共有

3. Tak Ada Rasa

作者: Evie Edha
last update 最終更新日: 2025-08-26 10:51:50

3. Tak Ada Rasa

***

"Mama? Papa?" Emely terkejut melihat kedatangan kedua mertuanya. Dia pun segera membuka pintu rumahnya lebar-lebar.

"Masuk, Pa, Ma. Semuanya sedang sarapan." Emely memberitahu kedua mertuanya lalu mengajak mereka untuk ke meja makan.

"Pa, Ma." Darren dan Hans menyapa kedua orang tuanya. Mereka juga merasa terkejut melihat kedatangan mereka.

"Tumben datang pagi sekali? Tidak memberitahu sebelumnya juga. Tahu begitu Darren jemput," ujar Darren.

"Kami memang sengaja datang pagi-pagi, Dar. Cuma mau lihat anak nakal ini loh," ujar Gita, mamanya Darren dan Hans. Perempuan itu menjewer telinga Hans.

"Kembali ke negaranya bukannya ke rumah orang tua malah ke rumah kakaknya," lanjut Gita sembari menatap marah Hans.

"Ma. Aku sampai di Indonesia malam hari. Karena rumah Kakak yang lebih dekat, makanya aku pulang ke sini biar cepat istirahat. Kakak saja juga tidak tahu aku datang." Hans berujar.

"Karena kamu sukanya yang mendadak memang," ujar Gita kesal.

"Terus sejak kemarin kamu ke mana saja? Kok belum juga balik ke rumah?" Gita berkacak pinggang seperti sedang memarahi anak kecil.

Hans tersenyum. "Ma. Indonesia ini memang sangat menakjubkan. Baru seharu aku sampai di sini, ide sudah berdatangan. Karena itulah aku tidak mengunjungi kalian dulu sebab ide yang ada sudah harus aku tulis sebelum mereka lari semua." Dia menjelaskan dengan senyuman lebar.

Di saat Hans berkata-kata, ada Emely yang tampak merasa khawatir. Dia seperti orang yang baru saja melakukan kejahatan yang sangat besar dan takut untuk ketahuan.

"Sudah-sudah. Kalian datang pagi-pagi sekali. Kalian sudah makan atau belum?" tanya Darren kemudian.

Fathur menggeleg. "Belum. Kami datang pagi karena nanti siang kami harus terbang ke Mexico," ujarnya kemudian.

"Kalau begitu, Papa sama mama ikut makan saja," ujar Emely dengan senyuman lebar.

"Pasti dong. Selain karena kami akan pergi annti siang, kami juga ingin mencicipi masakan menantu mama yang cantik ini," ujar Gita dengan mencubit dagu Emely.

"Kenapa tidak jujur saja sejak awal sih kalau kalian ini ke sini mau numpang makan?" tanya Hans.

"Hans!" teriak Gita yang langsung membuat Hans lari ke meja makan.

Mereka semua menuju meja makan lalu menikmati sarapan bersama. "Ada urusan apa ke Mexico, Pa?" tanya Darren.

Fathur menggeleng pelan. "Tidak ada urusan apa-apa. Kami hanya ingin berbulan madu saja," ujar pria yang tak lagi muda itu tetapi masih memanjakan istrinya. Dia tersenyum ke arah sang istri.

"Bulan madu kok ke Mexico. Nyari apa, Pa? Bulan madu itu ke Paris, Swiss, Maldives atau New Zealand. Mexico." Hans tak habis pikir dengan kedua orang tuanya ini.

"Kok kamu yang syirik. Makanya cepat nikah sana biar bisa ajak istrinya bulan madu." Gita mencemooh anaknya. Kalau seperti ini Hans tak bisa apa-apa.

Gita menatap Emely dan Darren. "Kalian kapan bulan madu lagi? Sebaiknya kalian segera jadwalkan. Biar program anaknya bisa cepat. Kami, kan sudah tidak sabar menimang cucu," ujar Gita.

Jika Darren hanya tersenyum tipis, Emely tersenyum malu-malu, maka tidak dengan Hans yang entah kenapa dia merasa tidak suka dengan percakapan itu. Mendengar Emely dan Darren memiliki anak, rasanya menyakitkan dan memuakkan.

***

Hans memutuskan untuk mengunjungi perusahaan. Dia mengetuk pintu ruangan yang tak lain milik kakaknya. "Apa aku mengganggu?" tanya Hans kemudian.

Darren mendongak. "Hans?" Dia menggeleng. "Tidak. Aku hanya mengerjakan beberapa berkas saja. Masuklah."

Hans mengangguk. Pria itu pun memasuki ruangan kakaknya dan meneliti sekitar beberapa saat. Setelah itu, dia duduk di kursi yang ada di seberang kakaknya.

"Ada apa? Apa kau sedang mencari inspirasi?" tanya Darren. Pria itu bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari berkas miliknya.

