Share

Chapter 3

Author: Zeya
last update Last Updated: 2024-07-26 21:52:45

Suara menggelegar dari Cyra mampu membuat kedua orang yang sedang bercumbu terkejut. Mereka berdua menoleh secara bersamaan.

"C-Cyra..." Raut wajah Kaivan nampak pucat. Kedua pupil matanya bergetar, tetapi ia sama sekali tidak mau melepaskan gadis yang ada di pelukannya.

"Kalian! Bisa-bisanya melakukan ini padaku?" ucap Cyra dengan suara bergetar.

Dadanya sakit, ia merasa tubuhnya lemas, seolah semua tulangnya hilang dalam sekejap. Pemandangan di depan mata yang ia kira akan menjadi kejutan terindah justru membuat seluruh perasaannya hancur tak berbentuk lagi.

"Bagaimana kamu bisa masuk ke sini?"

Pertanyaan konyol dari Kaivan semakin membuat Cyra meradang. Jelas sekali tidak ada penyesalan di wajah pria itu. Usianya yang sudah menginjak 28 tahun tidak membuatnya memiliki pemikiran yang dewasa.

"Apakah itu penting, Kai? Di saat seperti ini, kamu bahkan tidak memperdulikan perasaanku!" sahut Cyra, tak dapat membendung amarahnya.

Kedua mata gadis itu memerah, berusaha mati-matian menahan air mata yang ingin mendobrak keluar dari kelopak matanya yang indah.

Kaivan melepas gadis di pelukannya dan melangkah ke arah Cyra. Namun, sorot matanya begitu bengis, seolah ia menyimpan dendam kesumat pada gadis itu.

"Lantas, apa kamu peduli dengan perasaanku, Ra?" tanya balik Kaivan.

"Maksudmu?"

Kaivan menyisir rambutnya ke belakang dan tertawa sinis mendengar pertanyaan kekasihnya.

"Jangan pura-pura bodoh, Ra. Aku tahu kamu akan menikah minggu depan. Kamu yang lebih dulu mengkhianati perasaanku!"

Kaivan melihat tubuh Cyra dari atas hingga bawah. Pakaian kantor yang dikenakan gadis itu sangat pas, tetapi tidak ketat. Kaivan tak bisa munafik, tubuh Cyra memang menggoda, namun gadis itu sangat teguh menjaga keperawanannya.

"Kamu pasti senang sudah merayu laki-laki lain dengan tubuhmu ini, kan?" ejek Kaivan, meski dia tahu hal itu mustahil terjadi, tetapi ia enggan disalahkan dalam situasi ini.

Tanpa diduga, Cyra melayangkan tamparan ke wajah Kaivan, meninggalkan cap lima jari di pipi kanannya.

"Jaga bicaramu, Kai! Jangan main korban seperti bocah, dasar bajingan!" hardik Cyra.

Ia memiringkan kepalanya, menatap gadis di belakang Kaivan yang tampak syok melihat kejadian tersebut. Cyra mendorong tubuh Kaivan ke samping dan menghampiri gadis itu.

Kedua tangan Cyra mengepal erat, hingga buku-bukunya memutih. Urat di lehernya menonjol, menandakan bahwa ia benar-benar marah.

"Jadi ini alasanmu menolak dijodohkan, Ner? Kamu menginginkan milikku?" tanya Cyra, berusaha tetap tenang.

"A-aku... bukan itu maksudku, Kak. Aku mencintai Kaivan, begitu juga Kaivan yang menyukaiku. Aku hanya ingin mendapatkan apa yang membuatku bahagia."

"Ha...ha...sial! Aku tidak menyangka kamu akan setega ini, Ner. Apa selama ini aku kurang mengalah? Sampai kamu merebut semua yang aku miliki?"

Luka yang Cyra rasakan tersirat jelas dalam ucapannya, tetapi Nera sama sekali tak peduli dengan kondisi kakaknya.

