Share

Menjadi Pasangan

Raya langsung menarik lengan lelaki itu yang terentang. Membuat lelaki itu terhuyung ke belakang. Karena posisi Raya berada di belakang lelaki itu, otomatis ketika lelaki itu terjatuh ke belakang, badannya menimpa Raya. Alhasil keduanya jatuh dengan posisi lelaki itu berada di atas tubuh Raya.

Tatapan Raya memaku pada wajah lelaki yang berada di atasnya. Lelaki itu terlihat tampan meski dalam keadaan gelap seperti ini. Tatapan tajam lelaki itu membuat Raya tak mampu untuk sekedar mengalihkan pandangan barang sedetik saja. Bahkan aroma tubuhnya yang maskulin begitu memanjakan indra penciuman Raya. Raya mengerjap pelan seperti tersadar ke alam sadarnya. Ia segera mendorong lelaki itu dengan kasar. Membuat lelaki itu terguling ke samping.

Raya segera bangkit dari posisinya. Gadis itu menepuk pelan pantatnya yang kotor. Ia menatap geram lelaki yang kini tengah duduk dengan posisi kaki di tekuk. Mata lelaki itu menatap kosong ke sungai yang ada di depannya. Raya yang niatnya ingin marah menjadi mengurungkan niatnya saat melihat tatapan lelaki itu yang seperti tidak memiliki gairah hidup.

Raya mengamati penampilan lelaki itu dari atas sampai bawah. Lelaki itu sepertinya bukan lelaki biasa. Pakaian yang dikenakan merupakan barang branded semua. Raya bisa menjamin kalau lelaki itu berasal dari kalangan atas.

Raya berdehem sebentar. “Apa otakmu sudah hilang? Kenapa kau ingin bunuh diri?” tanyanya berusaha mengontrol suaranya agar tetap tenang walau dalam hatinya, ia khawatir.

Bagaimana tidak khawatir? Ia melihat orang yang hendak bunuh diri di depan matanya. Meskipun ia tidak kenal, namun sebagai manusia ia merasa khawatir kalau sampai hal itu terjadi. Untung saja ia dengan cepat menarik lelaki itu. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi.

Lelaki itu mengalihkan pandangannya menatap Raya. Matanya tampak menyipit saat melihat wajah Raya. Gadis itu terlihat begitu menawan dengan dress yang ia kenakan. Membuat lelaki itu terpaku akan kecantikan Raya. Namun tak berlangsung lama, karena setelahnya lelaki itu kembali mengalihkan pandangannya ke sungai. Menatap hampa aliran air yang mengalir tenang di depan sana.

“Aku benci dengan diriku sendiri,” ujarnya di akhiri dengan helaan nafas berat. Seolah ada beban yang harus lelaki itu pikul.

Raya mengernyit bingung mendengar itu. Kemudian ia memilih untuk ikut duduk di sebelah lelaki itu. “Seharusnya kau mencintai dirimu sendiri, bukannya malah membenci. Kalau bukan kau yang mencintai dirimu sendiri, lalu siapa lagi?”

Lelaki itu terdiam cukup lama. Sepertinya tengah meresapi kalimat yang diucapkan oleh gadis di sampingnya itu. “Karena sikapku, aku kehilangan gadis yang aku cintai,” curhatnya.

Raya menganggukkan kepalanya. Ia sepertinya mengerti apa yang membuat lelaki itu terlihat frustrasi. Rupanya karena kehilangan seorang gadis? Ah, benarkan dugaan Raya. Memiliki pasangan adalah hal yang merepotkan.

Lihatlah lelaki ini, terlihat gagah, tampan, bahkan kaya. Tapi menjadi rapuh hanya karena seorang gadis. Malah berniat ingin bunuh diri. Bukankah itu tindakan yang gegabah dan tentunya bodoh?

“Apa susahnya mencari gadis lain? Kau tidak terlihat buruk juga,” ujar Raya dengan tatapan menilai.

Lelaki itu langsung mengalihkan tatapannya. Menatap datar ke arah Raya. Membuat Raya mengerjapkan matanya beberapa kali. Apa ia salah bicara?

“Kau tidak akan mengerti,” ujarnya lesu.

Raya tidak lagi membalas ucapan lelaki itu. Ia melirik jam yang melingkar di tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Pesta ulang tahun Scarlett akan di mulai 15 menit lagi. Raya pun bangkit dari duduknya.

“Sepertinya aku harus pergi,” pamitnya.

Lelaki itu mendongak, kemudian ikut berdiri. Membuat Raya terlihat seperti kurcaci karena tingginya hanya sebatas dada lelaki itu.

