Perempuan itu tertidur dengan pulas di ranjangnya yang bersih dan hangat, tempat tidur yang sangat jarang digunakannya lagi namun Yukine tidak menemukan debu sedikitpun, terlihat jika ibunya merawatnya begitu dengan teliti meskipun begitu Yukine tidak menemukan barang-barangnya bergeser. Yukine masih ingat betul dimana meletakkan ponsel lamanya ponsel pemberian Balryu masih berada di tempatnya terahir kali melekatkan benda itu.Yukine melihat ruangan yang terang benderang sebelum tidur perempuan itu tidak punya banyak tenaga untuk memadamkan lampu kamarnya, Yukine terbangun jam 3 dini hari akibat tenggorokannya terasa kering. Karena sangat jarang pulang tidak ada air minum di kamarnya membuat Yukine harus menyeret tubuhnya yang masih setengah mengantuk untuk turun.Sambil menguap lebar Yukine membuka pintu hanya saja tidak menyangka jika masih ada makhluk lain yang terjaga di jam seperti ini. Yukine sedikit terkejut ketika melihat saudara laki-lakinya sedang berdiri di samping pintu k
"Aku tidak ingin berurusan denganmu sekarang, tapi kamu harus ingat jika aku seorang yang pendendam, mungkin suatu hari nanti ketika seluruh keluargaku bisa memaafkan kesalahan-kesalahan keluargamu mungkin hari itu aku baru membuat perhitungan dengan kalian," ucapan yang keluar dari mulut Yukine seperti sebuah ancaman kosong namun jika ada Geum yang mendengarnya mungkin laki-laki itu akan bersimpati pada keluarga Batanta.Yukine sudah selesai makan dan juga tidak ingin bicara dengan Anila lagi, perempuan itu bangkit ingin kembali ke kamarnya namun langkahnya perlahan berhenti ketika melihat sedikit sosok yang ada di atas mendengarkan percakapan mereka. Yukine menatap kedua wanita yang ada di meja makan sambil berseru. "Aku tidak akan melupakan masalah ini, hanya karena aku pernah berusaha menghentikan hubunganmu dengannya, saudaraku itu melarangku untuk mendekatinya dan tidak menginginkan aku lagi, mungkin masa kekanak-kanakan kami telah habis meskipun semua telah berakhir kami sudah
"Kamu tidak mempersilahkan aku masuk?" ucap Anila lirih."Tidak puaskan kamu menggangguku di kantor dan sekarang kamu datang ke rumahku?" seru Balryu dengan dingin."Aku tahu kamu tidak ingin bertemu denganku tapi biarkan aku bertemu dengan ayah dan ibumu," jawab Anila dengan wajah yang sendu."Untuk apa?!""Balryu," suara Anila meninggi. "Sebenarnya aku salah apa padamu? Bukan aku yang berbuat salah tapi ayah dan ibuku. Itu masalah orang tua kita tidak ada hubungannya denganku asalkan saja kamu tahu jika aku juga sangat tersakiti dengan fakta ini bisakah kamu melihat dari sisi pandangku.""Aku tidak peduli," jawab Balryu akan menutup pintu."Aku tidak memintamu untuk memaafkan kelakuan orang tuaku tapi bisakah kamu sedikit berbelas kasih padaku, aku tidak tahu apapun dan masih harus menanggung karma mereka berdua, ini tidak adil Balryu."" ... ""Kamu begitu menyayangi keluarga yang tidak punya ikatan darah apapun denganmu, bisa menghormati orang tuamu yang sekarang bisa begitu dekat
Yukine menyeret tubuhnya yang lemah untuk pulang biasanya tidak sampai lima menit tubuhnya langsung bisa berbaring ketika pulang ke asrama hanya saja karena sudah berjanji pada ibunya akan pulang ke rumah setelah pekerjaannya selesai terpaksa Yukine harus menempuh jalan yang panjang agar bisa beristirahat hari ini.Setelah perjalanan yang melelahkan Yukine menatap pintu rumahnya sendiri, tempat yang pernah menjadi tempat yang begitu hangat ternyata kini menjadi sedikit asing dan butuh beberapa penyesuaian lagi untuk Yukine agar bisa terbiasa seperti dulu. Sebelum mendorong pintu itu Yukine merapikan diri dan memasang senyuman agar anggota keluarganya tidak melihat rasa lelah di wajahnya."Aku pulang," ujar Yukine sambil mendorong pintu."Kamu sudah pulang," sahut Xiyun yang ada di dapur, menjulurkan sebagian anggota tubuhnya yang berbalutkan celemek.Wanita itu nampak lebih ceria daripada waktu bertemu di rumah sakit, Yukine membalas senyuman ibunya perlahan mendekat dengan mencoba ag
Yukine sedang berjalan sambil membawa peralatan medis namun langkahan terhenti ketika melihat seorang wanita sedang berdiri termangu melihatnya. Yukine akan masuk ke salah satu bangsal namun pandangannya malah melihat wanita yang familiar sedang menatapnya lekat-lekat."Ibu," gumam Yukine pelan.Yukine melihat bergantian kearah pasien yang perlu dirawatnya dan ibunya yang sedang menatapnya. Yukine bingung sendiri harus mendahulukan yang mana. "Aku akan menemui ibu sebentar saja," gumam Yukine memantapkan hati.Kemudian Yukine menggunakan langkah lebar untuk menemui ibunya yang sedang menunggu. "Ibu. Kenapa ibu datang?" "Aku ... tidak ada," jawab Xiyun dengan sedikit ragu."Aku masih harus menemui pasien. Tolong tunggu aku."Xiyun mengangguk sebagai persetujuan dan senyuman canggungnya nampak di bibirnya."Tunggu aku," seru Yukine lagi sambil kembali berjalan pergi.Xiyun terus melihat punggung putrinya yang berjalan menjauh dan menghilang masuk ke dalam sebuah ruangan, Xiyun tidak me
Jika tidak kehabisan tenaga mungkin Yukine akan lupa dengan rutinitas orang normal jika tubuh manusia fananya masih membutuhkan asupan energi bernama makanan, rutinitas makan Yukine sangat berantakan. Sekarang sudah pukul 14:21 sedangkan perempuan itu baru masuk kafetaria yang ada di area rumah sakit, bukan lagi makan siang tapi sarapan dan makan siang dijadikan satu dalam waktu bersamaan.Kali ini Yukine punya waktu satu jam untuk mengistirahatkan tubuhnya juga memberikan asupan pada tubuhnya yang sudah hampir remuk karena sejak kemarin perempuan itu sudah tidak punya waktu untuk memikirkan pernikahan Balryu yang gagal karena yang ada di otaknya sekarang terus dikejar para senior yang terus menghubunginya mengerjakan begitu banyak tugas. Apalagi terjadi kebakaran kemarin yang menimbulkan banyak korban jiwa juga korban luka-luka yang jumlahnya membuat para tenaga medis ingin menangis darah.Tidak ada waktu untuk Yukine memikirkan perasaan orang tuanya ataupun saudaranya, perhatiannya