Plak!Refleks tangan Rania melayang dan mendarat dengan mulus tepat di wajah Farhan. Deru napas Rania menaik turun tak beraturan karena emosi."Dasar brengsek! Apa kau tidak punya hati, hah?! Kenapa kau melakukan semua ini kepadaku? Kenapa Farhan?" teriak Rania histeris sambil menarik kerah kemeja suaminya.Tangisnya tak terbendung lagi. Dia beranjak dari duduknya lalu melemparkan benda apa pun yang ada di dekatnya ke arah Farhan. Emosinya sudah meluap hingga ke ubun-ubun.Sementara itu, Farhan tidak bergerak. Dia menerima apa pun yang dilakukan oleh istrinya untuk melampiaskan segala rasa sakit dan juga kecewa. Farhan sadar, semua ini terjadi karena kesalahannya."Maafkan aku, Rania," ucap Farhan lirih."Maaf kau bilang? Setelah semua ini terjadi, setelah membuat hatiku sakit, setelah berselingkuh dan membuat wanita lain hamil. Kau baru meminta maaf. Kau gila, Farhan! Di taruh di mana otakmu itu, hah?!" teriak Rania emosi."Aku harus bagaimana, Rani
Sejak pagi Rania tidak keluar dari kamarnya. Pikirannya sangat kacau hingga membuat dia merasa tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas apa pun.Kenyataan yang baru saja di ketahui membuat Rania merasa sulit untuk menerimanya. Tentu saja. Memangnya siapa yang tidak sakit hati pasangannya berselingkuh. Wanita mana yang rela suaminya berbagi kasih dengan wanita lain?Kalau pun ada yang mau dimadu, Rania yakin itu hanya karena terpaksa, bukan sepenuhnya ikhlas.Rania mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Dia melihat sederet angka milik Lalita menghubunginya. Rania langsung menggeser icon berwarna hijau lalu menempelkan benda pipi itu di samping telinganya."Kau sedang apa sekarang?" suara lembut dari balik telepon itu menyapa telinga Rania."Aku tidak sedang melakukan apa-apa," jawab Rania sambil menghela napas berat. "Aku bingung harus melakukan apa sekarang, La. Kenyataan ini membuat hidupku terasa hampa. Aku hancur sekarang," ucapnya lirih ta
Dinar menatap Rania dalam-dalam dengan sorot sendu dan berkaca-kaca. Dia berusaha mengambil hati dan membujuk istri dari kekasihnya itu agar membiarkan dia menikah dengan suaminya."Sebagai sesama wanita, seharusnya kau bisa merasakan apa yang saat ini aku rasakan. Kau harusnya tahu betapa menderitanya ada di posisiku sekarang," ucap Dinar serius."Mungkin aku bisa tahan walau seluruh dunia menghinaku, tapi aku tidak akan tahan jika mereka menghina anakku. Jadi, tolong izinkan mas Farhan menikah lagi denganku, demi anak yang kukandung," ucap Dinar lagi sambil menatap dalam manik Rania.Rania tersenyum simpul merasa lucu dengan sikap wanita yang ada di hadapannya itu. Dinar bersikap seolah-olah dirinya hanya korban padahal sebenarnya dia lah pemain sebenarnya."Selama ini mas Farhan sangat menginginkan seorang anak yang belum bisa dia dapatkan dari pernikahannya denganmu. Jadi, begitu mas Farhan tahu aku hamil, mas Farhan terlihat sangat bahagia. Apa kau tega men
Pria itu duduk di sisi lain bangku yang diduduki Rania. Bibir tipisnya melengkung membentuk senyum tipis yang manis."Kau sedang apa di sini?" tanya Rania.Kendrick tidak langsung menjawab, dia membuka tutup botol air mineral lalu menyimpannya di dekat Rania agar wanita itu meminumnya."Aku tidak sengaja lewat, terus lihat kamu sedang menangis sendirian di sini," ucap Kendrick.Rania tertunduk sambil menghela napas panjang, setelah itu dia mengambil botol air mineral yang tadi diberikan Kendrick lalu meminumnya sedikit."Jadi, apa sekarang kau sudah merasa lebih baik?"Rania menoleh, menatap wajah pria di sampingnya itu dengan sorot yang sulit diartikan sambil menutup botol dan menyimpannya kembali di tempatnya."Ya begitulah, cukup baik," jawab Rania asal.Tak ada yang baik-baik saja saat rumah tangga sedang diambang kehancuran. Namun, Rania tak berhak bercerita masalahnya kepada orang luar untuk menghindari fitnah."Bagaimana tanganmu?" tan
