Share

Villia Cemburu

Author: Widya Yasmin
last update Last Updated: 2023-10-16 17:47:31

Wanita yang wajahnya mirip denganku itu terus berlari bahkan berkali-kali terjatuh. Sementara lelaki yang membawa pisau itu terus mengejarnya tanpa rasa iba. Hingga tiba-tiba wanita itu terjebak di tepi jurang, sementara si lelaki bersiap menghunuskan pisaunya.

"Jangaaaaaaan!" teriakku.

Seketika wanita itu melompat ke jurang tersebut hingga membuatku seketika berteriak histeris.

"Bella! Bella! Kamu kenapa?"

Seketika aku langsung terbangun saat seseorang mengguncangkan tubuhku. Perlahan kubuka mata, lalu kulihat Gio menatapku dengan tatapan cemas bercampur penasaran.

"Kamu mimpi buruk?" tanyanya sembari duduk di sampingku dan mencoba untuk memelukku.

Aku langsung beringsut menjauhinya, hingga membuatnya mengernyitkan dahi.

"Kamu kenapa tidak mau kusentuh? Aku hanya ingin membuatmu lebih tenang." Ia malah menarik tanganku lalu memelukku dengan erat.

Seketika dadaku berdebar kencang saat berada dalam pelukannya. Tidak, ini tidak boleh terjadi, dia suami orang, jadi aku tak boleh diam saja saat dia memelukku.

"Gio, tolong lepaskan!" Aku langsung menghempaskan tubuhnya.

"Apakah aku tidak boleh memeluk istriku sendiri?"

"Tapi saat ini aku belum mengingat semuanya, bahkan aku masih ragu kalau kamu itu suamiku."

"Aku janji, Bella, aku akan melakukan apapun agar kamu bisa mengingatku."

"Terserah!" Aku langsung berbaring membelakanginya lalu menarik selimut, sementara Gio tampaknya kembali tidur di sofa.

Suasana tiba-tiba hening, entah mengapa tiba-tiba bulu kudukku meremang, bersamaan dengan itu aku merasa sangat kedinginan padahal aku mengenakan selimut yang tebal. Mungkinkah karena AC di kamar ini terlalu dingin?

"Hu...hu...huhu...hu.." Tiba-tiba terdengar suara tangis yang begitu menyayat hati.

Aku langsung membuka mata dan beranjak dari tempat tidur, kulihat Gio tengah tidur dengan lelapnya, sementara suara tangis wanita itu semakin terdengar jelas dari luar jendela, tampaknya ada seseorang di balkon kamar ini. Karena penasaran, aku segera membuka pintu menuju balkon.

Degh! Seketika aku langsung terhenyak saat melihat wanita yang tengah menangis tersedu-sedu sembari menundukkan wajahnya. Bagaimana bisa dia ada di balkon, lewat mana dia masuk?

"Hei, kamu siapa? Kenapa kamu menangis?"

Wanita itu langsung mengangkat wajahnya hingga tiba-tiba aku kembali terhenyak saat melihat wajah wanita itu yang sama persis denganku. Namun, wajahnya begitu pucat pasi seolah tak memiliki darah.

"Kamu Bella, kan?" Aku memberanikan diri untuk bertanya.

Ia mengangguk, lalu menatapku dengan tatapan pilu.

"Semua orang mencarimu, kenapa kamu malah ada di sini?"

"Tolong ungkap siapa yang orang yang telah membunuhku," ujarnya sembari meraih tanganku, hingga seketika bulu kudukku meremang, sementara tangannya begitu dingin seperti es batu.

"Apa kamu bilang? Jadi kamu sudah meninggal?"

Ia mengangguk, lalu kembali menatapku dengan tatapan nanar.

"Aaaaaaasaaaaaak!" Aku langsung berteriak histeris, karena seumur-umur belum pernah melihat penampakan hantu.

"Bellla! Bella!" Aku kembali terhenyak dan menyadari bahwa aku tengah berada di tempat tidur.

"Kamu mimpi buruk lagi?" tanya Gio.

Aku menghela napas saat menyadari bahwa tadi hanyalah mimpi, tapi mengapa semua itu terasa sangat nyata?

"Bella, sebenarnya kamu mimpi apa?"

"Emm..itu..aku mimpi melihat hantu."

"Gimana kalau aku tidur di sampingmu aja? Agar kamu gak mimpi buruk lagi."

