“Ternyata kamu gadis nakal.”Aku tersentak mendengar suara berat Aaron tepat di belakangku. Kurasakan tubuhnya menempel rapat, panasnya menembus tipis kain bajuku.“K-Kak… aku tidak–”Bibirku dibekap telapak tangannya, sementara pinggangku dicekal kuat.“Lanjutkan menonton,” bisiknya, serak, menggoda. “Jangan pejamkan matamu.”Melalui celah kecil pintu yang terbuka, tatapanku kembali terarah pada Aresh, kakak tiri pertamaku, yang tengah menghunjam tubuh wanita di bawahnya tanpa ampun. Ranjang berderit, desahan bercampur raungan sensual, membuat darahku mendidih.Leherku meremang saat napas panas Aaron menyapu kulitku. Ia terkekeh pelan.“Kamu tampak sangat menikmatinya,” bisik Aaron, suaranya menancap di telingaku.“Jadi, bagaimana kalau kita mencobanya juga malam ini, Adik Tersayang?”Suara dalam Aaron, mengirim getaran aneh ke tubuh bagian bawahku, aku pun gemetar tanpa sadar. ***Beberapa hari sebelumnya.... “Waaah, besar sekali!”Aku meloloskan desah penuh kekaguman saat meliha
Terakhir Diperbarui : 2025-10-07 Baca selengkapnya