Share

Chapter 50

Author: Mariahlia
last update Last Updated: 2025-07-03 21:03:03

Lonceng pulang sekolah berdentang tiga kali. Siswa-siswa berhamburan keluar dari kelas, riuh dan gaduh. Tapi ada satu sudut yang hening dan terkesan tak tersentuh: bangku taman belakang sekolah. Di sanalah Raka Dirgantara duduk, dengan seragam tak dikancing sempurna, dasi dililit seenaknya, dan headphone menggantung di leher.

Tatapannya kosong, menembus pohon beringin di depannya. Di tangannya ada ponsel, tapi bukan untuk belajar. Ia sedang melihat berita lokal… tentang tawuran pelajar semalam. Wajahnya… sempat tertangkap samar di kamera.

“Lagi-lagi kamu, Raka,” gumamnya dingin.

“Dia itu ibarat kerikil dalam sepatu,” keluh Bu Ratna, guru BK, kepada guru lainnya di ruang guru.

“Ganteng iya, pintar juga kalau mau. Tapi kelakuannya… aduh,” timpal Pak Dedi, guru olahraga.

Setiap minggu, laporan pelanggaran Raka menumpuk:

Terlambat masuk kelas

Merokok di kamar mandi belakang

Ikut tawuran dan bawa nama sekolah

Membantah guru secara terang-terangan

Tapi yang paling memb
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 95

    Suara hujan malam sebelumnya masih terasa di udara pagi itu, meski matahari sudah meninggi. Jakarta, seperti biasa, sibuk dengan lalu lintas dan hiruk pikuk. Tapi di rumah kecil Raka, dunia terasa bergetar di bawah permukaan. Nayara duduk di tepi ranjang, menggenggam ponselnya erat-erat. Nomor tak dikenal itu masih tersimpan di layar, menunggu apakah ia akan menekan call back. Kata-kata semalam terus terngiang di kepalanya. “Kami perlu bicara. Tentang suami Anda.” Suara itu tidak kasar, tidak mengancam. Justru tenang—dan itu membuatnya lebih menakutkan. Saat Raka keluar dari kamar mandi, dasi sudah terikat sempurna, Nayara buru-buru menyembunyikan ponsel di pangkuannya. “Mas, kita bisa bicara?” Raka berhenti, menatapnya. Ada garis kelelahan di wajahnya, lingkar hitam di bawah matanya. “Sekarang? Aku ada meeting pagi ini.” “Cuma sebentar.” Suara Nayara bergetar. “Kamu… ada masalah besar, ya? Sama Bima?” Raka kaku. “Kenapa kamu bilang begitu?” Nayara menggigit bibir. Ia ingin b

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 94

    Suara hujan tipis mengetuk jendela apartemen Bima. Dari kursi kerjanya, pria itu duduk sambil menatap layar ponsel. Ada rekaman CCTV yang ia ulang-ulang, memperhatikan setiap gerakan. Rekaman itu menampilkan seseorang masuk ke apartemennya semalam. Seseorang yang ia kenal. Raka. Wajah Bima tetap datar, tapi jemari tangan kirinya mengetuk-ngetuk meja, iramanya cepat. “Aku tahu kau bohong, adikku,” gumamnya pelan. Sebuah pesan masuk. Dari nomor yang hanya ia beri nama ‘S’. “Aku menemukan sesuatu. Kita perlu bicara.” Bima menutup ponselnya. Senyumnya samar, dingin. “Baiklah, kalau itu yang kau mau.” Sementara itu, di rumah… Nayara berdiri di dapur, menyiapkan sarapan, tapi pikirannya tak di sana. Raka di meja makan, mengenakan kemeja putih yang sama seperti biasa, tapi ada sesuatu di wajahnya—sesuatu yang membuat Nayara tak tenang. “Mas…” Nayara akhirnya membuka suara. Raka menoleh sambil merapikan jam tangannya. “Hm?” “Kita baik-baik saja kan?” Pertanyaan itu membuat gera