"Gak perlu, Gio. Kamu kembali ke sofa aja."

"Jujur aja aku sangat khawatir sama kamu." Perlahan tangannya membelai rambutku dengan lembut hingga membuatku secepat kilat meraihnya.

"Jangan menyentuhku sampai aku mengingat semuanya."

"Meskipun bingung, tapi aku akan menghindari semua yang membuatmu tak nyaman."

Setelah Gio kembali tidur di sofa, aku kembali memikirkan mimpiku tadi. Apakah benar Bella sudah meninggal? Jika iya, lalu siapa orang yang telah membunuhnya, apakah pembunuhnya ada di rumah ini? Lalu mengapa dia harus memintaku mengungkap semuanya, mengapa dia tidak menemui Gio dalam mimpi lalu meminta tolong padanya?

Meskipun tidak mengenalnya, tapi entah mengapa aku merasa sangat iba kepada wanita bernama Bella itu. Kenapa dia bisa sampai dibunuh? Apa salah dia hingga ia harus meninggal dengan cara yang tragis seperti yang kulihat di mimpi?

"Maafkan aku, Bell, maafkan aku." Seketika lamunanku buyar saat mendengar suara Gio, rupanya dia tengah mengigau.

Namun, mengapa ia terus mengatakan maaf dan menyebut nama Bella, sebenarnya dosa apakah yang ia lakukan pada Bella, apa jangan-jangan....

Ah, tidak mungkin dia yang menyuruh orang untuk membunuh Bella. Bagaimana bisa ada seorang suami yang tega melakukan hal sekejam itu. Tapi, kalau dipikir-pikir, bisa saja dia melakukan hal itu, karena mungkin dia sudah bosan pada Bella makanya dia selingkuh dan menikahi Villia.

"Tidak...tidak..." Gio semakin mengigau hingga membuatku seketika langsung mendekatinya.

"Kamu kenapa Gio?"

"Bella, jangan tinggalkan aku Bell." Ia langsung memelukku dengan erat.

Kulihat keringat dingin membasahi wajahnya yang tampak panik, ia tampak sangat ketakutan, selain itu aku bisa merasakan detak jantungnya yang begitu kencang, sehingga aku merasa tak tega untuk melepaskan pelukannya.

"Sebenarnya kamu kenapa, Gio."

"A...aku hanya mimpi buruk," ujarnya sembari melepaskan pelukannya.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita kembali tidur."

Ia mengangguk, lalu kami kembali tidur di tempat masing-masing.

Keesokan paginya, aku langsung ke kamar mandi, sebelumnya aku mengambil pakaian ganti ke kamar mandi, karena tak mungkin aku berganti pakaian di hadapan Gio. Aku langsung mengguyur seluruh tubuh saat mengingat bahwa semalam Gio telah memeluk tubuhku dengan erat. Seumur-umur belum ada lelaki yang memeluk tubuhku, mengapa bisa malah aku dipeluk oleh suami orang.

Beberapa saat kemudian, aku telah selesai, lalu segera keluar dari kamar mandi untuk mengeringkan rambut.

"Kamu mau kemana, kok pagi-pagi gini udah rapi?" tanya Gio yang baru saja bangun.

"Mau ke rumah orang tuaku."

"Oke, tunggu sebentar, aku akan mandi lalu mengantarmu ke sana."

"Memangnya kamu gak kerja?"

"Aku akan menelpon sekretarisku dan menyuruhnya untuk menghandle semua pekerjaanku."

Aku tak lagi menimpali ucapannya, lalu kulihat ia bergegas menuju kamar mandi. Sementara aku langsung menoleh ke arah deretan skincare yang berbaris di meja rias. Sepertinya tak apa-apa jika aku menggunakan semua itu, siapa tahu wajahku bisa secantik dan seglowing Bella. Setelah merias wajah, aku juga tak lupa mencatok ikal rambutku sembari menatap foto Bella yang terpajang di dinding, entah mengapa pagi ini aku ingin terlihat sama persis dengannya.

"Bella, tolong ambilkan pakaianku," ujar Gio tiba-tiba.

Aku langsung terkejut saat melihatnya yang hanya mengenakan handuk. Ia tampa rasa malu menampakan dadanya yang bidang sedikit berbulu itu, bahkan aku bisa melihat perutnya yang sixpack.

