Dua hari yang lalu Geum dan Yukine tiba di kota Seroja langsung mencari keberadaan Alga dari tempat tinggal Alga, tempat kerjanya juga beberapa tempat yang sering dikunjungi oleh laki-laki itu, namun selama dua hari monyet bekantan itu tidak pernah benar-benar sendirian membuat Yukine dan Geum tidak punya kesempatan untuk berurusan dengan laki-laki itu. Alga terus saja bersama dengan teman-temannya dari bekerja hingga pulang selalu bersama bahkan dua hari itu pula menginap di tempat seorang wanita."Sampai kapan kita terus menunggu kesempatan agar bisa berurusan dengan monyet bekantan itu?" gerutu Geum dengan tidak sabar karena sudah dua hari mereka mengikuti Alga dan kesabaran Geum sudah habis dibuatnya."Sepertinya kita tidak bisa lagi menunggu kesempatan," sahut Yukine."Lalu kita kita akan pulang?" tanya Geum dengan tidak percaya mereka sudah jauh-jauh terbang kemari dan pulang tanpa hasil.Sebelum menjawabnya Yukine memberikan tatapan menusuk ke arah Geum kemudian bicara pelan de
Yukine duduk sendirian di sebuah restoran kecil di kota Seroja, penampilannya cukup kusut meskipun masih menggunakan gaun milik Pitaloka namun make up-nya telah dihapus walaupun begitu kecantikan naturalnya masih tidak kalah ketika berdandan. Kota Seroja jauh lebih panas dan tempat ini hanya menyediakan kipas angin itupun tidak mencangkup keseluruhan ruangan membuat perempuan itu berkeringat banyak.Wajah cantik itu begitu kusut dan putus asa dengan banyak keringat membuatnya terlihat cukup menyedihkan. Yukine mengambil sumpit yang ada di atas meja bercampur dengan sendok dan garpu menggunakan batang sumpit itu menata rambutnya yang setengah terurai menjadi sanggul yang rapi namun masih ada beberapa helai rambut di wajahnya namun Yukine mengabaikannya."Nona," panggil seorang perempuan yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Yukine."Ya," jawab Yukine lirih."Bolehkah aku duduk?" tanya perempuan itu lagi dan Yukine hanya mengangguk sebagai persetujuan."Kamu hanya sendirian?""Ya," ja
"Aku sangat lelah," ujar Balryu sambil menyandarkan tubuhnya pada Imran. "Aku butuh istirahat lagi," gumam Balryu.Yukine melihat adegan ini hanya meliriknya sedikit, kemudian mengambil ponselnya yang masih terhubung dengan Pitaloka. Yukine sudah cukup sering melihat Imran begitu manja pada Balryu dan saudaranya tidak keberatan akan hal itu, selama ini Yukine sering bertanya-tanya kenapa saudaranya itu punya toleransi yang tinggi pada sahabatnya ini namun setelah melihat ini matanya terbuka bahwasanya bukan hanya Imran yang membutuhkan Balryu namun juga sebaliknya.Yukine memberikan isyarat pada Pitaloka untuk mengakhiri panggilan itu setelah melihat notifikasi di layarnya dari orang tertentu. Yukine hanya tersenyum ketika Pitaloka melainkan tangannya. Senyuman itu segera sirna ketika Pitaloka sudah tidak terlihat lagi segera Yukine membuka pesan dari Geum."Aku sudah menemukan keberadaan monyet bekantan itu.""?""Kota Seroja.""Lokasinya?""Semuanya sudah lengkap. informasi yang aku
Panggilan itu terhubung menunjukkan seorang gadis dengan balutan seragam yang imut sedang sibuk dengan pekerjaannya."Apa?" tanya Pitaloka ketika panggilan itu terhubung.Yukine tidak menjawab namun malah hanya tersenyum kearah kamera."Jangan menggodaku aku sedang bekerja apa suasana disana sangat membosankan hingga kamu menggangguku yang sedang begitu sibuk karena kamu tidak masuk," ucap Pitaloka lagi sambil memotong banyak pita.Konsentrasi Pitaloka terbagi antara memotong pita dan juga bicara dengan Yukine jadi tidak terlalu melihat kearah kamera namun ponselnya sendiri ditaruh didepannya, ketika melihat ke arah ponselnya lagi bukan wajah Yukine yang ada di layar itu melainkan seorang laki-laki yang nampak sedang menikmati minumannya dengan malas.Pitaloka membeku di tempatnya ketika melihat Imran yang memenuhi layarnya untuk beberapa detik Pitaloka lupa untuk bereaksi. Pitaloka seperti manekin tidak berkedip bahkan sesaat lupa untuk bernapas."Bagaimana? Bukankah dia tampan," uca
Yukine melihat mobil keluarganya terpikir di depan gerbang asramanya kemudian seorang laki-laki turun membukakan pintu belakang untuknya, Balryu berdiri di samping mobil menunggunya datang sambil terus memperhatikan Yukine yang perlahan mendatangi mobil itu. "Putri ayah begitu cantik," ujar Bumantara melihat kedatangan Yukine. Yukine hanya membalasnya dengan senyuman kemudian masuk ke dalam mobil, laki-laki itu juga mengikutinya duduk di sampingnya. Bumantara langsung menjalankan mobilnya ketika semua anggota keluarganya sudah lengkap sedangkan Xiyun memutar tubuhnya untuk bicara dengan Yukine. "Semakin dewasa kamu semakin cantik," puji Xiyun. "Bukankah ini gen dari ibu," balas Yukine. "Itu gen dari ayah," sahut Bumantara tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan. Xiyun tidak berdebat dengan Bumantara karena wajah cantik putrinya memang banyak yang mirip dengan laki-laki itu, Xiyun malah salah fokus pada gaun yang dikenakan oleh Yukine. "Gaun milikmu sangat cantik kamu be
Waktu dua Minggu berjalan begitu cepat bahkan Yukine tidak tahu akan menggunakan apa untuk menghadiri acara pertunangan saudaranya itu, acaranya digelar secara sederhana di kediaman Anila namun itu tidak mungkin sederhana seperti yang dipikirkan oleh Yukine. Sebenarnya Xiyun meminta Yukine untuk pulang karena wanita itu sudah menyiapkan gaun dan juga seorang penata rias yang akan membantunya untuk berdandan namun Yukine segera menolaknya.Xiyun tahu jika putrinya sekarang tidak pandai merias wajahnya sangat berbeda dengan putrinya yang dulu yang hampir setiap hari bersolek. Namun Yukine meyakinkan pada ibunya jika dirinya baik-baik saja meskipun dirinya tidak pandai merias wajahnya sendiri namun dengan mengandalkan kemampuannya yang pas-pasan Yukine sudah cukup puas merias wajahnya sendiri karena Yukine hanya akan sedikit mungkin menggunakan make up."Aku lupa membeli gaun," ujar Yukine padahal acaranya siang ini."Jika membeli sekarang waktunya sangat mepet, bagaimana kamu bisa melup