Share

Chapter 15

Author: Mariahlia
last update Last Updated: 2025-06-27 17:51:08
Hari itu, Revan baru saja selesai rapat panjang bersama para direksi. Matahari mulai condong ke barat, tapi suasana kantor tetap sibuk. Ia melonggarkan dasi sambil menyesap kopi dingin yang dari tadi tak sempat disentuh. Suasana kantor sedikit lebih lengang menjelang jam pulang.

Claudia masuk ke ruangannya tanpa mengetuk. Ia seperti biasa, mengenakan gaun formal rapi warna emerald dengan sepatu hak tinggi. Wajahnya santai, dan senyum menggoda tak pernah absen.

“Kamu belum pulang?” tanya Revan tanpa melihat ke arah wanita itu.

Claudia duduk di kursi depan meja kerjanya, menyilangkan kaki dengan anggun. “Belum. Aku pikir kamu juga belum, jadi... Aku pikir kita bisa makan malam bareng. Nostalgia masa-masa dulu di Frankfurt?”

Revan berhenti menulis. Lalu menatapnya—datar, sopan, tapi dingin. “Claud, kamu tahu aku sudah menikah.”

Claudia tersenyum tipis. “Menikah bukan berarti nggak bisa makan bareng kolega, kan? Lagi pula, kita ini teman lama.”

Revan tidak menjawab. Ia menutup
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 97

    Suara deru kendaraan dari jalanan besar terdengar samar ketika taksi yang ditumpangi Nayara berhenti di pinggir jalan, tak jauh dari lokasi yang dituju. Udara di daerah Ancol dini hari itu terasa lembab, dingin menusuk, dan ada aroma asin laut yang terbawa angin. Hatinya berdebar kencang, begitu keras hingga ia merasa supir taksi di depan bisa mendengarnya.“Sudah sampai, Bu,” ucap sang sopir sambil menoleh sekilas.Nayara mengangguk kaku, mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet. Ia tak peduli berapa pun jumlahnya. Tangannya gemetar saat menyerahkan bayaran, lalu dengan cepat turun dari mobil.Taksi itu pergi meninggalkan dirinya berdiri sendirian di depan gerbang besi besar, dengan papan berkarat yang bertuliskan "Gudang 17". Tidak ada kehidupan di sekitarnya. Hanya suara deburan ombak dari kejauhan dan suara angin yang berdesir di sela-sela gedung tua.Nayara menarik napas panjang, mencoba menguatkan diri. Apa yang aku lakukan? Ia bisa saja kembali ke rumah, pura-pura tidak ta

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 96

    Suara hujan semalam memang sudah lama berhenti, tapi basahnya masih tinggal di udara, menempel seperti ingatan buruk yang tak mau pergi. Jakarta tak pernah benar-benar tidur, tapi di dalam taksi yang melaju di jalanan lengang itu, Nayara merasa seperti terlempar ke dunia lain. Dunia yang berbahaya.Amplop di pangkuannya terasa seperti bom yang siap meledak kapan saja. Jemarinya gemetar saat membolak-balik foto-foto itu. Raka. Raymond. Gedung asing. Catatan dengan tulisan tangan yang asing. Semua ini bukan hanya sekadar "masalah kantor" seperti yang selama ini Raka katakan.“Suamimu sudah memilih sisi. Tapi apakah itu sisi yang benar?”Kalimat itu terus bergema di kepalanya.Nayara menutup amplop itu buru-buru. Napasnya berat. Ia ingin menelepon Raka, menuntut penjelasan, tapi di saat bersamaan, suara pria di restoran itu mengingatkannya: "Jangan bilang siapa pun. Bahkan suamimu. Ini antara kita saja."Kenapa ia percaya pada orang asing itu? Kenapa ia bahkan datang sendirian?Tapi kala

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 95

    Suara hujan malam sebelumnya masih terasa di udara pagi itu, meski matahari sudah meninggi. Jakarta, seperti biasa, sibuk dengan lalu lintas dan hiruk pikuk. Tapi di rumah kecil Raka, dunia terasa bergetar di bawah permukaan. Nayara duduk di tepi ranjang, menggenggam ponselnya erat-erat. Nomor tak dikenal itu masih tersimpan di layar, menunggu apakah ia akan menekan call back. Kata-kata semalam terus terngiang di kepalanya. “Kami perlu bicara. Tentang suami Anda.” Suara itu tidak kasar, tidak mengancam. Justru tenang—dan itu membuatnya lebih menakutkan. Saat Raka keluar dari kamar mandi, dasi sudah terikat sempurna, Nayara buru-buru menyembunyikan ponsel di pangkuannya. “Mas, kita bisa bicara?” Raka berhenti, menatapnya. Ada garis kelelahan di wajahnya, lingkar hitam di bawah matanya. “Sekarang? Aku ada meeting pagi ini.” “Cuma sebentar.” Suara Nayara bergetar. “Kamu… ada masalah besar, ya? Sama Bima?” Raka kaku. “Kenapa kamu bilang begitu?” Nayara menggigit bibir. Ia ingin b

