共有

Bab 7 Sakit dan Sesak

last update 最終更新日: 2025-05-28 20:07:13

Alina menghentikan mobil di dalam garasi. Dia dan Aqeela turun dari mobil. Mereka bersama masuk ke dalam rumah dan menghentikan langkah kaki di ruang tamu.

“Plak!” Sebuah tamparan mendarat di pipi Aqeela.

“Ma.” Alina dan Aqeela sangat terkejut.

“Aqeela. Kurang baik apalagi Alina kepada kamu? Kenapa kamu tidak mau ikut makan malam ke rumah Winarta?” tanya Marlina dengan nada tinggi.

“Apa?” Aqeela melihat pada Anggara yang duduk di sofa.

“Bukankah Tante yang melarangku untuk ikut?” tanya Aqeela.

“Aku sudah meminta kamu memanggilku Mam, tetapi kamu juga tidak mau dan bersikeras menyebutku Tante,” bentak Marlina.

“Apa kamu membenciku dan Alina?” Marlina menangis.

“Hah!” Aqeela bingung dengan sikap Marlina.

“Apa maksud, Tante?” tanya Aqeela lagi.

“Sayang, lihat putri kamu.” Marlina memeluk Anggara.

“Aqeela!” teriak Anggara mendekati Aqeela.

“Plak!” Anggara pun menampar Aqeela dengan sangat kuat hingga gadis kecil itu tersungkur di lantai. Rasa sakit pada pipi itu benar-benar menusuk hingga ke jantung dan hatinya. Dia tidak mampu menahan air mata yang menetes membasahi wajahnya. Dadanya begitu sesak.

“Kenapa kamu memanggil Marlina dengan sebutan Tante?” tanya Anggara.

“Tante sendiri yang tidak mau dipanggil mama,” jawab Aqeela.

“Plak!” Anggara kembali menampar pipi Aqeela hingga bibir merah muda itu pecah dan berdarah. Cairan merah menetes pada lantai keramik yang putih bersih.

“Kenapa kamu menjadi liar Aqeela? Alina telah membelikan gaun dan meminta kamu untuk ikut ke acara makan malam keluarga. Kenapa kamu menolak?” tanya Anggara dengan nada tinggi.

“Pa, jangan marahi Aqeela lagi.” Alina memeluk Aqeela yang masih tersungkur di lantai. Gadis kecil itu tidak sanggup lagi mengangkat kepala dan tubuhnya. Dia mengalami luka fisik dan mental.

“Ayo Kakak antar ke kamar,” ucap Alina lembut dan membantu adiknya beranjak dari lantai. Aqeela hanya terdiam dalam bingungnya.

“Dua malam ini kamu tetap di rumah dan tidak boleh keluar,” tegas Anggara.

“Ayo, Aqeela.” Alina membawa Aqeela ke kamar.

“Lihatlah, Sayang. Alina begitu peduli kepada Aqeela, tetapi anak itu tidak tahu terima kasih,” ucap Marlina.

“Ya.” Anggara duduk di sofa. Dia melihat tangan yang telah menampar putinya sendiri. Anak dari wanita yang dicintainya.

“Maafkan aku Calizta,” ucap Anggara di dalam hati.

Alina duduk bersama Aqeela di sofa. Dokter muda itu mengambil es batu dan memberikan kepada adiknya.

“Maafkan papa dan mama.” Alina menatap pipi Aqeela yang merah. Dia memeriksa bibir sang adik yang pecah.

“Kakak ambilkan obat dulu.” Alina baru saja akan beranjak dari sofa, tetapi tangannya ditahan Aqeela.

“Tidak usah, Kak. Ini hanya luka kecil dan akan segera sembuh,” ucap Aqeela.

“Kenapa aku merasa semuanya aneh?” tanya Aqeela.

“Apa yang aneh? Apa Kakak dan mama serta papa melakukan kesalahan kepada kamu?” Alina balik bertanya.

“Bukankah terakhir Tante tidak inginkan aku ikut dan tidak pernah memintaku memanggilnya mama,” jelas Aqeela.

“Benarkah? Kakak tidak ingat.” Alina tersenyum.

“Tenangkan diri kamu dan tetaplah berada di rumah. Ganti pakain dan tidur. Kakak ambilkan obat dulu.” Alina mengusap kepala Aqeela. Dia keluar dari kamar adiknya dan kembali dengan obat.

