Share

Bab 6 Kesalahan Aqeela

last update Last Updated: 2025-05-28 16:00:47

Alina sangat kesal karena dia hanya bisa melihat wajah Bramasta sebentar saja. Mereka bahkan tidak bertegur sapa sama sekali. Padahal pria itu adalah calon suaminya.

“Sial!” Alina duduk di tepi kasur. Dia menghamburkan bantal dan guling.

“Ada apa, Alina?” Marlina dan Anggara masuk ke kamar putrinya.

“Semua ini karena Aqeela,” bentak Alina dengan air mata yang telah membasahi wajahnya.

“Benar. Anggara. Putri kedua kamu itu benar-benar membuat malu keluarga kita,” ucap Marlina memeluk Alina.

“Alina sudah membujuknya untuk ikut hingga membelikan gaun mahal, tetapi dia menolak. Sekarang Bramasta marah dan kita harus mengundur lagi acara pernikahan mereka,” jelas Marlina dengan marah.

“Aku akan memberikan pelajaran padanya,” ucap Anggara.

“Tidak usah, Pa. Minta saja untuk Aqeela pulang di makan malam selanjutnya.” Suara Alina terdengar lembut.

“Kamu sangat baik dan lembut, Sayang.” Anggara mengusap pipi dan kepala Alina.

“Papa akan bicara dengan Aqeela.” Anggara keluar dari kamar Alina.

“Ma, kenapa Bramasta harus menunggu keluarga lengkap? Padahal Aqeela tidak ada artinya dalam keluarga kita.” Alina menatap Marlina.

“Seharusnya nama Aqeela tidak masuk dalam daftar keluarga Anggara.” Marlina mengepalkan tangannya.

“Lalu, kenapa Mama memasukan nama Aqeela?” tanya Alina.

“Itu adalah syarat agar Calizta bisa pergi dari kehidupan papa kamu,” jawab Marlina.

“Jadi, papa kamu hanya bertanggung jawab atas kehidupan Aqeela,” jelas Marlina.

“Sekarang dia tinggal di asrama. Uang jatahnya masuk ke rekening Mama. Itu cukup menguntungkan.” Marlina tersenyum.

“Apa Aqeela tidak mendapatkan uang dari papa?” tanya Alina.

“Dapat, tetapi Mama hanya berikan setengahnya.” Marlina tersenyum lebar.

“Aqeela hanyalah anak dari seorang pelakor. Dia tidak pantas mendapatkan kemewahan dari keluarga kita yang terhormat ini.” Marlina menyentuh pipi Alina.

“Aku akan tetap menjadi kakak yang baik untuk Aqeela, Ma.” Alina tersenyum.

“Kamu memang baik, Sayang. Sekarang, Mama mau kembali ke kamar untuk melihat papa kamu yang akan memarahi Aqeela.” Marlina tersenyum lebar dan mencium dahi Alina.

“Tenangkan dirimu. Bramasta pasti akan menjadi milik kamu selamanya. Tidak akan ada wanita lain.” Marlina menepuk pundak Alina dan keluar dari kamar putrinya.

“Tentu saja, Ma.” Alina merebahkan tubuhnya ke kasur.

“Bramasta, kamu berlebihan. Hanya karena kekurangan satu orang membatalkan makan malam keluarga kita.” Alina tersenyum.

“Di mana Aqeela?” Alina memeriksa ponsel dan melihat pesan dari Aqeela.

“Dia sudah di asrama kampus.” Alina tersenyum tipis.

Anggara terlihat gelisah. Dia terus menghubungi Aqeela, tetapi tidak ada jawaban. Gadis muda itu mematikan suara panggilan dari ponselnya.

“Bagaimana, Sayang?” tanya Marlina duduk di sofa.

“Aqeela tidak menerima panggilan dariku. Apa dia sengaja melakukan ini?” Anggara terlihat kesal.

“Sayang, Aqeela pasti menurun sifat ibunya yang pembangkang. Tidak seperti Alina yang penurut sehingga menjadi dokter bedah terkenal.” Marlina memperhatikan Anggara yang hanya diam saja. Pria itu tidak pernah ingin berbicara buruk tentang Calizta dan Aqeela.

“Pa.” Alina mengetuk pintu kamar orang tuanya. Wanita itu sudah berganti pakaian dengan celana hitam panjang dan kemeja putih.

“Alina, ada apa?” tanya Anggara lembut.

“Aku akan mencari Aqeela dan mengajaknya pulang,” ucap Alina.

