Share

109. Pukul Balik

Author: Lil Seven
last update Last Updated: 2025-11-28 20:14:33

“Apa?” potongku datar. “Pura-pura pingsan lagi?”

Arsion langsung tertawa terbahak-bahak melihat aksiku, sedangkan aku, berusaha tersenyum sedingin mungkin, meski sebenarnya badanku gemetar karena gugup.

“Gila, pedas banget, Sherry!” pujinya, sambil mengedipkan mata ke arah ku, sehingga aku merasa semangat karena ada pendukung dan mulai tidak gugup lagi.

Maureen menatapku dengan kebencian yang ia sembunyikan bertahun-tahun di balik topengnya, sedangkan aku membalas dengan menaikkan dagu dan menatap dengan mata sedikit menyipit.

Wow, terbiasa dengan Aaron yang dingin dan sombong, sepertinya aku bisa sedikit meniru gayanya!

Dadaku membusung bangga, merasa lebih kuat.

“Kamu akan menyesal, Sherry!” ancamnya dengan mata berkilat marah.

“Aku pernah takut dengan ancaman itu, Maureen,” jawabku, pura-pura tersenyum dingin lagi.

“Sekarang tidak lagi," lanjutku, menyipitkan mata dengan ekspresi segalak mungkin.

"Kamu, kamu...!"

Maureen mendesis pelan dan pergi sambil membanting pintu.

Aku
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
nisa alma
masih menunggu kelanjutannya
goodnovel comment avatar
Ami Galeri
masih bersambung ya ini
goodnovel comment avatar
nisa alma
makin seru makin semangat bacanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tiga Kakak Tiriku yang Menggoda   154. Sisi Lain Kaiser

    Security itu hanya berdiri di tempatnya, jelas tidak akan mengubah keputusan, meski melihat diriku yang tampak kacau balau. Aku melangkah mundur beberapa langkah, lalu menoleh ke arah gedung tinggi itu. Lampu-lampu di lantai atas masih menyala. Aku yakin, Aaron ada di sana. Aku tahu itu, tapi kenapa, kenapa aku tidak bisa mencapainya? Tiba-tiba, sebuah keputusan gila merasuki pikiranku. Baiklah.Jika aku tidak bisa masuk, maka aku akan menunggu.Aku pun berjalan ke sisi depan gedung dan menurunkan tubuhku, duduk di lantai dingin dekat dinding kaca, sambil memeluk lututku sendiri, aku menatap kosong ke arah pintu masuk.“Aku akan menunggu di sini,” ucapku, penuh tekad. “Sampai Aaron keluar.”Aku baru saja menyesuaikan posisi dudukku ketika sebuah tangan tiba-tiba menarik pergelangan tanganku.“Sherry,” panggil Kaiser, suaranya terdengar tegas.Aku mendonga dan dia berdiri di depanku, ekspresinya berubah, bukan lagi tenang, tapi penuh kekhawatiran.“Jangan seperti ini,” katanya. “

  • Tiga Kakak Tiriku yang Menggoda   153. Dilarang Masuk!

    Mobil akhirnya melambat dan berhenti di depan sebuah gedung tinggi dengan warna monokrom yang sudah sangat familiar bagiku. Kantor Aaron. Lampunya masih menyala di beberapa lantai, tanda bahwa hari kerja belum benar-benar selesai bagi sebagian orang.“Sudah sampai,” kata Kaiser pelan."Iya," jawabku, dengan jantungku berdebar lebih cepat. Aku meraih gagang pintu, tapi berhenti sejenak sebelum keluar dari mobil. “Kai…” Aku menoleh padanya, berbisik dengan nada setulus yang kubisa. "Terima kasih.... "Kaiser hanya mengangguk singkat, “Hati-hati.”Aku pun turun dari mobil, udara malam langsung menyambut kulitku. Aku melangkah menuju pintu masuk gedung, sebelum masuk, tiba-tiba Kaiser mengejar dan berjalan di sampingku. "Kuantar, aku hanya ingin memastikan kamu bertemu kakakmu dengan aman."Kata-kata 'kakak' membuat aku merasa canggung sendirian, Kaiser sepertinya tahu aku tak memiliki kasih sayang tulus sebagai kakak adik dengan Aaron, tapi dia tetap menegaskan bahwa Aaron adalah

  • Tiga Kakak Tiriku yang Menggoda   152. Kamu Marah?

