Share

Towards You
Towards You
Penulis: FA Jasmine

1. Titik Balik

Lidia, sedari kecil yang hidupnya selalu dikelilingi banyak harta dan juga orang-orang yang ia sayangi, tiba-tiba saja kehilangan sebagian hidupnya dan dipaksa untuk bertahan sendirian. Saat baru saja masuk ke jenjang SMA, ia kehilangan kedua orangtuanya karena kecelakaan yang mereka alami saat pergi ke luar negeri untuk perjalanan bisnis. Lidia remaja yang mau tidak mau harus menjalani kejamnya kehidupan itu berusaha dengan begitu keras, ia juga harus kehilangan masa remaja dan masa mudanya untuk mewujudkan perintah dan wasiat-wasiat dari orangtuanya sebelum mereka meninggal.

Orangtua Lidia sadar, bahwa pekerjaan mereka yang sering kali keluar negeri dan juga memiliki banyak pesaing bisnis, bisa saja beresiko tinggi bagi nyawa mereka di saat yang sama sekali tidak terduga. Akhirnya, mereka memutuskan untuk mengurus semua surat-surat wasiat dan juga semua yang harus ditanggung oleh Lidia jika saja orangtua Lidia tiba-tiba telah tiada.

Di saat hari di mana Lidia kehilangan orangtuanya pun, orang utusan kepercayaan ayahnya langsung menjelaskan atas semua yang telah disiapkan oangtuanya untuknya. Semua terasa terlalu terburu-buru. Belum hilang rasa berdukanya, namun ia harus dihadapkan dengan semua kenyataan yang akan terasa lebih sulit yang tak pernah terbayangkan olehnya. Ia sama sekali tidak memiliki waktu untuk berduka dan waktu untuk pulih dari semua luka. Tidak sempat menangis tersedu sambil menatap jenazah kedua orangtuanya, tidak ada perpisahan terakhir, maupun bunga mawar untuk makam kedua orangtuanya.

Penjelasan panjang lebar tentang perintah orangtuanya, serta wasiat-wasiat yang ia terima melalui orang kepercayaan ayahnya dapat diterima akal sehat Lidia. Namun, sebenarnya hatinya sangat berat dan juga masih tidak bisa menerima. Apa daya, ia tidak memiliki waktu untuk memikirkan apa yang harusnya bisa dia lakukan sebagai seorang anak yang tengah berduka saat ini, ia hanya memiliki waktu untuk menganggukkan kepala serta menyetujui semuanya saja. Setidaknya, hanya itulah yang bisa ia lakukan untuk almarhum kedua orangtuanya untuk membalas semua kasih sayang telah ia terima selama ini.

Dengan sangat berat hati dan juga hati yang masih teriris-iris, Lidia mulai memahami semuanya dengan perlahan dan melaksanakan semua hal yang orangtuanya telah tinggalkan kepadanya satu persatu. Ia yang baru saja masuk ke sebuah SMA ternama di kotanya, harus pindah ke SMA biasa yang terletak di desa kecil dan pindah rumah ke daerah sana. Ini merupakan perintah pertama yang diberikan padanya. Ia harus meninggalkan segalanya, semua teman dan kemewahan yang selama ini selalu mengelilinginya. Ia harus berusaha sekuat tenaga untuk menerima semuanya, dengan perlahan.

Di desa baru tempat tinggalnya tersebut, ia hidup bersama seorang nenek di sebuah rumah sederhana. Nenek tersebut yang akan selalu mengurus kebutuhan Lidia, dari makan, hingga kebutuhan sehari-hari lainnya.

Lidia juga telah didaftarkan ke sekolah terdekat oleh orang utusan ayahnya, serta telah mengurus semua keperluan sekolahnya. Sehingga, ia bisa masuk ke sekolah kapan saja ia mau.

Di tempat barunya, Lidia pun harus mengikuti pelatihan bela diri oleh guru yang telah dibayar untuknya. Setiap hari ia harus berjalan menuju ke tempat guru tersebut, untuk menjalani pelatihan rutin.

Belum lagi pelajaran tambahan khusus untuk bisa mengelola perusahaan. Ia mempelajari semua dari dasar-dasarnya, sehingga saat kuliah nanti ia tidak akan memakan terlalu banyak waktu dan bisa segera mengurus perusahaan milik keduaorangtuanya.

Satu minggu pertama di desa tersebut, Lidia memutuskan untuk tidak masuk ke sekolahnya terlebih dahulu. Ia menginginkan beberapa waktu luang sebelum benar-benar menjalani kehidupan yang akan sangat padat dan juga menyesakkan nantinya. Ia hanya akan pergi ke pelatihan bela diri dan juga melaksanakan pelajaran tambahan khususnya saja.

Pertemuan petama Lidia untuk pelatihan bela dirinya terbilang kurang lancar, karena ia masih belum bisa beradaptasi dengan semua hal yang berbau tentang kekerasan dan pekerjaan yang berat. Ia sama sekali tak tahu mengenai dasar-dasar bela diri dan seberat apa hanya untuk pemanasannya saja.

