Hubungan Yukine dan orang tuanya masih sedikit canggung terlebih mereka sangat jarang berkumpul bersama. Yukine sibuk dengan rutinitasnya sendiri sedangkan orang tuanya memang sudah sibuk sejak awal apalagi mempersiapkan banyak hal untuk pernikahan Balryu. Sampai hari pernikahan Balryu hubungannya dengan ibunya masih seperti itu. Dipernikahan Balryu Yukine menjadi seorang yang sangat kesepian, kelurganya sibuk dengan tamu-tamu undangan sedangkan Yukine tidak memiliki kepentingan dengan orang-orang itu mungkin saja jika hubungannya dengan ibunya tidak canggung wanita itu pasti akan memanggil putrinya untuk dikenalkan pada para tamu itu akan tetapi tidak untuk sekarang. Yukine sama sekali tidak menyangka jika suatu hari orang yang ada di sampingnya ketika merasa kesepian di tengah keramaian ini adalah orang yang sering membutuhkan kesal. Yukine duduk dengan tenang di sudut dan Imran datang menghampirinya tidak mengatakan apapun hanya menikmati minumannya. Keduanya hanya memperhatikan
Kursi stainless itu sudah mengembun juga terasa dingin akan tetapi tidak dapat membuat Geum pindah dari kursi panjang itu, tubuhnya menolak pergi sedangkan pandangannya hanya tertuju pada perempuan yang sedang melakukan pelayanan pada korban-korban yang memenuhi ruangan itu, sudah berjam-jam Geum duduk mengawasi Yukine tidak ada rasa bosan sedikitpun laki-laki itu menatapnya malah begitu menikmati juga kagum dalam bersamaan melihat mantan nona besarnya yang terus bergerak kesana kemari.Rambutnya yang panjang di kepang namun karena sudah terlalu lama terus bergerak membuat anak rambutnya lolos hingga menutupi wajahnya yang nampak lelah apalagi wajar cantik itu berkeringat ingin rasanya Geum menghampiri Yukine dan memberinya sebuah tisu namun itu hanyalah sebuah angan. Yukine sedikit merenggangkan punggungnya yang kaku setelah membantu seseorang senior membalut luka pasien terakhir. Yukine memindai sekeliling seperti sedang mencari keberadaan seseorang dan pandangannya berhenti ketik
Rumah sakit dimana Yukine memulai karirnya sebagai tenaga medis terletak di pusat kota, sangat besar dengan fasilitas internasional tidak hanya gedungnya saja yang megah juga fasilitas yang mempuni, sistem dan cara kerja rumah sakit MO LING berbeda dari kebanyakan rumah sakit dalam negeri. Rumah sakit ini di bangun oleh sebuah keluarga militer awalnya hanya diperuntukkan untuk para militer akan tetapi semakin lama berkembang kini juga untuk masyarakat luas.Sistem yang dianut sangat mensejahterakan tenaga medis, bahkan calon dokter seperti Yukine memiliki gaji juga tunjangan, diharapkan sebagai calon dokter melakukan bimbingan dengan setulus hati dan lebih sungguh-sungguh. Rumah sakit ini memang terkenal mahal akan tetapi sebanding dengan pelayanan juga profesionalitasnya.Yukine sangat bersyukur bisa menjadi salah satu bagian dari rumah sakit ini jika di rumah sakit lain tidak tahu kapan dirinya bisa segera mandiri tidak lagi bergantung pada keluarganya. Yukine mengambil napas panjan
Di pemakaman yang sunyi itu terdengar suara tawa perempuan yang nyaring, bukan suara hantu ataupun menghuni pemakaman itu namun tawa seorang perempuan yang merangkak naik dari alam baka untuk menuntut balas akan kematian yang tidak adil dan kehidupan yang tidak manusiawi sepanjang hidupnya.Yukine tidak bisa menahan tawanya sampai memegangi perutnya ketika mendengar dengan jelas bagaimana kata terucap dari mulut laki-laki yang mengaku sebagai ayahnya itu. Mata Yukine sampai berair karena tertawa puas, sepanjang hidupnya di kehidupan pertama maupun kehidupan yang sekarang belum pernah mendengar lelucon yang begitu lucu sampai tidak bisa berhenti tertawa."Apa yang kamu tertawakan? Apakah ini lucu?" Yudho bingung melihat perempuan di depannya terus tertawa tidak berhenti."Ya tuan, anda begitu lucu," sahut Yukine di tengah-tengah tawanya."Kamu pikir aku sedang bergurau? Aku memang ayah dari Yukine!""Lalu apa buktinya?" Jawab Yukine dengan cepat, tawa renyah sebelumnya kini hilang tan
Mata Yukine melebar ketika melihat sosok yang berdiri di sampingnya, fitur wajah yang tidak asing, dalam beberapa saat Yukine dibuat linglung namun segera sadar ketika menggunakan sisa-sisa ingatannya tentang sosok kakeknya yang telah meninggal bertahun-tahun lalu bahkan mungkin sekarang kerangkanya pun telah tidak utuh lagi. Laki-laki ini memang memiliki kemiripan dengan wajah kakeknya akan tetapi dia seperti versi lebih muda kakeknya."Jika ini bukan kakek lalu ini siapa?" ucap Yukine dalam hati.Laki-laki itu berdiri tepat di depan makam kakeknya sedangkan Yukine berdiri tepat di depan makamnya sendiri jarak mereka cukup dekat namun Yukine masih sibuk mencari keberadaan di sisa-sisa memorinya.Yukine menutup mulutnya dengan refleks hampir kehilangan kendali ketika menyadari jika masih satu orang lagi yang telah lama tidak ditemukannya. "Aku hampir melupakan orang ini," gumam Yukine masih terus memandangi laki-laki itu.Yukine segera mengendalikan dirinya mengalihkan pandangannya ag
Selamat satu Minggu Balryu dirawat di rumah sakit selama itu pula hubungan Yukine dan orang tuanya menjadi canggung. Yukine tidak bermaksud berbohong selama ini hanya menunggu waktu yang tepat untuk menceritakan itu semua namun orang tuanya malah lebih dulu tahu sebelum Yukine menemukan waktu yang tepat. Sebenarnya ini bukanlah sesuatu yang besar hanya saja Yukine bingung memulai percakapan tentang ini dari mana.Bumantara tidak terlalu kecewa namun Xiyun sangat terlihat jelas jika ada perasaan kecewa pada dirinya sendiri juga tidak dianggap penting di mata putrinya ketika mengambil keputusan tanpa bicara terlebih dulu. Perasaan wanita memang sedikit lebih sensitif meskipun bukan masalah besar namun karena hanya merasa tidak dilibatkan membuatnya seperti tidak dianggap.Yukine tumbuh di lingkungan yang buruk tidak memiliki kemapuan untuk berinvestasi dengan baik, Yukine tidak tahu cara bagaimana mendekati ibunya sendiri dan meminta maaf akan keputusannya. Xiyun merasa bersalah karena