Ciuman Jupiter belum usai, ketika tangan Gwen memberi tamparan penuh kekesalan dan kecewa pada wajah Jupiter.
Jupiter tetap pada posisinya. Dengan wajah mengarah ke kanan, mematung tanpa gerak pasti. Dia hanya menunggu sampai sosok Gwen menghilang setelah meletakkan uang puluhan ribu di atas meja, sebagai bayaran minumannya.
Gwen sudah terisak keras. Dia terus menunduk karena malu. Bergegas melangkah terburu-buru, tanpa mengetahui bahwa Eric mengikutinya.
Eric meninggalkan mobilnya di sana dan memilih mengikuti Gwen yang menaiki bus, tanpa sepengetahuan Gwen. Eric benar-benar menutupi celah agar Gwen tidak mengetahui kehadirannya, di antara para calon penumpang yang akan naik dan berdesakan di dalam bus.
Bus padat penumpang, ini jam sibuk. Semua orang terburu ingin sampai cepat di rumah.
Gwen berdiri sembari berpegangan pada pegangan bus. Dia sudah mengusap habis air matanya, dan baru menyadar
Inez tercengang, dan itu hanya sekitar dua menit, tidak lebih. Lalu mulai melepas semua yang berawal dari bawah menuju atas, milik Jupiter. Tanpa jeda, membuat pikiran warasnya tersingkir seketika.Lagi pula, tidak ada yang salah dengan ini. Mereka sah suami istri. Inez hanya butuh Jupiter, itu pemikiran awalnya. Kemudian, detik ketika mereka bersatu di bawah selimut, keserakahan menguasai Inez. Dia juga menginginkan hati Jupiter, seutuhnya.Jupiter berusaha membuang kesedihan akibat ciuman yang terjadi setengah jalan tadi sore bersama Gwen. Sekuat tenaga dia menghapus pikiran tentang kesalahan yang akan berbekas selamanya pada persahabatan mereka.Jupiter tidak peduli betapa beringas dan liarnya Inez malam ini, dan berhasil lupa mengggunakan pengaman. Itu luar biasa bagus untuk Inez dan petaka besar sesaat untuk Jupiter.Inez berhasil memegang kendali kali ini. Membiarkan Jupiter menikmati permainan
Jupiter tidak perlu terburu-buru turun dari ranjang, membersihkan diri, atau menghardik Inez, setelah aktivitas percintaan mereka yang sengit. Mungkin lebih tepatnya, mereka seri dalam hal ini.Jupiter menggeliat di samping tubuh Inez yang mulus. Sama, Inez juga enggan beranjak ke manapun. Dia hanya ingin bermalas-malasan. Bahkan jika perlu, dia akan memancing Jupiter untuk melakukannya lagi.“Ada apa dengan tatapanmu itu?” Jupiter melunak, ketika melihat Inez memandangi dirinya. Dia tidak harus marah sepagi ini. Lagi pula ini pertanyaannya. Sejak apa pun itu yang mereka lakukan semalam, Inez tidak mengajaknya berdebat apa lagi bertanya. Dia lebih terlihat menikmati dan juga tampak berusaha memberikan yang terbaik.Jupiter cukup merasa berterima kasih banyak untuk hal itu, karena semalam, dia berhasil lepas sesaat dari rasa sangat tidak menyenangkan yang bersarang di sekujur tubuhnya.“Tidak ada. Aku hanya ingin men
Gwen terkejut dengan suara sarat akan kebencian dari Eric. Dia menduga-duga bahwa pasti ada sesuatu yang mengganggu di benak Eric. Pria itu kini sedang gencar memberi banyak tanda bukan hanya di leher, tapi hampir di sekujur tubuh Gwen.“Eric ...” Gwen mencengkeram rambut bagian belakang kepala Eric, dia berharap pria itu mendongak, “ada apa?”“Kau tanya ada apa? Apa aku tidak salah dengar?” Sedetik setelah mengucapkan hal itu, Eric membenci dirinya yang sudah menanyakan hal memalukan ini pada Gwen. Bukankah sudah terlewat pribadi? Harusnya dia tidak perlu terlalu ingin tahu.“Eric ...” Gwen tercengang, melepas cengkeramannya dari rambut lurus Eric yang hitam, dia cemas, khawatir dirinya salah bertanya, “maaf ... aku tidak ber—”Eric menyela dengan membungkam mulut Gwen yang belum selesai bicara. Ada emosi dan kemarahan dalam ciumannya. Eric dan Gwen menyadari hal itu. Tapi Gwen mengimbanginya, susah payah di
Gwen meremas tasnya dengan perasaan tidak menentu, setelah mengembalikan ponselnya ke dalam benda berbahan lembut itu.Dia hampir tidak berani membaca pesan beruntun dari Jupiter yang memintanya untuk segera pulang ke rumah, karena dia menunggu Gwen sejak tadi.Eric masih di dapur. Dia bersikeras ingin menyiapkan makan siang untuk mereka berdua, dan memaksa Gwen agar tetap berada di kamarnya.Sekarang Gwen gelisah. Dia tahu seperti apa Jupiter. Pria yang tidak hanya keras kepala, tapi juga keinginan. Dia pasti tidak akan pergi sampai Gwen pulang, dan itu berbahaya, jika Alexi juga ikut singgah sepulang pria itu dari kantor, nanti sore.Setelah menghela napas, merapikan diri, Gwen menuju dapur, melihat Eric yang masih sibuk dengan bahan-bahan makanannya, perlahan dia melangkah mendekat. Eric membelakangi Gwen, dan tidak menyadari kehadiran wanita itu.Gwen melingkarkan kedua tangannya di pinggang ram
