Home / Romansa / Trap For My Stepfather / Kejujuran Sahabatku

Share

Kejujuran Sahabatku

last update Huling Na-update: 2021-09-07 12:48:50

Aku diam mematung melihat adegan di depanku, air mataku tertahan tanpa aku bisa mengedipkannya. Aku bisa melihat dengan jelas Ardian sedang berhubungan dengan Resa, sahabatku. Aku tidak pernah tahu jika kelakuan Ardian lebih brengsek dari yang aku kira. Sudah cukup, ia berselingkuh dengan seorang wanita yang tidak aku kenal. Tapi sekarang, Ardian jelas-jelas berselingkuh dengan sahabatku sendiri. Aku dikhianati oleh dua orang sekaligus membuat dadaku terasa sesak begitu saja. Oksigen di ruangan itu seperti hilang dan menguap begitu saja membuatku tak bisa bernapas.

“Kiran?” pekik Ardian dan Resa bersamaan.

Ardian turun dari atas tubuh Resa lalu dengan cepat menyambar pakaiannya yang tergeletak di mana saja. Sementara Resa, ia menyelimuti dirinya dengan selimut tebal agar tubuhnya tidak terlihat olehku.

“Kiran, Apa yang sebenarnya kau lakukan di sini? Kau baru saja mengganggu kami berdua!” tanya Ardian setelah selesai memakai celananya dan berjalan dengan cepat menghampiriku.

“Kau baru saja bertanya apa yang kulakukan di sini?” Aku tidak percaya dengan pertanyaan Ardian barusan seraya tersenyum miris menahan air mata yang terus saja mencoba keluar dari pelupuk mataku. “Kau baru saja mengkhianatiku lagi, Ardian! Dan sekarang, kau melakukannya lebih parah. Dengan teganya berselingkuh dengan sahabatku sendiri! Tidak, Resa tidak pantas aku panggil sebagai seorang sahabat lagi!”

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Resa. Ia tidak membalas pandanganku dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dapat kulihat dari raut wajahnya jika Resa ketakutan.

“Kiran, apa kau lupa jika kita tidak memiliki hubungan apa pun? Kau sendiri yang mengatakannya!” balas Ardian membuatku kembali menoleh ke arah Ardian dengan penuh emosi.

“Karena kita sudah tidak memiliki hubungan apa pun, aku bebas melakukan apa pun tanpa harus memikirkan perasaanmu. Sekarang pun, kau tidak memiliki hak untuk melarangku!” lanjut Ardian sambil tersenyum miring ke arahku.

PLAK!

Aku menampar pipi Ardian karena emosi dengan ucapannya barusan. Bisa-bisanya dia dengan mudah melakukan hubungan dengan wanita lain padahal beberapa hari yang lalu Ardian meminta-minta padaku untuk memperbaiki hubungan kita.

“Ardian, aku benar-benar menyesal sudah mengenal pria sepertimu!” Suaraku meninggi karena begitu kesal dengan perlakuan Ardian.

Emosiku pun sudah meluap-luap dan tak bisa aku tahan lagi. Ingin sekali aku memukul Ardian atau pun Resa sampai babak belur agar mereka tahu rasa. Tapi yang aku lakukan itu akan berakhir percuma saja. Aku tidak mau terlihat bodoh di mata Ardian atau Resa. Akhirnya, aku hanya bisa diam seraya menahan emosiku dengan mengepalkan tanganku.

Ardian memegang pipinya yang memerah akibat tamparan yang diberikan olehku khusus untuknya. Ia menatap nanar ke arahku seolah tidak terima dengan apa yang sudah kulakukan.

“Kau ... berani-beraninya menampar wajah tampanku?” pekik Ardian sambil menunjuk wajahku dengan jari telunjuknya.

“Tamparanku tidak cukup untuk mengobati rasa sakitku yang sudah kau lakukan padaku!” timpalku yang membalas tatapan Ardian tak kalah tajam. Rahangku mengeras, aku benar-benar menahan emosiku agar tidak keluar tanpa kendali.