Kemudian lelaki itu mengulurkan tangannya ke arah Raya. “Namaku Edard. Bolehkah aku ikut denganmu?”

***

Tidak pernah Raya bayangkan kalau pada akhirnya ia akan bergandengan tangan dengan lelaki lain selain Davin. Bagaimana tidak? Lelaki yang bernama Edard itu malah meminta ikut dengannya. Yang tentu saja Raya setujui karena ia memang sedang butuh lelaki untuk menjadi pasangannya malam ini. Bukankah ini menguntungkan baginya? Tidak perlu mencari tapi datang sendiri.

Raya melempar senyumannya ketika Scarlett datang menghampirinya. “Raya! Siapa yang kau bawa ini?” tanya Scarlett dengan antusias.

Scarlett adalah salah satu gadis pencinta lelaki tampan. Jadi ketika ia melihat Edard dari kejauhan, gadis itu langsung terpesona dan datang menghampirinya.

“Tentu saja dia pasanganku,” jawab Raya dengan bangga.

Setidaknya ia tidak malu menjadikan Edard sebagai pasangan sewaannya karena lelaki itu terlihat tampan dan berkelas. Ia yakin, teman-temannya pasti banyak yang iri padanya.

Scarlett mencebikkan bibirnya. “Pasangan satu malam, ya? Setelah ini, bolehkan kalau dia menjadi pasanganku?” ujar Scarlett sembari mengedipkan sebelah matanya ke arah Edard.

Namun Edard tetap saja bungkam. Ekspresi lelaki itu tetap datar dan dingin. Membuat Scarlett salah tingkah sendiri. Kemudian gadis itu mendekatkan kepalanya ke telinga Raya.

“Apa kau membawa patung hidup? Kenapa dia tidak memiliki ekspresi?” bisiknya membuat Raya menahan tawanya.

“Iya, aku membawa manekin,” ujar Raya diiringi tawa kecil.

Entahlah, ia merasa puas saja melihat Scarlett yang tidak di respon oleh Edard. Karena biasanya, Scarlett akan selalu sombong padanya karena banyak lelaki tampan yang mengejarnya. Namun sekarang ketika ia menggoda Edard, jangankan diberi senyuman, dilirik saja tidak. Haha, rasakan!

Tak menyerah, Scarlett mengulurkan tangannya. “Kenalkan, aku Scarlett. Teman satu kampus dengan Raya.”

Edard melepaskan genggaman tangannya pada tangan Raya kemudian menyambut uluran tangan gadis di depannya itu. “Edard,” ujarnya singkat kemudian kembali menggenggam tangan gadis mungil di sampingnya itu. Membuat Raya tersentak kecil karena perlakukan Edard padanya.

Scarlett tampak membuka mulutnya tak percaya. “Apa kau Edard Stollin?” tanyanya dengan antusias.

Edard mengangguk membenarkan. “Ya.”

Scarlett semakin tersenyum lebar karena masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Kemudian ia menatap Raya. “Bagaimana bisa kau menjadikan seorang Edard Stollin menjadi pasangan sewaanmu?” tanyanya pada Raya.

Raya mengernyit tak mengerti. Siapa Edard Stollin? Ia tidak mengenalnya. Lagi pula kenapa Scarlett seheboh itu? Apa karena wajah Edard yang kelewat tampan?

“Edard Stollin. Pengusaha muda kaya raya, pemilik hotel Santiago, sekaligus model papan atas. Kenapa kau bisa seberuntung itu? Kau tau? Ini untuk pertama kalinya aku bertemu dengan Edard. Dia tidak pernah mengekspos wajahnya secara keseluruhan di media. Maka dari itu aku tidak mengenalnya tadi,” ujar Scarlett mengoceh panjang lebar.

Raya hanya tersenyum canggung. “Selamat ulang tahun, Scar,” ujar Raya sembari memberikan kado kecil yang ia simpan di dalam tasnya.

Mata Scarlett berbinar ketika menerima kado itu. “terimakasih, Ray. Aku ke sana dulu, oke? Sampai jumpa lain waktu, Edard. Ah,kau tampan sekali!” kata Scarlett yang langsung diangguki oleh Raya. Gadis itupun langsung beranjak pergi dengan wajah berseri-seri.

Raya dan Edard pun masih berdiri di tempat mereka. Raya sedikit canggung, ia juga tidak menyangka kalau akan bertemu dengan lelaki terkenal yang seperti Scarlett ucapkan tadi.

Edard berdehem sebentar, kemudian menatap Raya. “Aku sudah membantumu. Jadi aku minta, kau harus membantuku juga.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status