Hans terdiam beberapa saat untuk memikirkan apa yang akan dia katakan. Setelah mempertimbangkan, dia pun akhirnya memutuskan untuk mengatakannya.

"Kak. Aku mendengar apa yang terjadi antara kau dan kakak ipar semalam," ujar Hans jujur.

Apa yang dikatakan Hans membuat tangan Darren berhenti bergerak di atas kertas. Dia mengalihkan pandangan ke arah sang adik dengan pelan. "Jadi, kamu tahu?"

Hans mengangguk. "Aku mendengar pertengkaran kalian. Aku melihat kepergianmu dari kamar kalian dan setelahnya aku mendengar kakak ipar yang menangis."

Mereka terdiam beberapa saat. "Kak. Apa kau belum bisa mencintai Kakak ipar?" tanya Hans.

Darren hanya diam dan itu sudah cukup sebagai jawabannya.

"Kak. Aku tahu kalian menikah karena dijodohkan. Tapi tidak bisa kah kau memberikan cinta untuknya sedikit saja?" tanya Hans. Jujur saja, dia merasa marah pada dirinya sendiri karena mengatakan hal ini padahal dia sendiri tidak suka.

"Cinta tidak bisa dipaksa, Hans." Darren menjawab dan dia melanjutkan kembali kegiatannya.

"Lalu kenapa kau dulu mau menikahinya kalau kau tidak mencintai dirinya?" tanya Hans dengan kesal.

Tanpa diduga, Darren langsung menggebrak meja dengan keras. Dia menatap sang adik dengan tajam. "Berhenti ikut campur mengenai rumah tanggaku, Hans. Lebih baik kau urusi saja pekerjaanmu," ujarnya marah.

Hans ikut terpancing, tetapi dia masih bisa menahan emosinya. Dia pun mengangguk. "Oke. Aku tidak akan ikut campur lagi."

Pria itu pun langsung bangkit dan keluar dari ruangan sang kakak. Detik itu juga ekspresi Hans berubah. Dia menunjukkan seringainya. "Baiklah. Aku tidak akan ikut campur lagi. Tapi, jangan salahkan aku kalau aku ingin mengambilnya darimu." setelahnya, dia benar-benar pergi.

Di dalam ruangan, Darren tampak berpikir keras. Suara ponsel mengalihkan konsentrasi pria itu. Meraih benda pipih miliknya, dia mendapati sebuah pesan yang membuat pria itu menarik garis senyuman di bibir.

"Aku datang."

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   6. Sahabat Sekaligus Selingkuhan

    "Bolehkah hari ini aku ikut kamu ke kantor?" tanya Emely tiba-tiba.Darren mengerutkan kening. "Tumben?" Mereka kini sedang berada di meja makan menikmati sarapan bersama.wajah keduanya tampak sumeringah. Ini semua karena kejadian semalam di mana Emely berhasil menyalurkan hasratnya pada sang suami meski kali ini dia yang bekerja keras. Tidak apa. yang penting sama-sama terasa meski kenyataannya Darren yang keluar duluan."Memangnya tidak boleh?" tanya Emily kemudian.Darren terkekeh. "Pasti ini karena sahabat kamu yang bekerja di kantor," ujarnya kemudian.Emely melebarkan senyumannya. "Tahu aja. Boleh, ya. Boleh?"Darren mengangguk. "Sure. Tapi ingat jangan sampai kamu mengganggu pekerjaannya karena itu akan mengganggu aku juga."Emely mengangguk patuh. Mereka kembali menikmati sarapan mereka. sepertinya hubungan mereka menjadi baik.Kegiatan keduanya tak luput dari perhatian seseorang. Hans, melihat interaksi itu dengan kesal. Dia mengepalkan tangan tetapi harus menahannya.Pria i

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   5. Bayangan Malam Bersama Adik Ipar

    "Sudah beberapa hari ini Darren selalu pulang larut malam. Sebanyak itukah pekerjaannya?" Dia bertanya penuh penasaran. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilang malam, tetapi Emely belum juga bisa tertidur dan membuatnya memilih untuk duduk di taman samping rumah ditemani dengan secangkir teh hangat.Emely terkekeh sinis kemudian. "Kenapa aku ini? Kenapa juga aku memikirkan dia? Apa bedanya dia mau pulang lebih awal atau terlambat? Sama saja bukan. Tidak ada yang dirindukan di antara kami."Emely menatap gelas yang ada di tangannya, menggambar bayangan pohon kamboja di seberangnya yang terpantul. "Hambar. Dia yang hanya akan memuaskan dirinya sendiri dan setelahnya, dia buang aku begitu saja," ujarnya seraya melempar gelas di tangan.Tak terdengar suara pecahan dari gelas itu karena benda itu terjattuh di atas rerumputan di bawahnya. Emely memejamkan matanya sembari menghela napas dalam. Tiba-tiba saja gambaran wajah seseorang terlintas di benaknya."Hans." Sontak saja perempuan itu me