Bukan kata maaf yang keluar dari mulut Nera, melainkan ia malah menyalahkan Cyra. Ia memaki kakaknya dan mengatakan bahwa Kaivan tidak pantas bersanding dengan wanita sepertinya yang gila kerja.

Cyra terdiam, mendengarkan semua ocehan dari adiknya yang mengolok-olok dirinya dan fisiknya. Bukan karena ia tidak marah, tetapi ia tak tahu lagi harus berekspresi seperti apa dalam situasi ini.

Di belakang Cyra, Kaivan tampak sangat menikmati suasana tegang antara kakak beradik itu. Dia tidak berniat untuk melerai mereka.

"Kakak tahu, Kakak terlalu lurus. Bahkan Kakak tidak bisa membuat Kaivan puas!" ejek Nera.

Degh.

Seketika, perasaan Cyra yang sudah remuk menjadi semakin hancur. Ia tidak bisa membayangkan bahwa adik dan kekasihnya sudah sejauh itu dalam menjalin hubungan. Cyra menoleh ke belakang, dan di sana Kaivan berdiri sambil tersenyum remeh.

"Kenapa kamu begitu terkejut, Ra? Kamu ingin menyalahkan aku?" Kaivan mengikis jarak di antara dirinya dan Cyra.

Pria itu meraih dagu Cyra, mendekatkan wajahnya hingga jarak di antara mereka sangat tipis, bahkan bibir Kaivan hampir menyentuh bibir gadis itu.

"Sejak awal kamu yang menolak ajakanku, jadi jangan salahkan aku karena berpaling. Toh ucapan adikmu memang benar, kamu terlalu lurus—"

Plak.

Wajah Kaivan menoleh ke samping, sudut bibirnya robek dan pipinya berdenyut nyeri. Belum selesai keterkejutannya, tiba-tiba Cyra meraih kerah baju Kaivan dengan kasar, menatap marah pria tersebut.

"Brengsek! Aku menjaga kehormatan adikku dengan baik, tapi kenapa kamu melakukan hal gila ini, Kai? Di mana otakmu, hah!" bentak Cyra.

"Kak, cukup! Aku yang mau, jangan salahkan Kaivan." Nera menyentak, melepas paksa cekalan di kerah baju Kaivan.

Nera membenarkan baju pria itu. "Kai, kamu tidak apa-apa?"

Kaivan mengangguk, masih syok mendapat serangan seperti itu dari Cyra. Gadis yang tidak pernah menunjukkan emosinya selama mereka menjalin kasih selama dua tahun ini.

"Apa Mama dan Papa tahu kamu begini, Ner?"

Kali ini, Cyra berusaha meredam amarahnya. Meski ia kecewa dan hatinya sangat sakit, ia tidak ingin membuat suasana semakin runyam. Sayangnya, semua usahanya berakhir sia-sia ketika Nera menjawab pertanyaan tersebut.

"Ya, mereka sudah tahu dan sudah menyetujui hubungan kami. Aku dan Kaivan akan menikah bulan depan setelah pernikahan Kakak."

Jeder.

Bagaikan terkena sambaran petir, tubuh Cyra terhuyung ke samping. Untunglah ada tembok yang bisa ia jadikan pegangan.

"Pfftt, ternyata di sini aku yang bodoh." Cyra mendongak, tak kuasa menahan rasa sakit di dalam hatinya.

"Kalian berdua sama-sama bajingan, dan kamu, Kai." Cyra menunjuk wajah Kaivan. "Kamu laki-laki terbrengsek yang pernah aku kenal. Mulai detik ini, kita putus! Jangan pernah mengganggu hidupku lagi," tekan Cyra.

Ia membenarkan letak tasnya, lalu kembali bicara kepada Nera. "Aku kecewa denganmu, Ner. Adik yang aku sayangi ternyata menusukkan pisau dari belakang padaku. Nyatanya, semua yang aku lakukan untuk keluarga kita hanya sia-sia."