“Apa lagi yang ingin kau ketahui?” Gwen menerobos cepat sebelum dirinya sendiri berubah pikiran. Sejujurnya, dia lelah. Penat karena obsesi Jupiter dan bosan pada Alexi yang mengambangkan perasaannya.Kedua pria itu menoleh, menatap Gwen dengan pandangan yang memiliki arti berbeda.“Aku ingin bertanya hal yang paling pribadi padamu,” kata Jupiter, dengan gerak pasti, dia berdiri, mengambil posisi dan duduk tepat di sisi Gwen.“Piter, sebaiknya kau lupakan hal itu.” Alexi bersungguh-sungguh saat mengucapkannya, wajah Alexi menegang tanda ia tidak menyukai tindakan salah satu sahabatnya itu.Jupiter menoleh, memberi kode agar Alexi tenang dan tidak ikut campur pada apa yang bersiap dia tanyakan. Alexi menyerah, bungkam karena tidak ingin membuat pertengkaran sebagai jawaban akhir untuk mereka bertiga, di sini. Keributan pasti akan membuat Gwen tidak nyaman di rumahnya sendiri.Di luar, Eric memb
“Aku harus bicara denganmu.” Suara di seberang terdengar percaya diri bahwa Eric akan memenuhi permintaannya tanpa protes. Ya, Inez tahu seperti apa Eric mengambil sikap untuk dirinya.“Tidak Inez. Aku tidak bisa, aku tidak mau.”Inez mendesah malas, dia berpikir ini semua karena Gwen, dia harus mengalami penolakan dengan begitu cepat. “Apa lagi yang kau tunggu?”“Apa maksudmu, Inez? Hei, dengar baik-baik, kau puas sekarang, setelah satu persatu dari kita sudah mulai menyerang Gwen? Itu maumu?” Eric meninggikan suaranya, dia tidak menyadari bahwa ketika dia mengutarakan perasaannya, maka dia berada dalam masalah. Biasanya, dan akan selalu, Eric benci terlibat dalam masalah.“Itu maunya, dia sendiri yang berani bermain api di belakang kita. Kenapa sekarang kau yang menyalahkanku? Justru dia sudah seharusnya menyadari semua kesalahannya itu. Apa kau tidak juga mengerti?”“Jelas salahmu! Itu wilayah pribadi Gwen dan Alexi. Kau kira karena kita bersahabat,
Lima hari dalam ketakutan teror tikus mati di depan pintu rumahnya setiap kali dia pulang dari kantor, Gwen memutuskan untuk mengakhirinya dengan keluar rumah mengenakan setelan olahraga.Berharap energi negatif terbuang bersama keringat yang dia keluarkan di pagi buta ini. Gwen sudah mengelilingi perumahan sekitar tiga putaran, ketika seorang pria berlari melewatinya.Bahkan jika menutup matanya, Gwen hafal aroma itu. Aroma khas Eric. Bentuk tubuh dan tingginya benar-benar Eric Fagan.Tapi Gwen ragu. Tidak mungkin Eric ada di sekitaran rumahnya di pagi buta seperti ini dengan setelan olahraga lengkap berlari mengelilingi perumahan, apalagi bersamaan dengannya.Gwen tersenyum sedih. “Ini gila. Apa aku terlalu merindukannya? Ada banyak aroma yang sama dengan tubuh yang mirip pula,” batin Gwen, berulang kali menggeleng-geleng. Merasa heran pada dirinya sendiri.Sedekat apapun hubungan persahabatan lima sekawan, dari dulu mereka seperti se
Gwen bernapas dengan mulutnya, ketika Eric seakan menyadari bahwa sesuatu yang tergambar jelas di wajahnya masih tentang mereka.“Tidak ingin menjawab?” Eric mendekat, jari-jari kakinya menyentuh punggung kaki Gwen, memberi sensasi geli yang menyenangkan.Gwen menggigit bibir bagian bawahnya, merasa Eric selalu tahu segalanya. Dan itu tidak adil bagi Gwen.“Sesuatu terjadi ...” Dia menatap langsung wajah Eric yang penuh tanda tanya, “sudah lima hari belakangan ini, aku terus menemukan bangkai tikus di depan pintu rumahku setiap kali pulang dari bekerja.”Kernyitan sekaligus keterkejutan jelas menghiasi wajah pucat Eric saat ini, pikirannya melayang entah ke mana-mana, menghubung-hubungkan setiap kemungkinan dan berakhir pada Gwen.Walaupun dia berharap Gwen juga mengakui tentang hubungannya dengan Alexi, tanpa harus dia minta, Eric bertahan untuk tetap berprasangka baik pada Gwen.“Lalu bagaimana set