“Salahmu sendiri yang datang lagi padahal kita sudah tidak memiliki hubungan apa pun! Atau jangan-jangan ... kau datang, karena tidak bisa melupakanku,” tebak Ardian dengan wajah ekspresi wajah yang menjengkelkan bagiku.

Untuk beberapa saat, aku terdiam menatapnya dengan nanar tanpa ingin membalas perkataannya. Apa aku harus mengatakan kepada Ardian jika aku tengah mengandung anaknya?

Pandanganku beralih ke arah Resa yang hanya diam menatapku dan Ardian secara bergantian. Kemudian, aku menundukkan kepalaku melihat perutku yang masih datar. Aku menarik napasku dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Tidak mungkin aku mengatakan kepada Ardian, aku tidak ingin anakku memiliki seorang ayah brengsek sepertinya.

“Aku berharap tidak pernah bertemu lagi denganmu, Ardian! Dan, Resa ....” Aku menatapnya lagi membuat pandangan kami berdua bertemu. “Aku berharap kau tidak menyesali apa yang sudah kau lakukan.”

Aku beringsut mundur meninggalkan mereka berdua. Hatiku benar-benar sakit membuat air mataku mengalir begitu saja tanpa perintah dariku. Aku tidak pernah menyangka jika aku baru saja dikhianati oleh sahabatku sendiri. Aku sudah berteman dengan Resa sejak kami sama-sama masih mengenyam pendidikan di sekolah. Bertahun-tahun kita berteman ternyata berakhir dengan pengkhianatan. Aku cukup sulit melupakan kejadian tadi yang membuatku muak dan terpaksa menelan pil pahit.

Aku berjalan dengan tegas sambil menyeka air mataku dengan kasar. Aku tidak peduli dengan pandangan orang-orang yang menatapku dengan tatapan aneh.

“Kiran,” panggil seseorang yang sangat aku kenal.

Aku menghentikan langkahku dan menoleh ke belakang. Terlihat Resa yang berlari mengejarku dengan memakai blazer dan hotpants selututnya. Rambutnya tampak berantakan tanpa ingin ia benarkan lebih dulu. Aku tersenyum miris melihat Resa yang berlari ke arahku.

“Kiran,” panggil Resa sekali lagi setelah ia berada di depanku. Resa mengatur napasnya yang tersengal-sengal karena berlari mengejarku.

“Apa kau mengejarku untuk meminta maaf padaku? Jika iya, tidak ada kata maaf untuk pengkhianat sepertimu meskipun dulu kau adalah sahabatku,” ucapku sambil memutar bola mataku karena jengah dan juga muak melihat wajah Resa.

Resa tersenyum miring lalu menyilangkan kedua tangan dan menyimpannya di depan dada. Detik berikutnya, ia menggelengkan kepalanya. “Tidak, Kiran. Aku mengejarmu bukan untuk meminta maaf. Tetapi, aku akan berterima kasih padamu karena sudah melepaskan Ardian. Kau tahu, aku sudah mencintai Ardian sejak aku pertama kali melihatnya.”

“Apa?!”

“Aku akan jujur sekarang padamu karena kau sudah tahu hubunganku dengan Ardian. Dari awal, aku tidak pernah menganggapmu sebagai teman atau pun sahabat. Aku tidak pernah menyukaimu, aku ingin dekat denganmu karena kau adalah salah satu wanita yang populer di sekolah. Dengan aku berteman denganmu, aku akan sama populernya denganmu. Berkatmu, aku memiliki beberapa kekasih tampan yang kamu tolak. Aku juga menjelekkanmu kepada mereka membuat mereka membencimu. Aku harap kamu terkejut, mendengar kejujuranku. Aku sangat senang melihat ekspresimu seperti ini,” jelas Resa panjang lebar sambil tersenyum merendahkan kepadaku.