Bagai tersambar petir di siang bolong. Ungkapan Farhan baru saja begitu memekakkan telinga Rania hingga sakitnya tembus ke ulu hati. Kedua tangan Rania mengepal meremas ujung pakaian yang dikenakannya. Manik matanya mulai berkaca-kaca dan mengeluarkan cairan bening."Aku belum hamil bukan berarti aku mandul, Farhan," ucap Rania dengan suara bergetar. "Kita baru satu tahun menikah, wajar jika aku belum bisa memberikanmu seorang anak.""Kau pikir, istri mana yang tidak mau cepat-cepat memiliki anak setelah menikah? Aku juga sama denganmu, ingin memilikinya untuk melengkapi kebahagiaan kita," tutur Rania dalam tangis yang tak terbendung lagi.Farhan bergeming di tempatnya sambil mendengarkan perkataan sang istri yang hatinya telah dia lukai. Sejujurnya dia tidak sengaja mengatakan semua itu karena tak kuasa menahan kesal dan mungkin cemburu setelah melihat Rania dekat dengan pria lain."Rania, maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu," ucap Farhan. Dia berusaha untuk
Rania menghela napas panjang sembari menatap pantulan tubuhnya sendiri di dalam cermin. Wajahnya masih nampak sembab, sisa menangis semalaman.Kenyataan pahit yang tadi malam dia ketahui, berhasil menusuk-nusuk relung hati terdalamnya. Bukan hanya mendapatkan pengkhianatan, faktanya selama ini dia telah ditipu mentah-mentah oleh suaminya sendiri.Farhan, suami idaman Rania itu kini mulai menampakkan sifat aslinya. Pria itu membuka topeng yang selama ini menutupi segala niatan busuknya terhadap Rania."Aku tidak boleh menyerah. Aku harus memperjuangkan semua milikku dari orang-orang yang ingin merampasnya dariku," gumam Rania.Sorot matanya nampak tajam menatap pantulan wajahnya sendiri di cermin. Sedetik kemudian, dia kembali menghela napas panjang, berusaha menguatkan dirinya sendiri. Dia mengambil tas dan juga ponselnya sebelum pergi keluar dari kamar.Pagi ini rumahnya nampak benar-benar sepi, tak seperti pagi-pagi sebelumnya. Dia yang selalu bergelut di dapur menyiapkan sarapan un
Sepasang netra tajam menyerupai elang menyipit melihat gerak gerik mencurigakan dua pria sedang mengikuti seorang wanita yang sangat familiar baginya. Kendrick yang semula ingin mampir ke kafe, mengurungkan niatnya turun dari mobil.Dia memutuskan untuk mengikuti mobil yang melaju lebih dulu membawa Rania bersama dua pria mencurigakan tadi. Sembari mengemudi, Kendrick mencoba menghubungi seseorang untuk membatalkan pertemuan yang telah mereka sepakati sebelumnya. Pandangannya terus melihat ke depan, tak ingin kehilangan jejak mobil yang sedang dia ikuti."Maaf," ucap Kendrick menyesal. "Mendadak ada pekerjaan penting yang tak bisa aku tinggalkan sekarang," sambungnya lagi.Kendrick diam menerima kekecewaan yang terdengar jelas dikatakan oleh seseorang di seberang teleponnya. Namun, dia tetap yakin dengan keputusannya saat ini. "Aku akan menghubungimu lagi nanti. Sekali lagi, maaf."Kendrick langsung mengklik tombol yang berfungi untuk mematikan sambungan teleponnya secara sepihak tan
Langkah Farhan yang baru saja pulang dari kantor terhenti sejenak di depan pintu saat dia merasakan getaran berasal dari ponselnya. Dia membuka kunci layar dan langsung melihat pesan yang dikirimkan nomor tak dikenal. Sebuah foto dan video singkat berdurasi 5 detik yang memperlihatkan wajah Rania bersama seorang pria dalam kamar hotel.Kedua bola matanya membulat sempurna diiringi rahang yang mengeras. Refleks, Farhan mencengkram erat ponselnya sebelum kemudian dia melanjutkan langkah menuju ke rumahnya."Baru saja aku ingin menghubungi Mas, kebetulan sekali," ucap Dinar sembari berjalan menyambut kedatangan Farhan dari kantor.Sejak Rania keluar dari rumah mewah itu, Farhan mengizinkan Dinar untuk tinggal bersamanya. Selain karena sebentar lagi mereka akan resmi menikah, juga karena Farhan sangat mencemaskan keadaan Dinar yang sedang mengandung calon anaknya.Kedua alis wanita itu mengernyit dalam saat memerhatikan seraut wajah masam yang ditunjukkan suaminya."Kenapa wajah Mas ditek