"Hei! Kenapa kamu berani-beraninya menampakan diri dengan hanya mengenakan handuk seperti itu?" Seketika aku langsung menutup mata saat menyadari bahwa seharusnya aku tak melihat hal yang seharusnya kulihat.

"Tapi bukankah kamu sudah sering melihat seluruh tubuhku bahkan tanpa sehelai benangpun?"

Ucapannya seketika membuatku merasa geli, lalu tanpa berlama-lama aku langsung berlari menuju pintu.

"Mau kemana, Bell?"

"A..aku tunggu diluar saja," ujarku lalu bergegas keluar kamar.

Lama-lama aku bisa gila jika terus berada di rumah ini. Tak dapat kupungkiri jika Gio sangatlah tampan dan menawan, tapi bagaimana pun dia bukan suamiku, aku harus sadar diri.

"Wah, pagi-pagi gini rambut Non Bella sudah basah?" tanya Mbok Minten saat berpapasan denganku.

"Iya, Mbok, banyak hal yang terjadi semalam hingga membuatku harus segera mandi."

Tiba-tiba Mbok Minten langsung tertawa saat mendengar jawabanku, entah apa yang ia pikirkan. Lalu tiba-tiba Villia menatapku dengan wajah masam, rupanya sejak tadi ia berdiri di belakangku.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Lelaki Yang Bersama Mama Clara

    Selama dalam perjalanan, Gio hanya terdiam, ekspresi wajahnya sama persis seperti semalam."Apa sejak malam kamu terus termenung karena telah mengetahui sesuatu?" Aku memberanikan diri untuk bertanya."Maksud kamu?""Bagaimana jika pelaku yang sebenarnya adalah mama kamu?""Siapapun pelakunya, dia tetap harus mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatannya. Namun...."Aku melihat ada raut kepedihan saat ia mengatakannya, lalu setelah itu ia kembali fokus menyetir."Namun kenapa, Gio?""Kita harus memiliki bukti yang kuat untuk memastikan bahwa Mama pelakunya.""Tapi kamu bersedia, kan, untuk membantuku menyelidikinya?"Ia mengangguk, tetapi kulihat ada gurat kepedihan di wajahnya.Aku bisa mengerti bagaimana perasaannya jika benar Mama Clara adalah dalang dibalik kematian Bella. Hati Gio pasti akan sangat hancur ketika wanita yang telah melahirkannya dipenjara, terlebih ia telah kehilangan ayahnya ketika ia berusia 5 tahun.Opa William pernah bercerita bahwa kakekku meninggal ketika Be

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Pengakuan Villia Pada Gio

    "Bagaimana caranya kamu tahu kalau aku dibawa ke hutan?" tanyaku pada Gio di dalam mobil setelah sejak tadi ia hanya diam."Tadi kebetulan aku sedang berada di jalan, pulang meeting. Lalu Tiar mengabarkan bahwa kamu diculik, ia shar location juga memberitahukan plat mobil si penculik. Setelah itu aku langsung mengejar sambil menelpon polisi.""Gio, untuk kedua kalinya, aku sangat berterima kasih karena lagi-lagi kamu menyelamatkanku.""Iya." Ia hanya menjawab datar sembari fokus menyetir, aku jadi semakin curiga jika ia menyembunyikan sesuatu dariku.Tidak lama kemudian, kami telah tiba. Setibanya di rumah, tampak Opa William dan semua orang menyambut kedatanganku."Mamaaa!" teriak Leo yang langsung menghambur ke pelukanku sembari berlinang air mata.Aku langsung memeluknya dengan erat, untunglah penculik tadi tidak menyakitinya sedikit pun."Saat Tiar mengatakan bahwa kamu diculik, jujur saja opa sangat khawatir sama kamu." Opa William menatapku nanar sembari sesekali memegangi dadan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Penyelamat

    Dalam keadaan tubuh terikat dan mulut yang disumpal kain, aku menyandarkan kepala di jok mobil. Seluruh tubuh ini dibanjiri keringat, sementara dadaku terasa berguncang hebat memikirkan apa yang akan terjadi padaku selanjutnya. Kulihat para penjahat itu tertawa riang sembari melajukan mobil yang membawaku entah kemana. Sesekali terdengar obrolan mereka yang membuatku seketika bergidik ngeri."Sebelum kita singkirkan, kita nikmati dulu dia," ujar seorang lelaki berkepala botak yang sejak tadi menatapku penuh nafsu."Tentu saja, hari ini kita akan berpesta." Yang lainnya ikut menyahut, lalu setelah itu mereka kembali tertawa hingga membuat darah di tubuhku seakan berhenti mengalir.Jika harus memilih, aku lebih baik memilih mati daripada harus menjadi budak nafsu mereka. Mobil yang membawaku terus melaju menjauh dari keramaian kota, lalu mataku membelalak saat kulihat deretan pepohonan yang begitu rimbun disertai suara burung dan binatang alam lainnya, pertanda mobil ini memasuki kawasa