Aku hanya bisa terdiam tanpa bisa berkata-kata. Aku tidak pernah tahu jika Resa ternyata sebusuk itu di belakangku. Selama ini, aku pikir Resa adalah sahabatku. Aku benar-benar menganggapnya sebagai seorang sahabat sampai sebelum aku tahu semuanya. Perlahan, air mataku kembali meleleh begitu saja. Aku tidak bisa menahan rasa sakitku. Dua kali aku dikejutkan oleh orang-orang brengsek seperti Ardian dan Resa.

“Resa, aku berharap kau akan mendapatkan karma setelah semua perbuatanmu padaku. Satu lagi, aku tidak mau kau muncul lagi di hadapanku. Jika kau melakukan ini, aku yakin kau akan berakhir di rumah sakit,” ucapku dengan suara bergetar karena air mataku yang terus saja mengalir tanpa aku bisa hentikan.

“Kita akan bertemu lagi, Kiran. Karena aku dan Ardian akan segera menikah.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Trap For My Stepfather   Merasa Iri

    "Sampai berjumpa lagi," ucapku kemudian kepada Olivia.Olivia menganggukkan kepalanya, lalu berjalan pergi bersama teman-temannya. Ethan datang menghampiriku dan melihatku dengan tatapan berkerut."Kenapa kau tidak ikut bersama mereka?" tanya Ethan sambil mengerutkan keningnya."Aku tidak mau kau menunggu terlalu lama hanya memperhatikan dari kejauhan," jawabku sambil menghela napasnya panjang tanpa melihat ke arah Ethan dan terus memperhatikan Olivia yang sudah mulai menjauh bersama teman-temannya."Kau bisa pergi tanpa mengkhawatirkanku," ucap Ethan lagi.Aku menggelengkan kepalaku lagi. "Olivia akan pergi untuk melihat hadiah yang diberikan oleh ayah untuknya. Aku tidak mungkin datang karena Ayah pasti langsung mengenaliku. Kita bisa melihatnya dari kejauhan saja."***Benar saja, di depan hotel Olivia dan teman-temannya menunggu kedatangan ayah. Aku dan Ethan memantau mereka dari kejauhan, meski begitu aku masih bisa mendengar pem

  • Trap For My Stepfather   Olivia Pamer

    “Dan dengan siapa kau datang ke sini?” tanya Sherly lagi padahal aku belum menjawab pertanyaan dari Kayla. Ah, itu ... bagaimana aku harus menjawabnya? “Ah, itu … aku datang untuk—” Drrt … drrt … drrt Ponsel Olivia tiba-tiba saja bergetar membuatku merasa lega karena tidak perlu menjawab pertanyaan barusan. “Sebentar, aku harus menjawab teleponnya. Ini dari Ayahku,” ucap Olivia saambil tersenyum ke arahku, lalu mulai mengangkat telepon dari Ayah itu. Aku hanya bisa melihatnya dengan tatapan nanar ketika Olivia tersenyum mengangkat telepon dari ayah. Sementara aku tidak pernah menerima telepon darinya. Jangankan untuk tersenyum seperti itu, menanyakan kabar saja ayah tidak pernah. Ayah malah memintaku untuk pergi karena tidak ingin aku dekat-dekat dengan keluarganya yang baru. Hah, Ayah benar-benar tega padaku! Aku tidak akan pernah melakukan semua yang ayah inginkan padaku. Aku akan terus memperjuangkan hakku, jika aku adalah ana

  • Trap For My Stepfather   Rencana Yang Begitu Natural

    Aku terdiam mencerna semua perkataan Ethan padaku barusan. Aku ikut berpikir setelah mengerti apa yang Ethan maksud itu. ‘Sesuatu yang tidak terduga?’ hingga sebuah ide melintas di benakku, sepertinya aku mengerti apa yang dimaksud oleh Ethan barusan.“Ethan, aku mengerti maksudmu,” ucapku sambil tersenyum dan melihat ke arah Olivia dengan penuh rencana di pikiranku.“Apa itu?” tanya Ethan sambil melihatku dengan kening berkerut.“Lihat saja apa yang akan aku lakukan.”Aku melihat Olivia dengan penuh rencana di pikiranku. Terlihat Olivia yang tidak sadar jika aku sedang memperhatikannya. Ia sibuk melihat menu yang tersedia bersama teman-temannya. Hingga tiba-tiba Olivia bangkit dari duduknya, membuatku langsung berdiri dan berjalan bergegas menghampiri Olivia.BRAK!Aku sengaja menabrakkan tubuhku ke arah Olivia, membuatku terjatuh ke lantai. Di saat yang bersamaan, Olivia langsung melihat ke a

