opa William menyahut. "Karena mobil kesayangan kamu hilang, maka kamu boleh menggunakan mobil mana saja yang kamu suka di garasi, kuncinya tanyakan sama Jono."

Aku termenung mendengar ucapan Opa William, rupanya Bella bisa menyetir dan memiliki mobil sendiri, enak juga jadi dia. Sementara aku, jangankan membawa mobil, membawa motor pun aku tidak bisa.

"Bella pergi bersama aku, kok, Opa." Tiba-tiba Gio datang lalu menyahut.

Untunglah dia datang tepat waktu, sehingga aku tak perlu mengatakan bahwa aku tidak bisa menyetir.

"Tapi bukankah hari ini kamu ada meeting penting sama klien ya?" tanya Villia tiba-tiba.

"Sudah aku cancel, hari ini aku ingin mengantar Bella kemana pun dia mau."

"Bagus, Gio, opa bangga sama kamu."

Tiba-tiba wajah Villia, Mama Clara dan Oma Sandra tampak masam, sepertinya mereka bertiga tidak suka jika Gio memberikan perhatian terhadapku.

"Bella, kamu tidak boleh menginap di sana, kamu harus segera kembali ke rumah ini nanti sore."

"Kenapa sih, Mas? Biarkan saja dia di rumah kedua orangtuanya," ucap Oma Sandra tiba-tiba.

"Kalau Bella menginap di sana, berarti Gio juga harus menginap di sana."

Aku dan Gio hanya mengangguk, lalu setelah itu segera sarapan. Aku menghela napas saat melihat roti tawar yang diatasnya ditaruh ikan salmon mentah dan caviar. Makanan yang menurut banyak orang sangat mewah itu tidak cocok dengan perutku, membayangkannya saja aku sudah mual. Apalagi di sebelahnya terdapat jus berwarna hijau, sepertinya itu jus sayuran. Kalau dipikir-pikir, mengapa menu sarapan orang kaya benar-benar tidak menggugah selera.

"Apakah aku boleh meminta menu sarapan yang lain?" tanyaku.

"Non Bella mau saya buatkan sarapan apa?" tanya Carlota dengan nada yang lembut tapi tetap saja tatapannya begitu sinis padaku.

"Aku mau roti dan susu saja, tapi Mbok Minten yang siapkan."

"Baik, Non, akan simbok siapkan," ujar Mbok Minten lalu bergegas menuju dapur.

"Padahal dulu kamu sangat menyukai salmon dengan taburan caviar," ujar Gio tiba-tiba.

Aku hanya tersenyum dan tak menanggapi ucapannya, jika salmon yang dimasak mungkin aku bisa makan, tapi jika mentah, aku tak bisa memakannya. Beberapa saat kemudian, aku memakan makanan yang dihidangkan Mbok Minten, padahal sebenarnya aku ingin sekali memakan nasi uduk atau batagor, tapi aku harus menahan perasaan itu, karena sekarang aku harus berpura-pura menjadi menantu konglomerat.

Beberapa saat kemudian, aku telah selesai sarapan, lalu Gio segera mengajakku menuju mobilnya. Mataku seketika membelalak saat melihat mobil Lamborghini berwarna hijau. Untuk pertama kalinya aku menaiki mobil mewah itu.

"Ayo masuk!" ujar Gio sambil membukakan pintu mobil untukku.

Aku mengangguk, lalu hendak masuk. Namun, sebelum itu aku sempat melirik seorang lelaki yang sejak tadi berdiri dan menatap tajam ke arahku.

Tidak lama kemudian Gio masuk mobil dan bersiap untuk menyalakan mobilnya.

"Dia siapa?" tanyaku sambil menunjuk lelaki itu setelah kami sama-sama berada di dalam mobil.

"Dia Herdi, sopir pribadi Villia."

"Kenapa Villia memiliki sopir pribadi, sedangkan aku tidak?"

"Karena kamu pernah menolaknya saat Opa menawarkan sopir pribadi untukmu, lagi pula kamu bisa menyetir sementara Villia tidak."

"Oooh," jawabku, lalu setelah itu Gio segera melajukan mobilnya.

"Sebenarnya aku merasa penasaran dengan apa yang terjadi padamu hingga kamu hilang ingatan."

"Entahlah, aku juga tak tahu."

"Sebenarnya selama ini kamu berada di mana?"

"Ada seseorang yang menampungku di rumahnya."

"Di mana? Aku harus bertemu dengannya untuk mengucapkan terima kasih."

"Di Arab Saudi."

"Hah?" Tiba-tiba ia menoleh ke arahku lalu mengernyitkan dahi.

"Maksudku, orang yang menolongku adalah orang Arab yang sedang berlibur di negara ini, tapi sekarang mereka sudah kembali ke negara asalnya."

"Ooh."

Aku menghela napas setelah mengarang cerita bohong tersebut, padahal selama ini aku jarang sekali berbohong.

Beberapa saat kemudian, kami tiba di sebuah rumah. Saat aku dan Gio keluar dari mobil, tampak sepasang paruh baya yang langsung menghambur ke arahku.