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Diculik Lagi

    Setelah jam besuk berakhir, aku segera pulang. Selama di perjalanan, aku masih terus kepikiran ucapan Villia yang mengatakan bahwa pelaku sebenarnya bukanlah dia. Hatiku bertanya-tanya, jika bukan dia, lalu siapa lagi?"Non, sekarang kita kemana?" tanya Pak Jono."Kita ke sekolah Leo aja.""Baik, Non."Setelah itu ia melajukan mobilnya menuju sekolah Leo, lalu tidak lama kemudian, kami telah tiba. Setibanya di sana, kebetulan sudah waktunya jam istirahat. Tampak Tiar sedang menyuapi Leo makan."Hai Sayang." Aku berjalan menghampirinya.Leo menoleh, lalu seketika senyumnya mengembang saat melihatku."Mamaaa!" Leo langsung merentangkan tangannya lalu memelukku."Kok makannya disuapin? Leo kan anak pintar, harusnya makan sendiri." Aku mengelus lembut rambutnya."Oh, iya, kan bentar lagi aku jadi kakak, jadi aku harus makan sendiri." Dahiku mengernyit saat mendengar ucapannya, bisa-bisanya ia begitu ngotot untuk mendapatkan adik, sementara aku dan Gio tidak memiliki hubungan apapun."Sini

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Bukan Villia Pelakunya

    "Leo Sayang. Hari ini mama capek banget. Mama istirahat dulu, ya." Aku mencoba mengalihkan pembicaraan."Tapi Mama bisa, kan, ngasih adik buat aku?" Ia menatapku penuh harap."Itu gak mungkin, Leo. Mama gak mungkin ngasih adik buat Leo."Tiba-tiba ia tertunduk lesu. "Tapi kenapa? Bukankah tadi Papa bilang akan memberikan semua yang aku minta?" Kali ini ia menatap Gio sembari merengut."Papa sih mau aja ngasih Leo adik, cuma mamanya aja yang gak mau." Gio melirik ke arahku sembari memicingkan mata.Mataku membulat mendengar ucapannya, bisa-bisanya ia menjadikan Leo sebagai alasan untuk mendekatiku."Besok kita bahas lagi, ya, sekarang mama capek banget." Aku kembali mengalihkan pembicaraan."Tapi Mama harus janji dulu, akan memberikan adik buat aku.""Oma akan pastikan Mama dan Papa memberi adik baru untuk Leo." Tiba-tiba Mama Clara muncul lalu menyahuti obrolan kami."Horeeeee!" Leo seketika bersorak gembira.Aku menghela napas dengan apa yang dilakukan Gio juga Mama Clara, bisa-bisan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Gio Semakin Agresif

    "Keluar kalian semua!" teriak para preman berwajah sangar itu sembari bersiap menghantamkan balok ke mobil Gio.Meskipun merasa takut, akhirnya kami semua keluar, karena mereka mengepung setiap penjuru mobil dan bersiap memecahkan kaca mobil."Apa mau kalian?" tanya Gio, ia tampak sangat tenang, tak kulihat sedikit pun rasa takut dalam dirinya, padahal jumlah para preman itu sangatlah banyak."Serahkan Kirana pada kami, maka setelah itu kalian bisa pergi!"Saat mendengar ucapan dari salah satu preman, aku baru sadar jika mereka adalah orang suruhan Juragan Karta."Ngapain kalian mau membawa putri saya? Tak akan saya biarkan kalian melakukannya!" teriak Ayah sembari melindungiku dengan badannya."Kirana itu calon istri juragan kami, apalagi ayahnya masih berhutang pada juragan kami," ujar seorang lelaki berkepala botak.Dahiku mengernyit saat mendengar ucapannya, padahal kini Ratih telah menjadi istrinya sebagai penebus hutang, tetapi mengapa ia masih saja mengincarku.Sementara itu Gi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status