Setelah mengucapkan itu, Cyra keluar dari apartemen Kaivan. Begitu tiba di mobil, tangis gadis itu pecah; ia tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya saat ini.

"Kenapa Tuhan tidak adil padaku?" gumam Cyra di sela-sela tangisnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 46

    Sekembalinya Cyra ke meja kerjanya, dia langsung di cecar pertanyaan oleh rekan kerjanya yang duduk di meja sebelahnya. Dari ekspresi wajah wanita itu, terlihat jelas bahwa Livia sangat penasaran apa yang terjadi di antara Cyra dan juga atasan mereka yang belakangan ini sering sekali merepotkan Cyra. "Ra, apa Pak Raizan menggodamu kali ini?" Tanya Livia. Cyra langsung menggeleng. "Tidak, dia hanya menyuruhku untuk membantunya memeriksa pekerjaan.""Apa?" Livia menggeser kursinya sedikit agar lebih dekat ke arah Cyra. "Kok bisa? Kamu bukan asistennya loh, kenapa Pak Raizan justru memintamu melakukan tugas asistennya?""Aku tidak tahu. Aku sendiri bingung dengan tingkah atasan kita."Livia tersenyum tipis, dia menyenggol lengan Cyra. "Jangan-jangan Pak Raizan suka sama kamu, Ra."Sontak Cyra langsung melotot. "Mana mungkin, jangan ngaco deh.""Bisa aja, kan? Toh kamu cantik, cerdas, manis. Cowok mana yang tidak suka sama kamu, Ra."Ocehan Livia membuat Cyra geleng-geleng kepala, dia

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 45

    Nevalion baru saja tiba di lobi perusahaannya ketika seorang wanita yang menjabat sebagai karyawan perusahaan itu muncul menghampirinya, Nina selaku ketua dari divisi pemasaran tampak cantik dengan pakaian kantornya yang membentuk lekukan tubuhnya. "Tuan Nevalion." Panggil Nina. Nevalion yang sedang duduk di kursi roda seketika menghentikan langkah, dia menaikan sebelah alisnya saat menyadari keberadaan wanita itu. "Ada apa?" Tanya Nevalion. "Emm ... Tidak ada, hanya ingin menyapa saja." Nevalion mengangguk. "Baik, saya permisi dulu." Nina menahan langkah Nevalion dengan senyum menggoda yang terselubung di balik profesionalitasnya. "Tuan Nevalion, sebentar," katanya lembut, tubuhnya sedikit condong ke depan, aroma parfum mahal yang dia gunakan langsung menyeruak di udara. "Ya?" Nevalion menatap datar, suaranya rendah namun tegas. Wanita itu memainkan ujung rambutnya sambil melangkah mendekat, sepatu hak tingginya beradu lembut dengan lantai marmer lobi. "Saya hanya i

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 44

    Sinar matahari menyusup melalui tirai jendela kamar milik Cyra dan juga Nevalion, perlahan Cyra membuka kelopak matanya. Dia mengerjapkan mata beberapa kali untuk menjernihkan penglihatannya, tatapan wanita itu tertuju pada langit-langit kamar tersebut. Cyra memiringkan kepalanya ke samping kanan, di sana Nevalion masih tertidur pulas. Kedua matanya memerah menahan tangis, sesak di dadanya semakin menghimpit setiap kali dia menatap wajah suaminya. "Kenapa kamu melakukannya, Mas. Aku pikir kamu berbeda, ternyata aku salah." Kata Cyra sendu. Hatinya pedih, masa depan yang dia rencanakan dengan Nevalion kini terasa samar dalam ingatannya. Dia tidak tahu mengapa saat ini perasaannya sangat kacau, sulit sekali untuknya menata kembali kepingan perasaan yang di hancurkan oleh Nevalion. Perlahan, Cyra beranjak dari ranjang kemudian menyingkirkan selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Cyra beranjak menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya, hari ini dia berniat berangkat kerja lebih aw

