Terima kasih. Semoga suka. Jangan luka like dan komentar ya. See Soon.
Aqeela terus berada di dalam kamar perawatan. Dia heran karena Rangga dan teman-temannya tidak juga datang.“Kemana Rangga dan yang lainnya? Tidak mungkin mereka tersesat. Ruangan ini terlihat jelas terpisah dari bangunan lainnya.” Aqeela membuka pintu dan terkejut karena ada dua orang yang berjaga.“Siapa kalian?” tanya Aqeela.“Kami adalah pengawal yang bertugas menjaga Anda agar tetap berada di dalam kamar,” jawab seorang pria.“Apa?” Aqeela bingung.“Siapa yang memerintahkan kalian?” tanya Aqeela memegang tiang botol infusnya.“Nyonya Marlina,” jawab pria itu.“Hah! Kenapa aku harus dijaga?” Aqeela masuk ke kamar. Dia menghubungi Alina, tetapi tidak aktif.“Pasti Kak Alina sedang kerja.” Aqeela kembali menghubungi Rangga.“Halo, Aqeela. Tidak ada kamar Melati. Tidak ada juga pasien atas nama kamu,” jelas Rangga.“Aku sudah mengirim lokasiku.” Aqeela memutuskan panggilan.“Dapat.” Rangga berjalan cepat menyusuri koridor. Kiara dan Vio pun ikut serta. Mereka melihat sebuah bangunan
Alina membawa Aqeela ke ruangan IGD dan melakukan pemeriksaan. Dokter dan perawat yang bertugas terkejut melihat wajah pasien yang cukup rusak parah.“Tolong periksa adikku,” ucap Alina.“Apa yang terjadi?” tanya dokter Fauzan.“Dia berkelahi dengan perampok,” jawab Alina berbohong.“Apa?” Aqeela terkejut.“Kenapa Kak Alina berbohong? Apa untuk melindungi Tante Marlina?” tanya Aqeela di dalam hati. Dia menatap Alina yang sibuk berbicara dengan dokter Fauzan.“Bagaimana ini bisa terjadi?” Dokter Fauzan segera memeriksa Aqeela.“Dia mau kembali ke asramanya.” Alina mendekati Aqeela yang sudah berbaring di tempat tidur dan memejamkan matanya.“Dia harus dirawat,” ucap dokter Fauzan.Dokter Fauzan selesai memeriksa Aqeela dan mengantarkan pasien ke kamar rawat inap VIP. Gadis itu hanya diam saja karena mulut dan pipinya sangat sakit sehingga kesulitan untuk bicara.“Aqeela, Kakak pulang dulu. Tidak apa kan kamu sendirian? Soalnya, besok Kakak ada jadwal operasi sehingga harus istirahat ag
Bramasta tahu Aqeela mengejarnya. Dia mempercepat langkah hingga tiba di depan mobil.“Om! Tunggu!” teriak Aqeela yang tidak peduli dengan gaun cantiknya. Dia tidak kesulitan berlari dengan sepatu ketsnya. Gadis itu dibuat bingung oleh tindakan Bramasta yang begitu mengejutkan.“Ada apa?” tanya Bramasta menatap pada gadis cantik dan imut di depannya.“Dia terlihat polos. Padahal bermain di dunia yang cukup berbahaya. Tidak akan ada orang yang percaya bahwa gadis ini adalah seorang hacker hebat.” Bramasta memperhatikan Aqeela dengan detail.“Dengar, Om. Tetaplah menikah dengan Kak Alina. Aku akan melakukan apa pun yang Om minta,” ucap Aqeela.“Berani sekali dia memerintahku.” Bramasta memicingkan matanya.“Hey, Om.” Aqeela melambaikan tangan di depan wajah Bramasta.“Permintaanku adalah menikah denganku,” tegas Bramasta.“Tidak bukan begitu, Om. Aku mohon. Aku masih kecil.” Aqeela mengangkat serta menempelkan jari jempol dan telunjuknya.“Aku bukan Om kamu.” Bramasta sangat kesal menden