    “Kamu ... kamu mau mengantarku ke Aaron, Kai?”Pertanyaan itu meluncur begitu saja, bahkan sebelum aku sempat menimbang apakah itu terdengar egois atau tidak. Aku menatap Kaiser dengan ekspresi tak percaya, seolah menunggu dia tertawa dan mengatakan bahwa aku salah dengar.Namun, Kaiser hanya diam. Meskipun cuma sebentar, tapi cukup lama untuk membuat dadaku menegang. Tatapannya lurus ke depan, rahangnya mengeras tipis,ekspresi yang sudah sering kulihat saat dia sedang menahan sesuatu."Kamu tidak usah memaksakan diri, tadi aku cuma ngomong omong kosong, jadi—"“Mau,” jawab Kaiser, memotong ucapanku. Aku kembali tak bisa berkata-kata, baru kali ini ada seseorang yang mau benar-benar melakukan sesuatu tanpa meminta imbal balik, sehingga aku jadi ta enak sendiri. "Tapi, Kai.... "Kaiser malah berdiri dan bertanya dengan nada yang terdengar biasa saja, “Aaron di mana? Kubawa kamu ke sana sekarang juga, Sherry. Asal kamu berhenti menangis.”Aku menarik napas, dengan enggan, mengikuti

  • Tiga Kakak Tiriku yang Menggoda   151. Aku Mau Aaron.

    “SHERRY! Kamu di mana? Kenapa kamu bolos kelas?!”Suara keras Aresh membuat aku langsung terdiam, kata-kata itu menamparku sehingga aku tak sanggup bicara apa pun. Kelas? Di hari seperti ini, aku bahkan tidak ingat ada kelas lain.“A–aku… aku ada urusan tadi, Kak. Sebenarnya tadi—”Suara Aresh memotong tajam, penuh amarah, sebelum aku bahkan selesai bicara. “Urusan?! Kamu pikir kamu siapa sampai berani bolos seenaknya? Dosenmu telepon aku barusan. SAMUEL! Dia bilang kamu kabur saat kelas berikutnya dan mata kuliahmu TIDAK BISA ditoleransi lagi!”Samuel? Dosen gila itu berulah lagi! Mendengar nama Samuel, Kaiser langsung menegakkan tubuhnya, menatapku dengan wajah serius. Sepertinya ia paham dosen yang dimaksud Aresh. Aku menelan ludah, tenggorokanku sakit seperti tercekik.“kak Aresh, aku benar-benar tidak bisa datang. Aku… terjadi sesuatu…”Suaraku makin kecil, dan itu membuat Aresh semakin marah. “Terjadi sesuatu? Kamu dengar aku, Sherry. Jangan cari masalah lagi! Nilaimu su

  • Tiga Kakak Tiriku yang Menggoda   150. Berani Mengancamku?

    Kaiser terdengar tertawa, lalu dengan suara rendah dan dingin, Kaiser menjawab. "Apa kamu ingin melihat apa yang bisa saya lakukan? Saya bahkan bisa tidak hanya membuat kamu dipecat, tapi juga masuk penjara!""Wow, anak muda yang sangat berani tapi tidak tahu tempat. Kamu bahkan bukan mahasiswa di sini, kan? Justru kamu yang bisa saya laporkan!" tantang pak Samuel dengan ekspresi mencemooh. Kaiser hanya diam mendengar ejekan pak Samuel, lalu beberapa saat kemudian menjawab. "Laporkan, saya tidak takut. Tapi saya akan memastikan, kamu mendapat hukuman yang sangat kejam karena berani mengusik sahabatku yang paling kusayang!"Setelah mengatakan itu, Kaiser meraih lenganku, bukan dengan gerakan memaksa, tapi dia menuntunku dengan lembut. Aku mengikuti langkahnya dengan badan yang masih gemetar. Kaiser membukakan pintu mobil, mempersilakan aku masuk duluan."Ayo, masuk. Kamu sudah aman sekarang," ucapnya dengan nada lembut, memasangkan sabuk pengaman untukku dan mengusap air mata di pi

  • Tiga Kakak Tiriku yang Menggoda   149. Jangan Sentuh Sherry!

    "O-oke, aku kirim sekarang."Dengan tangan gemetar, aku mengirim di mana lokasiku berada sekarang kepada Kaiser. "Tetap diam di situ, Sherry. Aku akan ke sana secepatnya!"Jawaban Kaiser membuat aku seketika merasa lega, rasa sesak di dadaku sedikit melanggar sehingga tubuhku kini merosot ke bawah, lemas. "T-tolong datang secepatnya, Kai... "Setelah mengatakan itu, aku bersembunyi lebih rapat di balik tembok. Jantungku berdebar kencang setiap mendengar suara apapun di belakangku, rasanya, satu suara kecip pun bisa membuatku menegang.Tiba-tiba, terdengar suara pintu gedung parkir terbuka keras, aku refleks membungkuk dan menahan napas. Lalu suara yang sangat familiar dan menakutkan itu terdengar. “Sherry?!”Pak Samuel memanggil dengan suara keras, langkahnya terdengar mendekat, sehingga rasanya membuat jantungku berhenti berdetak."Keluar! Aku tahu kamu di sini!" seru pak Samuel lagi. Aku menutup mulutku rapat-rapat agar tidak terisak keras, kugigit bibir sekuat kuatnya agar tak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status