Di tempat pelatihannya ini, sebenarnya ada sekitar tiga orang lain yang juga berlatih bela diri dengan guru tersebut. Tapi nampak sekali, bahwa murid-murid tersebut tingkatan beladirinya sudah sangat tinggi. Bahkan ada yang terlihat masih sangat muda, mungkin seumuran dengan Lidia. Namun, kemampuannya sudah sangat luar biasa.

Lidia berjalan pulang dengan rasa letihnya, ia benar-benar merasa kesulitan di saat awal-awal seperti ini. Ia sama sekali tidak yakin apakah dia bisa melewati semuanya sampai akhir nanti atau tidak.

Setelah sampai di rumah dan beristirahat sebentar, Lidia pun langsung melanjutkan kegiatannya untuk belajar dalam pelajaran tambahan yang telah dijelaskan padanya sebelumnya. Ada seorang dosen yang akan mengajarinya secara khusus privat. Banyak sekali yang harus ia pelajari juga dalam hal ini. Ia pun selalu menyelesaikan pelajaran tambahannya hingga larut malam setiap hari.

Satu minggu tidak terasa telah berlalu, Lidia pun harus mulai masuk ke sekolah barunya. Ia tidak begitu bersemangat, namun juga tidak terlalu merasa terbebani. Ia mulai terbiasa dengan semua hal berat baru yang akan ia tanggung.

Semenjak kehilangan kedua orangtuanya, Lidia memang tiba-tiba berubah menjadi anak yang sangat pendiam. Ia benar-benar menjalani semuanya tanpa banyak ekspresi. Bahkan di sekolah barunya, ia selalu diam dan menyendiri sehingga sama sekali tak memiliki seorangpun teman. Orang-orang di sekitarnya pun menjadi tidak nyaman berada di dekatnya, karena ia selalu diam dan tidak banyak menanggapi sekitarnya.

Namun, mungkin karena Lidia memiliki wajah yang sangat cantik dan mempesona, sehingga ia banyak disukai oleh para kaum adam. Tapi, tak ada seorangpun dari mereka yang dapat meluluhkan hati Lidia yang telah membatu sejak lama ini.

Karena Lidia banyak disukai oleh laki-laki di sekolah tersebut, banyak anak perempuan di sekolahnya menjadi sangat tidak suka padanya. Jadi, hingga naik ke kelas dua belaspun, Lidia sama sekali tidak memiliki teman dan bahkan ia banyak mendapat gangguan dari anak-anak perempuan sekolahnya.

Namun, hal tersebut sama sekali tidak mengganggu dirinya karena ia cerdas dan juga pandai bela diri. Sehingga, ia bisa mengatasi semua masalahnya sendiri dengan sangat baik.

Selama hampir dua tahun ini, Lidia menjalani kehidupan sulitnya tersebut dengan terbiasa. Ia terbiasa tidak tidur dan juga tidak memiliki banyak waktu untuk bersntai. Sehingga, ia sering kali tiba-tiba mimisan saat benar-benar merasa kelelahan. Namun, seiring berjalannya waktu, pada akhirnya ia juga terbiasa dengan darah yang sering mengalir dari hidungnya tersebut.

Hingga saat tahun pembelajaran kelas dua belas dimulai, ada seorang anak laki-laki bernama Gio, yang Lidia ingat ia merupakan anak dari kelasnya itu, mengungkapkan bahwa ia menyukai Lidia dan mengajaknya berkencan. Namun, dengan tegas Lidia menolaknya dan mengatakan bahwa ia sama sekali tidak menyukai anak tersebut.

Gio yang bisa dikatakan anak paling  populer dan tampan di sekolah itupun tidak terima dengan penolakan Lidia, sehingga ia terus mengganggunya. Bahkan beberapa kali berusaha untuk melakukan kekerasan fisik, namun dengan mudah Lidia mengatasinya karena ia sudah bisa melakukan bela diri.

Hingga suatu pagi di jam olahraga, tiba-tiba guru bela diri Lidia yaitu Guru Kevin, datang dan mengatakan bahwa ia adalah guru pengganti yang akan mengajar kelas mereka. Lidia menatap gurunya tersebut dengan tatapan biasa, karena memang Guru bela dirinya tersebut pernah mengatakan bahwa ia akan mengajar olahraga di sekolahnya, saat di tempat pelatihan beberapa hari yang lalu.

Gio sedari awal jam olahraga yang dilakukan di lapangan sekolah ini dimulai terus menatap Lidia dengan seringai di wajahnya. Karena, hari ini apapun yang terjadi, Gio akan mencelakai Lidia bagaimanapun caranya.

Dan benar saja, saat kelas mereka memainkan permainan bola tangkap, Gio berhasil menjegal kaki Lidia hingga jatuh tersungkur. Karena lari Lidia tadi cukup kencang, dan kakinya terlebih dahulu mendarat di atas tanah, lututnya pun terluka cukup parah. Ditambah lagi, siku dan telapak tangannya sedikit tergores hingga mengeluarkan darah, namun tidak sebanyak darah di lututnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status