“Tidak usah, Sayang. Dia akan pulang sendiri,” tegas Anggara.

“Tidak apa, Pa. Aku akan memintanya untuk tidur di rumah agar malam besok bisa ikut menyambut kedatangan keluarga Bramasta,” jelas Alina.

“Alina, kamu adalah kakak yang sangat perhatian dan baik.” Marlina memeluk Alina.

“Mama kamu benar, Alina. Terima kasih sudah menjaga Aqeela. Walaupun kalian memiliki ibu yang berbeda.” Anggara mendekati Alina.

“Dia tetap adikku, Pa. Kami mempunyai papa yang sama.” Alina tersenyum cantik.

“Kamu mau menjemput Aqeela di mana?” tanya Anggara.

“Dia di asrama kampus.” Alina memperlihatkan pesan Aqeela di ponselnya.

“Baiklah. Kamu hati-hati, Sayang.” Anggara mencium dahi Alina.

“Tentu saja, Pa.” Alina tersenyum.

Alina mengendarai mobil putihnya menuju asrama Aqeela. Wanita cantik itu menghentikan kendaraan di tempat parkir. Dia menaiki tangga dan berdiri di depan pintu.

“Aqeela.” Alina mengetuk pintu kamar Aqeela.

“Kak Alina.” Aqeela segera mematikan computer. Dia merapikan kamar dan membuka pintu.

“Kenapa Kak Alina kemari?” Aqeela menatap Alina.

“Aqeela.” Alina menangis dan memeluk Aqeela.

“Ada apa, Kak?” Aqeela bingung.

“Ayo masuk.” Aqeela membawa Alina masuk ke dalam ruangan yang sederhana, tetapi cukup luas karena lengkap dengan ruang tamu.

“Duduklah. Apa yang terjadi?” tanya Aqeela memberikan tisu kepada Alina.

“Aqeela. Bramasta marah sehingga rencana pernikahan pun gagal,” jelas Alina sesegukan.

“Kenapa gagal?” Aqeela menatap Alina.

“Itu karena….” Alina menghentikan kalimatnya dan menangis.

“Kenapa, Kak?” Aqeela memeluk Alina.

“Bramasta marah karena kamu tidak datang,” ucap Alina.

“Apa? Apa hubungan denganku? Dia akan menikah dengan Kak Alina dan bukan aku,” jelas Aqeela.

“Itu karena kamu adalah bagian dari keluarga papa Anggara sehingga ketidakhadiran kamu membuat semuanya berantakan.” Alina menatap Aqeela.

“Hah!” Aqeela benar-benar bingung. Dia sadar benar bahwa dirinya tidak dianggap di keluarga sang papa.

“Ingat Aqeela. Nama kamu tercatat di dalam kartu keluarga kita,” ucap Alina.

“Maafkan aku, Kak. Aku sudah membuat Kakak sedih hingga menangis.” Aqeela benar-benar merasa bersalah.

“Tidak apa. Masih ada kesempatan kedua. Mereka akan datang ke rumah kita. Jadi, kamu harus hadir di makan malam besok.” Alina tersenyum. Dia memegang tangan Aqeela.

“Ya. Aku akan datang.” Aqeela mengangguk.

“Terima kasih, Aqeela. Sekarang, kamu harus pulang ke rumah bersama Kakak.” Alina menatap Aqeela.

“Aku pulang besok saja, Kak. Ketika makan malam,” ucap Aqeela.

“Kakak mohon.” Alina menatap Aqeela dengan memelas.

“Baiklah.” Aqeela mengangguk. Dia tidak bisa menolak permintaan Alina.

“Terima kasih.” Alina memeluk Aqeela.

“Motor kamu tinggal di sini saja. Kita pulang dengan mobil aku,” ucap Alina.

“Tapi, Kak….” Aqeela bingung.

“Tidak apa. Ayo.” Alina menarik tangan.

“Tunggu, Kak. Aku akan berkemas.” Aqeela tidak pernah meninggalkan ponsel dan komputernya. Dua benda itu sangat berharga untuk urusan pekerjaan dan kuliah.

Aqeela mengunci pintu. Dia meninggalkan motornya di asrama dan ikut pulang bersama Alina.

“Ayo.” Alina menggandeng tangan Aqeela dan berjalan bersama menuju mobilnya.

“Silakan masuk.” Alina membuka pintu untuk Aqeela.

