Share

Chapter 42

Penulis: Mariahlia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-30 19:30:51

Langit hari itu cerah. Udara segar menyeruak dari sela-sela pepohonan besar. Suara burung, tawa anak-anak, dan gelegar suara singa dari kandang yang jauh terdengar menyatu menjadi harmoni tak biasa.

Revan memarkir mobilnya di area khusus pengunjung VIP.

Anaya turun lebih dulu, merapikan topi kecil di kepala Nayara yang mengoceh pelan di gendongan Revan.

“Hari ini ayah temenin Nayara liat gajah, ya?” bisik Revan lembut.

Nayara tertawa dan menepuk-nepuk dada ayahnya dengan tangan mungilnya. Anaya melihat pemandangan itu dengan senyum manis. Ada sesuatu yang menghangat dalam hatinya — Revan, yang dulu dingin, kini berubah menjadi ayah paling memesona.

Baru beberapa langkah memasuki kebun binatang, beberapa pengunjung mulai menoleh ke arah mereka. Terutama ke arah Revan.

Tidak bisa dipungkiri.

Dengan kemeja santai warna krem yang digulung sampai siku, celana chino dan sneakers putih bersih, serta satu gendongan bayi yang ia pakai dengan percaya diri, Revan Arya Mahendra ta
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 91

    Udara di gedung parkir itu terasa pengap, meski malam sudah larut. Lampu neon yang menggantung di langit-langit hanya berkedip redup, menambah suasana mencekam. Raka berdiri kaku, kedua tangannya menggenggam amplop berisi foto-foto itu erat-erat, seolah nyawanya sendiri ada di dalamnya. Pria di depannya—yang mengaku sebagai orang yang paling dibenci Bima—masih duduk santai di dalam mobilnya. Jas abu-abu yang ia kenakan tampak mahal, tapi lebih dari itu, sorot matanya menunjukkan satu hal: ia terbiasa mengatur orang. “Duduk,” katanya, menunjuk kursi di sebelahnya. Raka ragu. “Kalau ini jebakan—” “Kalau aku mau mencelakai kamu, Raka, kamu udah nggak berdiri di sini sekarang.” Pria itu menyelanya cepat, suaranya datar tapi tegas. “Percaya sama aku, kalau Bima bisa mengancam kamu sampai seperti ini, aku lebih dari sekadar mampu menghancurkannya.” Kata-kata itu membuat jantung Raka berdetak lebih cepat. Dengan berat hati, ia membuka pintu dan duduk di kursi penumpang. Bau kulit

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 90

    Keesokan paginya, Raka bangun lebih awal dari biasanya. Hujan semalam masih menyisakan genangan di jalan-jalan kompleks, dan udara pagi Jakarta terasa lembap menusuk kulit. Nayara masih terlelap di sampingnya, wajahnya terlihat lelah dengan sisa-sisa tangis semalam.Raka menatapnya lama. Ada ketakutan yang sulit ia bendung—bukan takut pada Bima, tapi pada kemungkinan kehilangan wanita ini. Nayara adalah rumahnya. Dan Bima… bisa menghancurkan segalanya dalam sekejap.Ponselnya bergetar di meja nakas. Sebuah pesan masuk. Bima:“Sudah mikirin jawabanmu? Ingat, Dek… jam terus berjalan.”Raka mengepalkan tangan. Baru satu malam, tapi Bima sudah mendesak lagi.Di meja makan, Nayara menyiapkan sarapan sambil berusaha tersenyum, seolah kejadian semalam tidak mengguncang hatinya. Tapi tatapan matanya tidak bisa berbohong—ada keresahan yang ia sembunyikan.“Ra, kamu yakin nggak mau cerita yang sebenarnya?” tanya Nayara pelan, memecah keheningan.Raka menatapnya. “Aku janji semuanya bakal baik-

