Share

Chapter 4

Author: Zeya
last update Last Updated: 2024-07-27 11:33:22

Waktu semakin larut, namun Cyra masih enggan pulang. Ia duduk termenung di taman komplek yang tidak terlalu jauh dari kediamannya, semilir angin malam menerbangkan helaian rambut gadis itu.

Kondisi taman yang sepi, tidak membuat Cyra merasa takut. Ia justru merasa kosong di bagian hatinya, rasa kecewa dan pengkhianatan yang muncul secara serempak mampu membuat jiwanya terguncang cukup hebat.

"Miris." Monolog Cyra.

Ia menertawakan nasibnya, Cyra tidak memiliki tempat untuk bercerita. Semua luka yang ia terima, ia emban sendiri. Seolah mengerti akan kesedihan gadis itu, tiba-tiba hujan turun begitu deras mengguyur taman serta tubuh Cyra.

Gadis itu meneteskan air mata bersama hujan yang mengenai wajahnya, ia tidak tahu di bagian mana rasa sakit itu berada. Tapi saat ini ia benar-benar hancur, Cyra tidak mengira takdir akan membawanya ke dalam posisi seperti saat ini.

"Aaarrghh... Sakit tuhan!" Teriak Cyra mendongak menatap langit malam.

Ia menjerit sembari memukuli dadanya, mimpi indah yang ia bangun selama ini runtuh hanya dalam hitungan detik.

"Kenapa harus aku, kenapa selalu aku tuhan? apa aku terlalu serakah jika menginginkan sedikit kebahagiaan?"

Tetesan air hujan semakin deras mengguyur tubuhnya yang rapuh, malam itu menjadi malam terburuk bagi gadis berusia 25 tahun tersebut. Tidak pernah terbayangkan olehnya, bahwa ia akan di khianati oleh anggota keluarganya sendiri dan juga orang yang ia cintai dengan begitu tulus.

***

Sementara itu, di kediaman Cyra nampak Anton dan Margaret sedang menunggu kepulangan putri sulung mereka. Jam sudah menunjukan pukul satu dini hari, namun Cyra belum juga pulang terlebih hujan begitu deras malam ini.

Hingga sesaat kemudian, terdengar bunyi pintu terbuka. Kedua paruh baya itu segera berdiri dari sofa, dan melangkah menuju pintu utama.

Mereka berdua mematung begitu melihat penampilan Cyra yang basah kuyup, tubuh gadis itu nampak bergetar akibat kedinginan. Bibirnya pucat, dan kedua mata gadis itu bengkak.

"Dari mana kamu jam segini baru pulang hah?" sentak Anton.

Cyra mendongak, ia menatap sayu pada kedua orang tuanya berharap tersirat kekhawatiran di wajah kedua orang tuanya, namun harapan itu hanya angan-angan belaka bagi gadis tersebut.

Raut wajah Anton dan Margaret berbanding terbalik dengan harapannya, Cyra tersenyum pilu. Berkali-kali ia berharap namun sampai akhir sekalipun, tidak ada ruang baginya untuk masuk ke dalam lingkup keluarganya.

"Aku cape, Pah. Bisa kita bicarakan besok pagi saja?" sahut Cyra lemas.

Ia benar-benar merasa sangat lelah, dan ingin segera tidur untuk melupakan sejenak kejadian hari ini.

"Tidak bisa! Jawab sekarang, kamu dari mana, Ra?" bentak Anton.

"Aku dari kantor, Pah. Jelas-jelas pakaianku masih sama." Jawab Cyra apa adanya.

Margaret menatap sinis ke arah Cyra, "Kantor mana yang masih buka jam segini hah? kamu pasti habis keluyuran, kan?"

Mendengar tuduhan itu, Cyra lantas menggeleng. Ia menarik nafas berat, kepalanya terasa pening dan suhu tubuhnya mulai naik. Cyra berniat mengakhiri perdebatan itu, tapi sang mamah sama sekali tidak membiarkannya pergi.

"Mah, aku tidak pernah keluyuran. Tadi aku lembur, dan berujung pulang lebih lama." Sahut Cyra berusaha sabar.

"Jangan bohong kamu, jika kamu lembur mengapa pakaian kamu basah begini?"

"Mah, aku sangat lelah! Aku tidak ingin berdebat, bisakah aku pergi ke kamarku sekarang?" Izin Cyra, ia benar-benar sangat putus asa menghadapi Margaret.

Namun bukan jawaban yang ia dapat, tapi tarikan di pergelangan tangannya dari Anton hingga membuat tubuh gadis itu terhuyung dan jatuh ke lantai.

Cyra mendesis lirih, saat telapak tangannya menghantam lantai. Rasa pening di bagian kepalanya semakin menjadi, tapi kedua orang tua itu seakan menutup mata mengenai keadaan putri sulung mereka.

"Jaga nada bicaramu, Ra! Jangan meninggikan suara di depan orang tuamu sendiri!" Bentak Anton tak suka.