Semua orang berdiri melihat kepada seorang gadis yang tampil cantik dan Anggun. Dia mengenakan gaun putih dengan renda di dada dan bagian paha. Rambut di sanggul dan menyisakan beberapa helai yang dibiarkan tergerai.“Apa ini gadis ini yang telah menyusup ke perusahaanku? Dia terlihat berbeda.” Bramasta tanpa sadar menatap Aqeela dengan cukup lekat. Dia melihat gadis itu dari atas hingga bawah.“Cantik dan manis.” Jordi pun ikut terpesona pada Aqeela.“Dia memiliki kecantikan yang berbeda. Imut dan menggemaskan.” Jordi tersenyum dan terus menatap Aqeela.“Apa dia putri kedua kalian?” tanya Jolia yang juga kagum pada Aqeela.“Ya.” Marlina mengangguk. Wanita itu benar-benar terkejut melihat Aqeela.“Iya. Dia putri kami.” Anggara segera merangkul Aqeela. Pria itu bisa melihat putri keduanya yang kebingungan karena ditatap semua orang.“Dia cantik sekali.” Jolie tersenyum pada Aqeela.“Putri kita benar-benar mirip kamu, Calizata. Dia sangat cantik dan manis,” ucap Anggara di dalam hati.“S
Marlina dan Anggara segera menyambut kedatangan Winarta bersama istri serta Jordi. Mereka tersenyum lebar karena akan segera menjadi keluarga.“Selamat datang di rumah kami.” Marlina memeluk Jolia.“Terima kasih sambutannya.” Jolia membalas pelukan Marlina.“Di mana Bramasta?” tanya Anggara.“Dia akan menyusul. Pria itu sangat gila bekerja,” jawab Winarta berpelukan dengan Anggara.“Selamat datang, Om, Tante dan Jordi.” Alina keluar dengan gaun yang lebih cantik dari malam sebelumnya.“Dia benar-benar cantik,” ucap Jordi memperhatikan Alina.“Di mana Bramasta?” tanya Alina di dalam hati. Dia tidak ingin terlihat agresif. Wanita itu benar-benar mampu menjaga imagenya yang baik dan Anggun.“Mari, silakan masuk.” Marlina membawa tamu masuk ke dalam rumah yang cukup mewah. “Di mana putri kedua kalian?” tanya Jolia yang juga penasaran dengan Aqeela.“Dia masih berdandan. Butik langganan kami salah mengirimkan gaun. Jadi, Aqeela masih menunggu gaunnya datang,” jelas Alina yang baru saja kel
Bramasta masih duduk di ruang kerja dan menatap layar computer. Pria itu mengalami kerugian yang cukup besar akibat ulah Aqeela. Dia masih harus membayar gadis itu agar bisa mengembalikan data dan rahasia Perusahaan yang telah ditariknya. Sang hacker muda pun menstabilkan kembali Perusahaan yang sempat goyang dan kehilangan kepercayaan Masyarakat serta rekan bisnis.“Tuan, apa Anda tidak bersiap?” tanya Beni berdiri di depan Bramasta.“Bersiap?” Bramasta menatap pada Beni.“Apa Anda lupa dengan acara makan malam kedua ini?” Beni tersenyum.“Oh. Biarkan mereka menungguku.” Bramasta tersenyum. “Apa Anda masih memikirkan kerugian yang telah dialami Perusahaan untuk pertama kalinya?” Beni menatap Bramasta dengan perasaan kacau.“Ya.” Bramasta mengangguk.“Tuan. Bagaimana Anda bisa mengembalikan semuanya dengan sangat cepat secepat kerusakan yang terjadi? Walaupun kita tetap mengalami kerugian. Aku sangat penasaran.” Beni cukup heran dengan satu hari yang sibuk yang terjadi begitu cepat. B