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 94

    Suara hujan tipis mengetuk jendela apartemen Bima. Dari kursi kerjanya, pria itu duduk sambil menatap layar ponsel. Ada rekaman CCTV yang ia ulang-ulang, memperhatikan setiap gerakan. Rekaman itu menampilkan seseorang masuk ke apartemennya semalam. Seseorang yang ia kenal. Raka. Wajah Bima tetap datar, tapi jemari tangan kirinya mengetuk-ngetuk meja, iramanya cepat. “Aku tahu kau bohong, adikku,” gumamnya pelan. Sebuah pesan masuk. Dari nomor yang hanya ia beri nama ‘S’. “Aku menemukan sesuatu. Kita perlu bicara.” Bima menutup ponselnya. Senyumnya samar, dingin. “Baiklah, kalau itu yang kau mau.” Sementara itu, di rumah… Nayara berdiri di dapur, menyiapkan sarapan, tapi pikirannya tak di sana. Raka di meja makan, mengenakan kemeja putih yang sama seperti biasa, tapi ada sesuatu di wajahnya—sesuatu yang membuat Nayara tak tenang. “Mas…” Nayara akhirnya membuka suara. Raka menoleh sambil merapikan jam tangannya. “Hm?” “Kita baik-baik saja kan?” Pertanyaan itu membuat gera

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 93

    Udara pagi Jakarta masih membawa sisa hujan semalam. Jalanan basah berkilau terkena pantulan lampu-lampu kendaraan yang padat merayap. Namun di dalam ruang kerja Raka, dunia terasa berbeda—hampa, berat, seperti langit-langit akan runtuh kapan saja. Ia duduk di depan meja kerjanya, jasnya sudah rapi, dasi terikat sempurna, tapi tangannya gemetar setiap kali ia mencoba menulis. Pikirannya kacau, seolah seluruh energi malam tadi belum benar-benar hilang. Di sakunya, ada goresan kecil di kulit akibat ujung flashdisk yang ia genggam terlalu erat saat keluar dari apartemen Bima. Luka kecil, tapi cukup mengingatkannya: semalam nyata. Ia baru saja mencuri sesuatu dari kakaknya sendiri. “Pak Raka?” suara sekretarisnya memecah lamunan. Raka menoleh cepat, hampir berlebihan. “Ya?” “Ini berkas untuk rapat jam sepuluh. Dan… ada seorang tamu menunggu di lobi. Katanya, Raymond.” Darah Raka seakan turun ke kaki. “Bilang saya akan turun.” Sekretaris itu mengangguk, lalu pergi. Raka menarik na

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 92

    Udara malam itu lebih dingin dari biasanya. Jakarta di tengah pekan selalu riuh, tapi di dalam mobil hitam yang melaju pelan di jalan kecil Menteng, dunia terasa sepi. Raka duduk di kursi penumpang, jari-jarinya menggenggam erat ponsel. Panggilan masuk dari Nayara sudah tiga kali ia abaikan. Ia tak sanggup mendengar suaranya sekarang. Raymond yang mengemudi tampak tenang, seolah mereka sedang dalam perjalanan biasa. Padahal bagi Raka, setiap detik terasa seperti hitungan mundur menuju jurang. “Masih ada waktu buat mundur,” kata Raymond sambil melirik sekilas. “Kalau kamu mau, aku bisa suruh supirku balikin kamu ke rumah sekarang.” Raka menghela napas panjang, menatap keluar jendela. “Kalau aku mundur… Bima nggak akan berhenti. Dia akan datang ke aku. Ke Nayara.” “Bagus.” Raymond tersenyum miring. “Kamu sudah mulai paham.” Raka tak merespons. Ia tahu Raymond hanya ingin memastikan dirinya tetap di jalur. Mobil berhenti di depan sebuah ruko tua tiga lantai dengan papan nama yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status