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   4. Sentuhan Hans

    "Isabel!""Emily!"Dua perempuan saling meneriakkan nama. Detik kemudian mereka berlari mendekat lalu saling memeluk satu sama lain. Keduanya saling berputar meluapkan kerinduan."Aku kangen banget sama kamu," ujar Emily."Aku juga kangen sama kamu," sambung Isabel. Pelukan mereka pun terlepas dan keduanya saling melempar senyum."Kita cari tempat makan sekarang? Kamu yang traktir sekarang?" Isabel berujar dengan senyuman lebar menunjukkan giginya yang rapi.Sementara Emily malah mendelik. "Seharusnya kamu yang traktir aku tahu. Kmau baru aja pulang kerja di luar dan pastinya dapat uang banyak."Isabel langsung memeluk lengan Emily lalu mengajaknya jalan bersama. "Mana ada? Aku baru datang. Ya harus kamu yang traktir. Memanjakan tamu.""Tamu kamu bilang?" Dua sahabat itu tertawa bersama. Mereka mulai mencari restoran untuk makan bersama secara santai dan mengobrol ringan.Emily memasukkan kue ke dalam mulutnya. "Jadi, bagaimana pengalaman kamu di luar negri?" tanyanya pada isabel.Isa

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   3. Tak Ada Rasa

    3. Tak Ada Rasa *** "Mama? Papa?" Emely terkejut melihat kedatangan kedua mertuanya. Dia pun segera membuka pintu rumahnya lebar-lebar. "Masuk, Pa, Ma. Semuanya sedang sarapan." Emely memberitahu kedua mertuanya lalu mengajak mereka untuk ke meja makan. "Pa, Ma." Darren dan Hans menyapa kedua orang tuanya. Mereka juga merasa terkejut melihat kedatangan mereka. "Tumben datang pagi sekali? Tidak memberitahu sebelumnya juga. Tahu begitu Darren jemput," ujar Darren. "Kami memang sengaja datang pagi-pagi, Dar. Cuma mau lihat anak nakal ini loh," ujar Gita, mamanya Darren dan Hans. Perempuan itu menjewer telinga Hans. "Kembali ke negaranya bukannya ke rumah orang tua malah ke rumah kakaknya," lanjut Gita sembari menatap marah Hans. "Ma. Aku sampai di Indonesia malam hari. Karena rumah Kakak yang lebih dekat, makanya aku pulang ke sini biar cepat istirahat. Kakak saja juga tidak tahu aku datang." Hans berujar. "Karena kamu sukanya yang mendadak memang," ujar Gita kesal. "Terus seja

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   2. Akwward

    2. Akwward.***"Ingat. Kamu harus segera memberi Papa sama Mama cucu, Dar. Kami menunggu kabar baiknya," ujar seorang perempuan dari seberang sana. Pagi sekali Darren mendapatkan panggilan dari mamanya dan menanyakan perihal apakah istrinya sudah hamil atau belum. Dia membanting ponselnya marah karena pagi-pagi sudah mendapat ceramah."Astaga! Sampai kapan mereka menanyakan perihal cucu?" tanyanya merasa frustrasi.Pria itu menarik napas dalam lalu megembuskannya kasar. Dia segera mengenakan pakaiannya karena dia harus pergi bekerja.Menuruni tangga, dia bisa melihat Emely yang sedang menyiapkan sarapan untuknya. Mereka memang memiliki asisten rumah tangga, tetapi Emely lebih suka memasak sendiri meski terkadang ada yang membantu.Darremn mendekati meja makan dan menyadari suasana hati istrinya yang tidak baik. Pasti karena masalah semalam. Dia segera menarik tangan istrinya ketika melihat Emely akan pergi ke dapur."Aku harus mengambil minuman kamu di dapur," ujar Emely dengan eksp

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   1. Nafkah Batin Yang Tidak Memuaskan

    "Ah ... leganya." Darren baru saja menuntaskan hasratnya, nermain di atas ranjang yang panas bersama sang istri. Pria itu baru saja mencapai puncak kelegaan, melepaskan kepuasan yang mampu menyegarkan isi kepalanya.Pelan, dia mulai melepaskan inti miliknya dan juga sang istri. Tanpa berkata apa pun, pria itu segera menutupi tubuhnya yang polos dengan sebuah selimut.Darren membalikkan badan memunggungi sang istri. Dia mulai memejamkan mata lalu terlelap.Emely. Istri Darren itu hanya menatap nanar langit-langit kamar. Dia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat menahan gejolak amarah yang tertahan di dada."Selalu seperti ini," bisiknya. Dia menoleh ke arah Darren yang memunggunginya dan menatapnya nanar.Seperti malam-malam biasanya, Darren akan menuntaskan hasrat pada dirinya hingga puas tanpa memedulikan perasaan Emely. Entah perempuan itu menikmati permainan tadi, atau Emely sudah merasakan kepuasan apa belum."Aku akan mencobanya," ujar Emely kemudian. Perempuan itu sedikit mengangka

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status