Sekuat tenaga Cyra kembali berdiri, meski ia sempat terhuyung kembali tapi baik Anton atau pun Margaret tetap mengacuhkannya.

"Pah, aku hanya ingin ke kamar dan istirahat! Apa itu salah? aku tidak berniat melakukan perdebatan panjang dengan kalia-"

Plakk.

Seketika wajah Cyra menoleh ke samping, gadis itu terdiam membatu sembari menikmati rasa sakit di bagian pipinya, namun hal itu tidak sebanding dengan rasa sakit di hati yang ia rasakan.

"Sejak kapan kamu berani menjawab seperti ini hah? pantaskah kamu pergi di saat orang tuamu sedang berbicara? Jawab Cyra!" Hardik Anton.

Runtuh sudah pertahan gadis itu, air matanya kembali mengalir. Luka tak kasat mata yang ia rasakan tadi, semakin bertambah dalam. Cyra menatap lekat kedua bola mata sang papah, dengan air mata yang terus berjatuhan seperti hujan.

"Pah, sampai kapan kalian mau menyalahkan aku? setiap kata dan tindakan yang aku lakukan selalu salah di mata kalian! tidakkah kalian merasa sedikit kasihan padaku?" Cyra menyeka air mata yang menetes di pipi dengan kasar.

"Aku tidak pernah membangkang, aku selalu patuh pada perintah kalian! Tapi apa yang aku dapat? Bentakan, tamparan dan juga caci maki dari orang tuaku sendiri!"

"Papah pikir aku kuat?" Cyra menunjuk dirinya sendiri, "Tidak, Pah. Aku terluka di sini."

Cyra menunjuk bagian dadanya yang sejak tadi berdenyut nyeri, layaknya di sayat menggunakan pisau tumpul secara perlahan.

"Di sini sakit, Pah. Mah. Rasa sakitnya sangat luar biasa, sampai aku tidak bisa menjabarkannya pada kalian."

Degh.

Margaret bisa melihat sorot mata putri sulungnya begitu terluka, ada perasaan asing yang menerobos masuk ke dalam relung hati wanita paruh baya itu, Ia ingin menghapus air mata Cyra, namun ia ragu seolah ada sesuatu yang menghalangi keinginannya.

Cyra menunduk sebentar lalu kembali menatap kedua orang tuanya, "Aku tidak berharap banyak, Mah, Pah. Aku hanya ingin di perlakukan layaknya anak kalian, bukan seperti benda mati yang di ambil saat kalian butuh, lalu membuangnya di saat kalian tidak lagi memerlukannya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 49

    Pagi itu, sinar mentari menembus tirai kamar dengan lembut, tapi kehangatan itu tak mampu mencairkan hawa dingin di antara dua insan yang kini hanya tinggal sebatas suami-istri di atas kertas.Nevalion sudah terbangun lebih dulu. Ia duduk di kursi roda, memandangi sisi ranjang yang kosong. Bekas lipatan selimut dan bantal yang sudah tersusun rapi menjadi tanda bahwa Cyra sudah bangun lebih awal. Ada rasa hampa yang menyesak di dadanya saat melihat ranjang kosong di sebelahnya, entah sejak kapan ia merasa ada jarak dengan istrinya. keheningan pagi ini terasa berbeda, jauh lebih dingin dari udara yang masuk melalui sela-sela jendela.Ia mendorong kursi rodanya perlahan keluar kamar, roda berdecit pelan di lantai marmer yang dingin. Dari arah dapur terdengar suara gesekan piring, aroma kopi hitam dan roti panggang menguar lembut. Biasanya, Cyra akan menyapanya dengan suara lembut, menyajikan sarapan, lalu duduk menemaninya makan. Namun kali ini, hanya suara sendok dan piring yang terde

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 48

    Beberapa saat kemudian, Cyra tiba di halaman rumahnya. Namun saat itu ia melihat rumah tersebut masih gelap, yang menandakan jika Nevalion belum kembali. Tanpa berpikir lebih jauh, Cyra turun dari mobilnya lalu berjalan menuju pintu. Dia merogoh tas selempangnya guna mencari kunci rumah, butuh waktu beberapa menit sampai dia akhirnya mendapatkan kunci rumahnya. "Sepertinya aku harus meletakan kunci-kunci ini di dompet yang berbeda, sungguh sulit mencari kunci sekecil ini." Gumamnya. Cyra memasukan kunci itu dengan santai, saat dia berhasil membukanya ruangan tersebut nampak dingin seperti tidak berpenghuni. "Sama saja," ujarnya tersenyum kecut. "Hampa seperti hidupku." Langkah kakinya mulai menapaki anak tangga, lalu menyalakan sakelar hingga semua ruangan menjadi terang. Tatapan Cyra tertuju pada foto pernikahannya dengan Nevalion yang masih terpajang dengan rapi di ruang keluarga, dulu foto itu selalu terlihat cantik dan indah. Tapi sekarang Cyra tidak tahu perasaa