“Terima kasih, Kak. Aku bisa sendiri.” Aqeela tersenyum. Dia benar-benar bahagia dengan perlakukan Alina yang baik dan lembut.

“Kamu adalah adik kesayanganku.” Alina menutup pintu dengan hati-hati. Dia mengitari mobil dan duduk di balik kemudi.

“Jangan lupa gunakan sabuk pengaman,” ucap Alina.

“Ya.” Aqeela terus tersenyum. Dia memasak sabuk pengaman dan duduk dengan tenang.

“Kita berangkat.” Alina mengendarai mobil dengan kecepatan standar menuju rumah mereka. Membelah jalanan kota yang masih ramai oleh kendaraan yang lalu Lalang.

Fit Tree Fitri

Terima kasih. Semoga suka.

| 35
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fit Tree Fitri
Betul-betul. Terima kasih ...️
goodnovel comment avatar
Hj Mia Mubin
alina licik kasian Aqila ygpolos walau cerdas
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 159 Menuju Lokasi Pesta

    Para tamu undangan telah berkumpul di halaman hotel. Pesta diadakan di ruangan hingga depan. Indoor dan outdoor. Nuansa indah serta harum dengan hiasan dan dekorasi dari mawar asli.“Beginilah pesta sesungguhnya. Seorang Bramasta rela menghabiskan uang hingga triliunan untuk merayakan pernikahannya. Benar-benar penuh cinta untuk sang istri.”Pujian terus terucap dari tamu undangan yang kagum. Mereka tahu benar harga bunga asli sangat mahal. Belum lagi makan dan minuman mewah serta souvenir untuk pada tamu undangan.“Ini adalah pesta yang paling megah, mewah, indah, dan mahal.” Mereka terkagum-kagum melihat dekorasi mahal milik Bramasta dan Aqeela.“Seharusnya pesta mewah ini milik kamu, Alina.” Marlina telah berada di dalam ruangan. Dia dan Alina diundang sebagai keluarga dari Aqeela.“Iya, Ma. Ini adalah pernikahan impianku. Dekorasi bertabur bunga mawar. Kenapa hal semacam ini pun direbut Aqeela.” Alina meremas tangannya. Wanita itu tampil cantik dengan gaun putih panjang dan mewah.

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   BAb 158 Bercinta

    WARNING 21+++Bramasta telah berada di atas Aqeela. Dia tidak peduli dengan istri yang sedang tidur. Ciuman dari leher dan terus ke dada. Jarinya menarik tali gaun malam yang seksi.“Om, besok aku harus bangun pagi.” Aqeela menahan tangan Bramasta dengan mata terpejam.“Aku tahu kamu pasti bisa. Malam juga belum terlalu larut.” Bramasta melahap putting merah muda yang menggoda.“Aaaahh!” Aqeela segera membuka mata dan melihat kepala suaminya sudah bergerak penuh semangat.“Om Bram. Bukankah Om tidak akan tidur di sini?” tanya Aqeela.“Aku tidak bisa tidur lagi tanpa kamu, Aqeela.’” Bramasta melahap bibir Aqeela.“Mmm.” Aqeela tidak bisa menolak ciuman Bramasta. Dia membalas dengan lembut dan mesra.“Aku mau. Apa boleh?” tanya Bramasta menatap Aqeela. Wajah putih dan bersih bisa terlihat di ruangan yang remang.“Pelan-pelan dan sebentar saja,” ucap Aqeela.“Ya.” Bramasta kembali memakan bibir Aqeela.Tidak ada yang namanya pelan. Gairah penuh cinta benar-benar membangkitkan hormon liar

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 157 Kamar Pengantin

    Aqeela masuk ke kamar dan mengambil ponsel yang ada di atas meja. Dia duduk di sofa dan melihat pesan serta panggilan dari Bramasta. Gadis itu segera menghubungi Bramasta. “Aqeela, apa fungus ponsel kamu?” Bramasta langsung memberikan pertanyaan ketika sang istri terhubung dengannya.“Maaf, aku jarang membawa ponsel ketika tidak sedang bekerja,” jawab Aqeela. “Aqeela, sekarang kamu punya suami. Pria yang ingin selalu mendengar suara dan melihat wajah kamu setiap waktu,” tegas Bramasta.“Apa harus seperti itu?” tanya Aqeela dengan polosnya.“Oh God. Padahal dia wanita dewasa. Apa gadis ini tidak mengerti rasa cinta, suka dan rindu?” Bramasta sangat ingin mengigit bibir Aqeela yang bertanya dengan mudahnya. Gadis itu benar-benar tidap mengerti tentang sebuah hubungan dari pasangan yang saling mencintai.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Bramasta.“Aku hanya berbicara dengan papa,” jawab Aqeela.“Baiklah. Aku hanya mau memastikan kamu baik-baik saja.” Bramasta memperhatikan Aqeela dari lay