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 89

    Hari berjalan lambat keesokan harinya. Dari luar, Raka terlihat seperti biasanya—mengenakan jas hitam rapi, masuk ke kantornya tepat waktu, menyapa beberapa karyawan dengan senyum sekilas—tapi di dalam, pikirannya berkecamuk.Ia tak bisa berhenti memikirkan foto-foto yang dikirimkan Bima. Foto-foto Nayara. Istrinya. Wanita yang selama ini ia lindungi mati-matian. Rasa marah dan takut menyatu menjadi satu gumpalan yang membuat dadanya sesak.Raka tahu apa yang harus ia lakukan malam ini. Tapi ia juga tahu jika ini bukan pertemuan biasa. Ini bisa menjadi awal dari kehancuran.Sore menjelang malam, hujan kembali turun. Jalan-jalan Jakarta terlihat berkilau oleh pantulan lampu kendaraan. Di rumah, Nayara berdiri di dapur, menyiapkan makan malam sambil sesekali melirik jam. Ia tahu Raka biasanya pulang sebelum pukul delapan, tapi kali ini ponselnya sunyi.Setiap suara di luar rumah membuatnya gelisah. Sejak kejadian semalam, ia merasa diawasi. Saat menutup tirai jendela, ia sempat melihat

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 88

    Pagi itu Jakarta masih basah oleh hujan semalam. Jalanan terlihat seperti cermin besar, memantulkan cahaya lampu kendaraan yang lalu-lalang terburu-buru. Di dalam rumah besar bergaya minimalis itu, Nayara duduk di meja makan, mengaduk-aduk sarapannya yang sudah dingin. Tatapannya kosong. Raka baru saja turun dari lantai atas dengan pakaian kerja yang rapi. Wajahnya terlihat lebih segar dari semalam, namun sorot matanya tetap berat. Nayara menatap suaminya, mencoba menebak apa yang ada di pikirannya. “Pagi,” ucap Raka singkat. “Pagi,” jawab Nayara, suaranya pelan. Ia ingin berbicara banyak, ingin mengeluarkan semua kekhawatirannya, tapi ia tahu Raka butuh ketenangan pagi ini. Sejak pertemuan dengan Bima kemarin, Nayara merasa ada jurang yang menganga di antara mereka, jurang yang perlahan membuat napasnya sesak. Raka mengambil roti, menggigitnya sedikit, lalu menyesap kopi. Namun matanya tetap terpaku pada ponsel. Nayara mendesah pelan. “Dia hubungi kamu lagi?” tanya Nayara, men

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 87

    Hujan turun deras sore itu, menutupi suara klakson Jakarta yang biasanya bising. Dari balik kaca ruang kerjanya di lantai 20 Raka Group, Raka duduk termenung, menatap titik-titik air yang berlomba jatuh ke jendela. Di meja kerjanya, secangkir kopi sudah dingin, laptop menyala dengan puluhan email menunggu balasan, namun pikirannya jauh—terjebak pada satu sosok: Bima.Pertemuan di lobi tadi terasa seperti mimpi buruk yang kembali menghantam. Bima, kakak yang dulu ia idolakan, kini berdiri di depan mata sebagai bayangan masa lalu yang kelam. Masih dengan sorot mata yang sama—mata seseorang yang tak mudah ditebak apakah sedang menyusun rencana atau sekadar mencari pelarian.Raka memijat pelipisnya. Kenapa sekarang, Kak? batinnya bertanya.Di sisi lain kota, Nayara berjalan mondar-mandir di ruang tamu rumah mereka. Sejak siang tadi, ia menerima pesan dari Raka tentang kedatangan Bima. Hanya beberapa kata: “Kakakku keluar dari penjara. Kita akan bicara.” Kalimat itu cukup membuat hatinya g

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 86

    Mentari pagi menyelinap lembut lewat celah tirai kamar tidur mereka, menyinari wajah Nayara yang masih terlelap di pelukan Raka. Udara Jakarta yang biasanya pengap terasa sejuk di pagi itu, mungkin karena kebahagiaan yang perlahan tumbuh dari hari ke hari dalam rumah mungil yang kini menjadi saksi cinta mereka. Raka membuka matanya lebih dulu. Matanya menatap langit-langit, sebelum perlahan-lahan menggeser wajah ke arah Nayara yang masih tertidur. Hidungnya menyentuh kening istrinya dan bibirnya membisikkan doa dalam hati—berharap pagi-pagi berikutnya selalu bersama wanita ini. “Pagi, sayang,” bisiknya lembut, membuat Nayara mengerjap pelan. Dengan suara serak manja, Nayara bergumam, “Kamu sudah bangun? Padahal masih enak banget tidur…” Raka tertawa kecil. “Tapi aku lebih suka lihat kamu bangun, terus ngelihat senyum kamu yang pertama kali.” Nayara membuka matanya dan menatap wajah suaminya yang begitu dekat. “Kamu makin jago gombalnya ya setelah menikah.” “Bukan gombal.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status