“Ini untuk oles dan minum.” Alina meletakkan obat di atas meja.

“Cepat sembuh ya.” Alina mencium kepala Aqeela.

“Teirma kasih, Kak.” Aqeela menatap Alina.

“Kakak keluar ya.” Alina meninggalkan Aqeela dengan tidak lupa menutup pintu.

Aqeela bersiap untuk mandi. Dia beranjak dari sofa dan dikejutkan oleh kehadiran Marlina. Wanita itu masuk tanpa mengetuk pintu.

“Dengar, Aqeela. Kamu hanyalah parasite di rumah ini!” Marlina mencengkram pipi Aqeela.

“Ibumu menjadi selingkuhan. Jadi, kamu harus sadar diri,” tegas Marlina.

“Ikuti semua aturan yang telah aku berikan. Dua hari ini tetap di rumah dan jangan melakukan apa pun yang membuat malu hingga merugikan keluarga Anggara,” jelas Marlina.

“Aku tidak mau pernikahan Alina batal hanya gara-gara kamu,” tegas Marlina. Wanita itu mendorong tubuh Aqeela hingga jatuh ke sofa.

“Kamu adalah anak pembawa sial bahkan ibu kamu mati setelah melahirkan kamu,” ucap Marlina keluar dari kamar Aqeela dengan membanting pintu.

“Apa?” Aqeela melihat Marlina yang telah pergi.

“Kalian yang mengusirku dari rumah ini, tetapi kalian juga yang memintaku untuk kembali.” Aqeela menghela napas dengan berat.

“Aku parasite. Hahaha.” Aqeela masuk ke dalam kamar mandi. Dia melepaskan semua kain yang melekat di tubuhnya. Menyalakan air dari shower dan membasahi diri dalam sedih.

“Ya. Aku adalah anak pembawa sial. Aku tidak pernah minta untuk dilahirkan dari seorang selingkuah. Arrrghh!” Aqeela berteriak di kamar mandi.

“Aku bahkan benci dengan takdir ini. Hiks.” Aqeela menangis. Dia meringkuk di atas lantai di bawah guyuran air shower.

“Aku tidak diizinkan melihat wajah ibuku. Aku bahkan tidak menemukan apa pun tentangnya. Sehina apakan aku dan ibu? Hahaha.” Aqeela tertawa dalam tangis. Air mata terus membasahi wajahnya bercampur dengan air yang jatuh dari shower.

Aqeela menyelesaikan mandi dan berganti pakaian. Dia mengenakan piyama tidur pendek. Mengeringkan rambut dan duduk menghadap cermin. Gadis muda itu memberikan perawatan pada wajah dan tubuhnya.

“Sedikit bengkak.” Aqeela tersenyum menatap wajah yang berantakan. Dia terlalu lama menangis dan ada luka pada bibir. Pipi pun sedikit membiru bekas tamparan Anggara dan Marlina.

“Bahkan papa ku tidak melindungiku. Dia memberikan luka di wajah dan hatiku.” Aqeela menyentuh pipi dan dadanya.

“Rasanya sakit dan sesak.” Air mata Aqeela kembali menetes tanpa aba-aba.

“Aku harus bertahan hingga lelah dan menyerah.” Aqeela menghapus air matanya. Dia beranjak dari kursi dan bersiap untuk tidur.

Aqeela menutup pintu kamarnya. Dia ingin tidur dengan tenang. Mengistirahatkan diri yang lelah dari segala masalah yang dihadapinya.

“Aku bahkan tidak bisa mengunci pintu kamar ini.” Aqeela mematikan lampu dan merebahkan tubuh di atas kasur yang empuk.

“Aqeela.” Anggara mengetuk pintu kamar Aqeela.

“Tidak dikunci.” Anggara membuka pintu dan melihat ruangan yang remang-remang. Dia mendekati tempat tidur Aqeela.

“Aqeela, apa kamu sudah tidur?” Anggara mengusap kepala Aqeela. Dia menyentuh pipi putrinya.

“Maafkan Papa, Sayang.” Suara Anggara terdengar bergetar.

“Kamu harus menuruti mama Marlina,” ucap Anggara mencium kepala Aqeela.

“Selamat malam, Aqeela sayang.” Anggara keluar dari kamar Aqeela. Dia tidak tahu bahwa bibir gadis itu terluka dan pecah.

“Hiks!” Aqeela membuka mata yang telah mengalirkan butiran bening.