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 93

    Udara pagi Jakarta masih membawa sisa hujan semalam. Jalanan basah berkilau terkena pantulan lampu-lampu kendaraan yang padat merayap. Namun di dalam ruang kerja Raka, dunia terasa berbeda—hampa, berat, seperti langit-langit akan runtuh kapan saja. Ia duduk di depan meja kerjanya, jasnya sudah rapi, dasi terikat sempurna, tapi tangannya gemetar setiap kali ia mencoba menulis. Pikirannya kacau, seolah seluruh energi malam tadi belum benar-benar hilang. Di sakunya, ada goresan kecil di kulit akibat ujung flashdisk yang ia genggam terlalu erat saat keluar dari apartemen Bima. Luka kecil, tapi cukup mengingatkannya: semalam nyata. Ia baru saja mencuri sesuatu dari kakaknya sendiri. “Pak Raka?” suara sekretarisnya memecah lamunan. Raka menoleh cepat, hampir berlebihan. “Ya?” “Ini berkas untuk rapat jam sepuluh. Dan… ada seorang tamu menunggu di lobi. Katanya, Raymond.” Darah Raka seakan turun ke kaki. “Bilang saya akan turun.” Sekretaris itu mengangguk, lalu pergi. Raka menarik na

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 92

    Udara malam itu lebih dingin dari biasanya. Jakarta di tengah pekan selalu riuh, tapi di dalam mobil hitam yang melaju pelan di jalan kecil Menteng, dunia terasa sepi. Raka duduk di kursi penumpang, jari-jarinya menggenggam erat ponsel. Panggilan masuk dari Nayara sudah tiga kali ia abaikan. Ia tak sanggup mendengar suaranya sekarang. Raymond yang mengemudi tampak tenang, seolah mereka sedang dalam perjalanan biasa. Padahal bagi Raka, setiap detik terasa seperti hitungan mundur menuju jurang. “Masih ada waktu buat mundur,” kata Raymond sambil melirik sekilas. “Kalau kamu mau, aku bisa suruh supirku balikin kamu ke rumah sekarang.” Raka menghela napas panjang, menatap keluar jendela. “Kalau aku mundur… Bima nggak akan berhenti. Dia akan datang ke aku. Ke Nayara.” “Bagus.” Raymond tersenyum miring. “Kamu sudah mulai paham.” Raka tak merespons. Ia tahu Raymond hanya ingin memastikan dirinya tetap di jalur. Mobil berhenti di depan sebuah ruko tua tiga lantai dengan papan nama yang

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 91

    Udara di gedung parkir itu terasa pengap, meski malam sudah larut. Lampu neon yang menggantung di langit-langit hanya berkedip redup, menambah suasana mencekam. Raka berdiri kaku, kedua tangannya menggenggam amplop berisi foto-foto itu erat-erat, seolah nyawanya sendiri ada di dalamnya. Pria di depannya—yang mengaku sebagai orang yang paling dibenci Bima—masih duduk santai di dalam mobilnya. Jas abu-abu yang ia kenakan tampak mahal, tapi lebih dari itu, sorot matanya menunjukkan satu hal: ia terbiasa mengatur orang. “Duduk,” katanya, menunjuk kursi di sebelahnya. Raka ragu. “Kalau ini jebakan—” “Kalau aku mau mencelakai kamu, Raka, kamu udah nggak berdiri di sini sekarang.” Pria itu menyelanya cepat, suaranya datar tapi tegas. “Percaya sama aku, kalau Bima bisa mengancam kamu sampai seperti ini, aku lebih dari sekadar mampu menghancurkannya.” Kata-kata itu membuat jantung Raka berdetak lebih cepat. Dengan berat hati, ia membuka pintu dan duduk di kursi penumpang. Bau kulit

  • Tiba-tiba Menikah Dengan Mantan   Chapter 90

    Keesokan paginya, Raka bangun lebih awal dari biasanya. Hujan semalam masih menyisakan genangan di jalan-jalan kompleks, dan udara pagi Jakarta terasa lembap menusuk kulit. Nayara masih terlelap di sampingnya, wajahnya terlihat lelah dengan sisa-sisa tangis semalam. Raka menatapnya lama. Ada ketakutan yang sulit ia bendung—bukan takut pada Bima, tapi pada kemungkinan kehilangan wanita ini. Nayara adalah rumahnya. Dan Bima… bisa menghancurkan segalanya dalam sekejap. Ponselnya bergetar di meja nakas. Sebuah pesan masuk. Bima: “Sudah mikirin jawabanmu? Ingat, Dek… jam terus berjalan.” Raka mengepalkan tangan. Baru satu malam, tapi Bima sudah mendesak lagi. Di meja makan, Nayara menyiapkan sarapan sambil berusaha tersenyum, seolah kejadian semalam tidak mengguncang hatinya. Tapi tatapan matanya tidak bisa berbohong—ada keresahan yang ia sembunyikan. “Ra, kamu yakin nggak mau cerita yang sebenarnya?” tanya Nayara pelan, memecah keheningan. Raka menatapnya. “Aku janji semuan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status