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 156 Terlihat Polos

    Anggara melihat dua putrinya masuk bersama dan diikuti seorang wanita asing masuk ke dalam ruangannya. Pria itu memperhatikan dalam kebingungan.“Alina dan siapa kamu?” tanya Anggara.“Saya, Blade. Pengawal pribadi Nyonya Aqeela,” jawab Blade.“Hahaha. Bramasta benar-benar melindungi Aqeela.” Anggara tersenyum. Dia yakin dan percaya bahwa wanita itu adalah anak buah Bramasta.“Alina, apa yang membuat kamu datang ke perusahaan Papa?” Anggara menarik tangan Aqeela dari Alina. Menjauhkan putri keduannya dari anak pertama.“Pa. Aku rindu Aqeela,” ucap Alina.“Ibu jahat akan melahirkan anak yang kejam,” tegas Anggara.“Pa, aku juga putri Papa.” Alina bersimpuh di kaki Anggara.“Aku tahu. Putri yang lahir dari perempuan kejam yang penuh dengan siasat dan pemikiran licik,” ucap Anggara.“Kembalilah ke Marlina. Kamu sudah mendapatkan segalanya. Ayo Aqeela.” Anggara membawa Aqeela keluar dari ruang kerj dan Blade mengikuti dari belakang.“Pa!” teriak Alina yang ditinggal sendirian.“Aqeela, ban

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 155 Pengawal Pribadi

    Aqeela merasa setiap ucapan Alina menyiratkan makna yang cukup menyakitkan. Dia telah merebut Anggara dari kakaknya. Apalagi gadis itu juga menjadi pengantin Bramasta yang awalnya akan menikah dengan Alina.“Aqeela. Sekarang kamu pasti sudah sangat bahagia. Kamu mendapatkan kasih sayang dan cinta dari papa serta memiliki suami yang seorang Bramasta Winarta. Pria yang sangat aku dan banyak wanita dambakan. Kamu sangat beruntung, Aqeela.” Alina memegang pipi Aqeela. Wanita itu menangis. Wajahnya terus basah karena air mata dengan bibir yang mengukir senyuman.“Maafkan aku, Kak.” Aqeela menghapus air mata Alina dengan lembut.“Kenapa minta maaf? Kamu tidak salah. Bramasta sendiri yang memilih kamu. Walaupun awalnya Kakak benar-benar sedih hingga terpukul. Berpikir kamu yang merayu Bramasta,” ucap Alina. “Sekarang, Kakak benar-benar ikut bahagia hingga menangis seperti ini. Maaf, Kakak terlalu senang.” Alina mengambil tisu dan mengusap pipinya sendiri.“Kakak akan menyempurnakan kebahagia

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 154 Ke Kantor Papa

    Bramasta yang telah rapi pergi ke kamar Aqeela untuk mengajak sarapan. Pria itu membuka pintu yang tak lagi terkunci. Dia melihat sang istri masih meringuk di atas kasur.“Sayang, apa kamu masih tidur?” Bramasta mencium pipi Aqeela.“Om.” Aqeela sudah mandi. Dia benar-benar malas sehingga kembali lagi rebahan di kasur.“Apa kamu sakit?” Bramasta menyentuh dahi Aqeela.“Tidak. Aku hanya mau malas-malasan saja,” ucap Aqeela.“Berselimut dengan suhu ruangan berada pada titik terendah.” Bramasta memperhatikan Aqeela.“Biar sejuk.” Aqeela tersenyum. Dia kembali memejamkan mata dan memeluk gulingnya.“Aqeela, apa kamu lupa besok kita akan merayakan pesta penikahan kita?” tanya Bramasta dengan berbisik.“Baru besok. Bukan hari ini,” ucap Aqeela.“Hari ini kamu akan pulang ke rumah papa Anggara.” Bramasta mencium telinga Aqeela.“Benar.” Aqeela dengan cepat duduk.“Aaah.” Hidung mancung Bramasta terjedot kepala Aqeela.“Maaf. Apa sakit?” Aqeela memeriksa hidung Bramasta yang merah.“Merah.” Aq

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status