“Pa.” Aqeela menangis hingga sesegukan. Hatinya begitu kacau. Dia bahkan tidak mengerti dengan takdir yang sedang dijalaninya.

“Apa yang harus aku lakukan?” tanya Aqeela pada hati yang begitu sesak.

“Untuk apa aku dilahirkan? Kenapa tidak mati saja bersama mama? Kenapa aku tidak digugurkan saja agar tidak merasakan kejamnya dunia ini.” Aqeela tersenyum tipis.

Fit Tree Fitri

Terima kasih. Semoga suka.

| 51
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (2)
goodnovel comment avatar
Fit Tree Fitri
Betul-betul ...️
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Jahat banget Papa Anggara terhadap Aqeela... Yang sabar ya Aqeela kebusukan Mama Tiri & Kakak Tiri mu suatu saat pasti akan terbongkar. Pingin tau reaksi Papa Anggara pas kebusukan mereka terbongkar!!!!.
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 210 TAMAT

    Empat orang yang tenggelam dalam cinta melakukan aktivitas laut bersama. Mereka berenang, diving, snorkling dan menyelam. Berkeliling pulang dengan kapal pribadi milik Calizta. Liburan yang benar-benar menyenangkan. Doble date yang menjadi hadiah pertemuan tiga orang ayah, ibu dan anak.“Ayo pulang ke rumah kita,” ucap Anggara.“Apa kita punya rumah?” tanya Calizta.“Tentu saja, Sayang. Aku sudah membeli rumah baru dengan aset milik pribadiku.” Anggara tersenyum.“Ini surat ceraiku.” Anggara mengambil ponsel dan memperlihatkan file akta cerainya dengan Marlina. “Walaupun kalian sudah bercerai. Marlina akan dengan senang hati menggangguku,” tegas Calizta.“Anda tidak perlu khawatir. Marlina tidak akan berani. Aku yang akan melindungi Anda dan Aqeela,” ucap Bramasta meyakinkan Calizta.“Kamu harus tahu, Sayang. Bramasta bukan orang sembarangan.” Anggara menyentuh pipi Calizta. “Ah! Sial. Untungnya aku juga punya pasangan.” Bramasta merakul Aqeela.“Benar, Ma. Aku dan suamiku akan mel

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 209 Kebahagian Sempurna

    Aqeela yang mengetahui Anggara pergi ke kamar Coriana pun mengintip dari ruangannya. Gadis itu terlihat sangat penasaran.“Apa yang kamu lakukan, Sayang? Bagaimana kelanjutan ini?” tanya Bramasta. “Aku melihat papa masuk ke kamar mama,” jawab Aqeela dengan polos. “Kira-kira mereka bicara apa ya? Apa sama denganku?” Aqeela menoleh pada Bramasta dan pria itu sudah berada di belakangnya. “Bagaimana jika kita lihat lebih dekat?” tanya Bramasta yang yakin bahwa Anggara akan menyerang Coriana dengan ganas karena dia juga seorang pria yang akan kelaparan ketika bertemu dengan mangsa berharga. Apalagi wanita itu adalah orang yang sangat dicintai dan dirindukan.“Ayo,” ajak Aqeela. “Sayang, tidak boleh berisik supaya tidak menganggu mereka. Kita harus diam-diam,” bisik Bramasta.“Mmm.” Aqeela mengangguk.“Bagus. Setelah melihat mereka bermesraan. Kamu juga pasti menginginkannya,” gumam Bramasta.“Shhh!” Aqeela membuka pintu utama dengan hati-hati.“Tidak dikunci,” ucap Aqeela. “Tentu saja,

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 208 Rindu yang Membara

    Ketika Anggara dan Coriana masih berpelukan. Aqeela dan Bramasta meminta para koki segera menyajikan makan serta minuman untuk mereka berempat.“Papa pasti sangat lapar setelah perjalanan panjang,” ucap Aqeela.“Aku rasa papa kamu juga tidak makan apa pun karena terus memikirkan mama kamu.” Bramasta tersenyum.“Sampai kapan Papa dan Mama akan berpelukan? Aku sudah lapar.” Aqeela mendekat dengan tangan tetap berpegangan dengan Bramasta.“Aqeela,” ucap Anggara dan Coriana bersama. Pria itu segera melepas pelukannya.“Kemari Aqeela.” Anggara menarik tangan Aqeela dan Bramasta segera melepaskan tangannya.“Kita berkumpul bertiga.” Anggara memeluk Coriana bersama dengan Aqeela. “Anak dan istriku. Dua orang yang sangat aku rindukan dan cintai,” ucap Anggara.Pria itu sudah mempersiapkan diri selama perjalanan ketika bertemu dengan Coriana. Walaupun dia masih terkejut dan tidak percaya. Seseorang yang berarti dan hilang entah kemana. Kini kembali padanya dengan wajah yang sama. Wanita itu te