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 47

    "Duh, mana sih kunci mobilku?" Cyra mengobrak abrik tasnya untuk mencari kunci mobil. Jam pulang kantor sudah berlalu setengah jam, beberapa teman kantornya sudah pulang meninggalkan sebagian lagi orang yang ada di gedung itu termasuk Cyra. "Nyari apa, Ra?" Tanya Livia yang baru saja selesai membereskan mejanya. Cyra mendongak ia menghela napas berat, "Kunci mobilku, aku lupa menaruhnya di mana tadi pagi." "Kok bisa? Bukannya kamu selalu menyelipkannya di dompet?" Cyra terdiam sejenak, sejak tadi ia hanya sibuk mengobrak abrik tasnya tanpa melihat ke dalam dompetnya. "Oh, iya. Aku lupa, Liv." Ujar seraya menepuk jidat. Livia menggelengkan kepalanya perlahan, "Dasar ceroboh, untung saja aku belum pulang. Kalo sudah, kamu bakal milih naik taksi deh." "Pastinya sih," Cyra terkekeh. "Langsung balik atau mau ketemuan dulu, Liv?" Livia menyeringai. "Ketemuan dong, Jeff baru balik dari luar kota dia bilang kangen sama aku." Senyum di bibir Cyra mengembang, ia tahu hubunga

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 46

    Sekembalinya Cyra ke meja kerjanya, dia langsung di cecar pertanyaan oleh rekan kerjanya yang duduk di meja sebelahnya. Dari ekspresi wajah wanita itu, terlihat jelas bahwa Livia sangat penasaran apa yang terjadi di antara Cyra dan juga atasan mereka yang belakangan ini sering sekali merepotkan Cyra. "Ra, apa Pak Raizan menggodamu kali ini?" Tanya Livia. Cyra langsung menggeleng. "Tidak, dia hanya menyuruhku untuk membantunya memeriksa pekerjaan.""Apa?" Livia menggeser kursinya sedikit agar lebih dekat ke arah Cyra. "Kok bisa? Kamu bukan asistennya loh, kenapa Pak Raizan justru memintamu melakukan tugas asistennya?""Aku tidak tahu. Aku sendiri bingung dengan tingkah atasan kita."Livia tersenyum tipis, dia menyenggol lengan Cyra. "Jangan-jangan Pak Raizan suka sama kamu, Ra."Sontak Cyra langsung melotot. "Mana mungkin, jangan ngaco deh.""Bisa aja, kan? Toh kamu cantik, cerdas, manis. Cowok mana yang tidak suka sama kamu, Ra."Ocehan Livia membuat Cyra geleng-geleng kepala, dia

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 45

    Nevalion baru saja tiba di lobi perusahaannya ketika seorang wanita yang menjabat sebagai karyawan perusahaan itu muncul menghampirinya, Nina selaku ketua dari divisi pemasaran tampak cantik dengan pakaian kantornya yang membentuk lekukan tubuhnya. "Tuan Nevalion." Panggil Nina. Nevalion yang sedang duduk di kursi roda seketika menghentikan langkah, dia menaikan sebelah alisnya saat menyadari keberadaan wanita itu. "Ada apa?" Tanya Nevalion. "Emm ... Tidak ada, hanya ingin menyapa saja." Nevalion mengangguk. "Baik, saya permisi dulu." Nina menahan langkah Nevalion dengan senyum menggoda yang terselubung di balik profesionalitasnya. "Tuan Nevalion, sebentar," katanya lembut, tubuhnya sedikit condong ke depan, aroma parfum mahal yang dia gunakan langsung menyeruak di udara. "Ya?" Nevalion menatap datar, suaranya rendah namun tegas. Wanita itu memainkan ujung rambutnya sambil melangkah mendekat, sepatu hak tingginya beradu lembut dengan lantai marmer lobi. "Saya hanya i

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 44

    Sinar matahari menyusup melalui tirai jendela kamar milik Cyra dan juga Nevalion, perlahan Cyra membuka kelopak matanya. Dia mengerjapkan mata beberapa kali untuk menjernihkan penglihatannya, tatapan wanita itu tertuju pada langit-langit kamar tersebut. Cyra memiringkan kepalanya ke samping kanan, di sana Nevalion masih tertidur pulas. Kedua matanya memerah menahan tangis, sesak di dadanya semakin menghimpit setiap kali dia menatap wajah suaminya. "Kenapa kamu melakukannya, Mas. Aku pikir kamu berbeda, ternyata aku salah." Kata Cyra sendu. Hatinya pedih, masa depan yang dia rencanakan dengan Nevalion kini terasa samar dalam ingatannya. Dia tidak tahu mengapa saat ini perasaannya sangat kacau, sulit sekali untuknya menata kembali kepingan perasaan yang di hancurkan oleh Nevalion. Perlahan, Cyra beranjak dari ranjang kemudian menyingkirkan selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Cyra beranjak menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya, hari ini dia berniat berangkat kerja lebih aw

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status