"Bella, Sayang, kamu masih hidup, Nak?" Wanita paruh baya itu langsung memelukku dengan erat, sementara lelaki yang tampaknya adalah suaminya itu menatapku dengan tatapan berkaca-kaca.

"Bella, kamu kemana saja, Sayang?" Kini gantian lelaki paruh baya tersebut yang memelukku dengan erat.

Entah mengapa, aku merasa sangat nyaman saat sepasang paruh baya ini bergantian memelukku, rasanya ada sesuatu yang membuatku terhipnotis sehingga aku hanya pasrah dengan apa yang mereka lakukan. Aku memegangi dadaku, entah mengapa perasaanku terasa sangat hangat. Mungkin karena sejak kecil aku belum pernah dipeluk oleh ayah dan ibuku. Mereka tak pernah menunjukkan perasaan hangat atau menunjukkan bahwa mereka menyayangiku.

"Gio, mengapa kamu tak mengatakan semua ini, sejak kapan Bella kembali?" tanya lelaki berkacamata itu.

"Maafkan Gio, Ayah, Bunda, baru kemarin kami menemukan Bella, tapi sayangnya dia hilang ingatan."

"Apa?" Mereka berdua tampak terkejut saat mendengar ucapan Gio.

"Iya, Bella tak ingat dengan dirinya dan siapapun."

"Bella Sayang, tapi kamu ingat, kan sama ayah dan bunda?"

Aku hanya menggeleng.

"Apa yang terjadi padamu, Nak, hingga kamu harus seperti ini?" Mereka tampak menatapku dengan tatapan berkaca-kaca, entah bagaimana caranya aku merasa bersalah saat melihat gurat kekhawatiran di wajah mereka.

"Gio minta maaf karena pernah lalai dalam menjaga Bella, tapi mulai saat ini Gio janji akan menjaga Bella dengan nyawa Gio."

Bisa-bisanya dia berkata seperti itu, padahal jika dia adalah suami yang baik, dia tidak mungkin berselingkuh hingga menikahi selingkuhannya itu.

"Baiklah, Gio, Bella, ayo masuk!"

Aku dan Gio mengangguk, lalu segera memasuki rumah yang lumayan besar tapi tak sebesar rumah Gio. Setibanya di dalam rumah tersebut, aku melihat beberapa foto anak kecil yang terpajang di dinding. Foto anak itu sama persis dengan fotoku saat aku masih kecil. Sepertinya itu foto Bella, tapi bagaimana caranya foto kami begitu sangat mirip, bahkan foto saat kami kecil pun bagaikan pinang dibelah dua.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Lelaki Yang Bersama Mama Clara

    Selama dalam perjalanan, Gio hanya terdiam, ekspresi wajahnya sama persis seperti semalam."Apa sejak malam kamu terus termenung karena telah mengetahui sesuatu?" Aku memberanikan diri untuk bertanya."Maksud kamu?""Bagaimana jika pelaku yang sebenarnya adalah mama kamu?""Siapapun pelakunya, dia tetap harus mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatannya. Namun...."Aku melihat ada raut kepedihan saat ia mengatakannya, lalu setelah itu ia kembali fokus menyetir."Namun kenapa, Gio?""Kita harus memiliki bukti yang kuat untuk memastikan bahwa Mama pelakunya.""Tapi kamu bersedia, kan, untuk membantuku menyelidikinya?"Ia mengangguk, tetapi kulihat ada gurat kepedihan di wajahnya.Aku bisa mengerti bagaimana perasaannya jika benar Mama Clara adalah dalang dibalik kematian Bella. Hati Gio pasti akan sangat hancur ketika wanita yang telah melahirkannya dipenjara, terlebih ia telah kehilangan ayahnya ketika ia berusia 5 tahun.Opa William pernah bercerita bahwa kakekku meninggal ketika Be

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Pengakuan Villia Pada Gio

    "Bagaimana caranya kamu tahu kalau aku dibawa ke hutan?" tanyaku pada Gio di dalam mobil setelah sejak tadi ia hanya diam."Tadi kebetulan aku sedang berada di jalan, pulang meeting. Lalu Tiar mengabarkan bahwa kamu diculik, ia shar location juga memberitahukan plat mobil si penculik. Setelah itu aku langsung mengejar sambil menelpon polisi.""Gio, untuk kedua kalinya, aku sangat berterima kasih karena lagi-lagi kamu menyelamatkanku.""Iya." Ia hanya menjawab datar sembari fokus menyetir, aku jadi semakin curiga jika ia menyembunyikan sesuatu dariku.Tidak lama kemudian, kami telah tiba. Setibanya di rumah, tampak Opa William dan semua orang menyambut kedatanganku."Mamaaa!" teriak Leo yang langsung menghambur ke pelukanku sembari berlinang air mata.Aku langsung memeluknya dengan erat, untunglah penculik tadi tidak menyakitinya sedikit pun."Saat Tiar mengatakan bahwa kamu diculik, jujur saja opa sangat khawatir sama kamu." Opa William menatapku nanar sembari sesekali memegangi dadan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Penyelamat