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 207 Pertemuan

    Bramasta mengalah dengan tidak mengganggu kebersamaan Aqeela dan Coriana. Pria itu hanya memperhatikan dari jauh. Sesekali dia melihat jam berharap Anggara segera datang menjemput istrinya yang tidak lain ibu mertua.Aqeela dan Coriana menghabiskan waktu dengan berceria masa-masa mereka ketika berpisah. Tangis haru, sedih dan bahagia menjadi satu. Tidak terasa waktu berlalu hingga tiba waktu makan siang.“Sayang, matahari sudah tinggi,” ucap Bramasta mendekati Aqeela dan Coriana. Dia tidak ingin sang istri terlambat makan siang.“Ma, ayo kita makan siang,” ajak Aqeela tersenyum.“Iya, Sayang. Bramasta sangat perhatian,” ucap Coriana mengikuti Aqeela dengan bergandengan mendekati Bramasta.“Dia bukan hanya perhatian, Ma. Suamiku sangat melindungi dan menjagaku.” Aqeela berpindah menggandeng Bramasta. Wanita muda itu seakan sadar diri bahwa sang suami sendirian sepanjang hari karena dirinya bersama mamanya.“Tentu saja, Sayang. Aku hanya mencintai dan menyayangi kamu.” Bramasta sangat ba

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 206 Ibu dan Anak

    Tiga orang selesai sarapan. Bramasta hanya dalam hituang jumlah saja. Pria itu seakan sendirian diantara dua wanita yang baru saja bertemu setelah belasan tahun berpisah.“Ma, apa rencana Mama hari ini?” tanya Aqeela memeluk lengan Coriana.“Mama tidak tahu, Sayang. Setelah bertemu dengan kamu. Pikiran Mama menjadi kosong. Rasanya masih tidak percaya bahwa di depan mata ini ada seorang gadis cantik jelita yang tidak lain. Putriku sendiri.” Coriana mengusap pipi Aqeela.“Aku juga Ma. Aku benar-benar bahagia karena dipertemukan dengan Mama. Di saat yang luar biasa.” Aqeela seakan tidak ingin melepaskan pelukannya begitu juga dengan Coriana.“Sayang, kamu belum memperkenalkan suami kamu,” ucap Coriana melihat Bramasta yang memperhatikan mereka.“Ohya, Ma. Perkenalkan suami aku tercinta. Namanya Bramasta. Dia lebih tua dua puluh tahun dari ku. Hahaha, tetapi aku suka.” Aqeela melihat pada Bramasta yang cemberut.“Apa kamu harus menyebutkan perbedaan usia kita?” tanya Bramasta.“Tidak masal

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 205 Calizta atau Coriana

    Pemilik Resort bernama Coriana sesuai dengan nama Resort. Dia menikmati matahari terbit seorang diri. “Hangatnya.” Coriana memejamkan mata merasakan sinar dari matahari pagi. “Sayang, jangan lari-lari!” Teriakan Bramasta membuat Coriana membuka mata dan dia melihat Calizta berlari tepat di sampingnya karena jembatan villa mereka memang berdekatan.“Aqeela. Hati-hati jatuh. Aku akan menghukum kamu,” teriak Bramasta.“Apa? Aqeela.” Coriana segera berdiri dan memutar tubuh melihat kea rah Aqeela yang berlari semakin dekat padanya.“Aqeela.” Air mata Coriana tiba-tiba menetes. Senyuman dan tawa Aqeela yang ceria benar-benar mirip dengan dirinya ketika masih remaja. Begitu bersemangat dan selalu bahagia. Dia menjadi pendiam sejak menyendiri.“Aqeela. Apa dia putriku.” Kaki Coriana melangkah tanpa sadar. Dia ingin mengejar Aqeela. “Byurr!” Tubuh Coriana jatuh ke dalam air laut. “Hah!” Aqeela Coriana kesulitan berenang. Wanita itu benar-benar tidak siap. “Aqeela. Tidak!” Bramasta tahu ap

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status