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 43

    Nevalion merapikan pakaiannya ketika mendengar pintu rumah utama di buka, hari sudah menjelang malam ketika Cyra tiba di rumahnya. Pria itu kembali duduk di kursi roda layaknya orang lumpuh, dia membalikan arah kursi rodanya menuju ruang tamu. Saat pintu utama sudah tertutup rapat, Nevalion menunggu suara istrinya memanggil namanya. Namun, hingga beberapa menit berlalu tidak ada suara istrinya yang memanggil namanya seperti biasanya. Begitu Cyra melewati ruang tamu, wanita itu melihat ke arah Nevalion yang sedang menatapnya dengan tatapan bertanya-tanya. "Hay, Mas." Sapa Cyra. Senyum terpaksa muncul di bibir wanita itu, dia berusaha mati-matian untuk tidak terlihat sedih saat bertatapan dengan wajah suaminya. "Kamu baru pulang? apa tadi lembur?" tanya Nevalion. Cyra mengangguk. "Iya, tadi banyak kerjaan sedikit." "Sudah makan?" "Sudah, aku makan di kantor tadi sama teman-teman." Cyra mengeratkan genggaman tangannya di tas selempangnya. "Aku cape, aku ke kama

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 42

    Cyra memandangi ponselnya untuk beberapa saat, meski dia memang ingin pulang dulu ke rumah tapi melihat isi pesan dari nomor tak di kenal membuatnya ragu dan bingung."Apa mungkin, Mas Neva kenapa-napa?" pikirnya.Mengenyahkan pikiran negatif itu, Cyra kembali melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang. Jarak rumahnya dari toko bunga cukup jauh, bisa memakan waktu sekitar setengah jam.Dalam perjalanan itu, pikirannya tak pernah lepas dari Nevalion. Tak bisa dia pungkiri, ada perasaan waspada dan takut jika firasatnya benar dan dia akan melihat sesuatu yang membuatnya kecewa.Mobil Cyra mulai memasuki komplek perumahan miliknya, dia menambah sedikit kecepatan mobilnya agar cepat sampai di depan rumahnya.Beberapa saat kemudian, dia tiba di depan rumahnya. Fokusnya langsung tertuju pada mobil BMW berwarna hitam yang ada di halaman rumahnya, mobil itu tampak tidak asing tapi Cyra belum bisa mengenalinya."Apa mungkin sedang ada tamu?" ujarnya seraya melepas sabuk pengaman dari tubuhnya.

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 41

    Cyra termenung di dalam mobilnya, keraguan perlahan muncul dalam hatinya terlebih saat dia mengingat kembali ucapan Katty tadi. Sebelumnya, tidak pernah terlintas di benaknya kalau Nevalion memiliki masa lalu sekelam itu. "Apa mungkin, alasan Mas Neva meninggalkan Katty karena dia lumpuh?" kata Cyra. Pertanyaan itu mendadak muncul, selama ini Nevalion jarang sekali menunjukan perasaannya. Bahkan dia sendiri tidak tahu apakah sekarang Nevalion memiliki perasaan padanya, atau tidak. Saat dia ingin berbicara dari hati ke hati, Nevalion selalu menghindar seakan dia enggan membahasa masalah tersebut. Cyra sadar hubungan mereka hanyalah sebatas pernikahan di atas kertas, tapi sejujurnya dia tidak ingin memiliki kegagalan dalam pernikahannya kali ini. Cyra menarik napas panjang, " Sebaiknya aku tidak perlu memikirkan hal ini, toh Mas Neva tidak berubah. Mingkin saja Katty mencoba membuatku meragukan suamiku sendiri." Dia melihat kondisi wajahnya dan membenarkan make up yang sedik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status