    Dalam keadaan tubuh terikat dan mulut yang disumpal kain, aku menyandarkan kepala di jok mobil. Seluruh tubuh ini dibanjiri keringat, sementara dadaku terasa berguncang hebat memikirkan apa yang akan terjadi padaku selanjutnya. Kulihat para penjahat itu tertawa riang sembari melajukan mobil yang membawaku entah kemana. Sesekali terdengar obrolan mereka yang membuatku seketika bergidik ngeri."Sebelum kita singkirkan, kita nikmati dulu dia," ujar seorang lelaki berkepala botak yang sejak tadi menatapku penuh nafsu."Tentu saja, hari ini kita akan berpesta." Yang lainnya ikut menyahut, lalu setelah itu mereka kembali tertawa hingga membuat darah di tubuhku seakan berhenti mengalir.Jika harus memilih, aku lebih baik memilih mati daripada harus menjadi budak nafsu mereka. Mobil yang membawaku terus melaju menjauh dari keramaian kota, lalu mataku membelalak saat kulihat deretan pepohonan yang begitu rimbun disertai suara burung dan binatang alam lainnya, pertanda mobil ini memasuki kawasa

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Diculik Lagi

    Setelah jam besuk berakhir, aku segera pulang. Selama di perjalanan, aku masih terus kepikiran ucapan Villia yang mengatakan bahwa pelaku sebenarnya bukanlah dia. Hatiku bertanya-tanya, jika bukan dia, lalu siapa lagi?"Non, sekarang kita kemana?" tanya Pak Jono."Kita ke sekolah Leo aja.""Baik, Non."Setelah itu ia melajukan mobilnya menuju sekolah Leo, lalu tidak lama kemudian, kami telah tiba. Setibanya di sana, kebetulan sudah waktunya jam istirahat. Tampak Tiar sedang menyuapi Leo makan."Hai Sayang." Aku berjalan menghampirinya.Leo menoleh, lalu seketika senyumnya mengembang saat melihatku."Mamaaa!" Leo langsung merentangkan tangannya lalu memelukku."Kok makannya disuapin? Leo kan anak pintar, harusnya makan sendiri." Aku mengelus lembut rambutnya."Oh, iya, kan bentar lagi aku jadi kakak, jadi aku harus makan sendiri." Dahiku mengernyit saat mendengar ucapannya, bisa-bisanya ia begitu ngotot untuk mendapatkan adik, sementara aku dan Gio tidak memiliki hubungan apapun."Sini

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Bukan Villia Pelakunya

    "Leo Sayang. Hari ini mama capek banget. Mama istirahat dulu, ya." Aku mencoba mengalihkan pembicaraan."Tapi Mama bisa, kan, ngasih adik buat aku?" Ia menatapku penuh harap."Itu gak mungkin, Leo. Mama gak mungkin ngasih adik buat Leo."Tiba-tiba ia tertunduk lesu. "Tapi kenapa? Bukankah tadi Papa bilang akan memberikan semua yang aku minta?" Kali ini ia menatap Gio sembari merengut."Papa sih mau aja ngasih Leo adik, cuma mamanya aja yang gak mau." Gio melirik ke arahku sembari memicingkan mata.Mataku membulat mendengar ucapannya, bisa-bisanya ia menjadikan Leo sebagai alasan untuk mendekatiku."Besok kita bahas lagi, ya, sekarang mama capek banget." Aku kembali mengalihkan pembicaraan."Tapi Mama harus janji dulu, akan memberikan adik buat aku.""Oma akan pastikan Mama dan Papa memberi adik baru untuk Leo." Tiba-tiba Mama Clara muncul lalu menyahuti obrolan kami."Horeeeee!" Leo seketika bersorak gembira.Aku menghela napas dengan apa yang dilakukan Gio juga Mama Clara, bisa-bisan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Gio Semakin Agresif

    "Keluar kalian semua!" teriak para preman berwajah sangar itu sembari bersiap menghantamkan balok ke mobil Gio.Meskipun merasa takut, akhirnya kami semua keluar, karena mereka mengepung setiap penjuru mobil dan bersiap memecahkan kaca mobil."Apa mau kalian?" tanya Gio, ia tampak sangat tenang, tak kulihat sedikit pun rasa takut dalam dirinya, padahal jumlah para preman itu sangatlah banyak."Serahkan Kirana pada kami, maka setelah itu kalian bisa pergi!"Saat mendengar ucapan dari salah satu preman, aku baru sadar jika mereka adalah orang suruhan Juragan Karta."Ngapain kalian mau membawa putri saya? Tak akan saya biarkan kalian melakukannya!" teriak Ayah sembari melindungiku dengan badannya."Kirana itu calon istri juragan kami, apalagi ayahnya masih berhutang pada juragan kami," ujar seorang lelaki berkepala botak.Dahiku mengernyit saat mendengar ucapannya, padahal kini Ratih telah menjadi istrinya sebagai penebus hutang, tetapi mengapa ia masih saja mengincarku.Sementara itu Gi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status