  • Trap For My Stepfather   Pergi Ke Cafe

    “Kau benar, apa yang harus kulakukan sekarang? Apa aku juga harus memakai pakaian olah raga untuk berlari di area pantai dan bertemu dengan Olivia?” tanyaku yang merasa panik sendiri.Ethan terkekeh melihat reaksiku. “Tenanglah, Kiran! Kita akan memakai cara lain agar bisa bertemu dengan Olivia, secara natural tentu saja.”“Bagaimana caranya?” tanyaku dengan kening berkerut karena penasaran dengan apa yang akan Ethan lakukan padaku.***Ethan membawaku ke sebuah cafe yang terletak di dekat pantai. Aku mengernyitkan alisku ketika Ethan membawaku ke tempat seperti itu.“Kenapa kita datang ke sini, Ethan?” tanyaku sambil melihat ke arah sekelilingku karena tidak ada Olivia atau pun teman-temannya di sana.Ethan hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaanku. Ia duduk di salah satu kursi kosong yang terletak di dekat jendela di mana bisa melihat pesisir pantai dari sana.“Aku pernah melih

  • Trap For My Stepfather   Rencanaku

    Aku kembali tersenyum kecil seraya menghembuskan napasku dengan kasar. Aku kembali mengingat ketika ayah tidak menginginkan kehadiranku dan menyuruh aku untuk segera pergi. Aku mengalihkan pandanganku melihat lurus ke depan.“Sebenarnya, aku tidak baik-baik saja. Itulah kenapa, aku sedang berpikir untuk mencari cara agar aku bisa masuk ke keluarga Ayah,” ucapku dengan suara lirih tapi tegas.“A-pa?” pekik Ethan dengan nada suara terbata-bata. “Apa maksudmu, Kiran? Aku tidak mengerti.”“Selama bertahun-tahun, aku salah paham kepada Mommy dan menyalahkannya atas hancurnya keluargaku, tapi rupanya Ayah yang salah. Selama ini, Ayah hidup dengan baik dan bahagia bersama keluarga barunya. Aku berniat untuk membalaskan dendamku dan juga Mommy. Olivia harus tahu, jika ia memiliki saudari, dia bukanlah anak satu-satunya, seperti yang Ayah katakan saat pesta,” jelasku sambil menahan air mataku agar tidak terjatuh di depan Ar

  • Trap For My Stepfather   Pagi Cerah

    Aku terbangun pagi-pagi sekali. Terlihat Ethan yang masih tertidur lelap karena semalam pulang larut malam dan mabuk berat. Beruntungnya, aku tidak terlalu mabuk, membuat kepalaku tidak terlalu pusing. Aku membersihkan wajahku, lalu membuat teh hangat karena cuaca pagi ini yang terasa begitu dingin. Aku keluar ke balkon kamar hanya memakai kemeja putih kebesaran dan celana hotpants. Aku berdiri di dekat pembatas sambil melihat ke arah bawah menikmati suasana pagi di sana. Hingga pandanganku tidak sengaja melihat sesuatu yang menarik untuk dipandang.Dari atas sini, aku bisa melihat Olivia dan teman-temannya tengah berlari pagi. Aku juga melihat ayah menaiki mobil berwarna hitam, lalu pergi setelah melambaikan tangannya kepada Olivia. Aku tidak tahu kemana perginya ayah sepagi ini. Karena aku pun sudah lupa dengan aktivitas ayah setiap harinya.“Kiran,” panggil Ethan dari belakangku.Kemudian, aku bisa merasakan sentuhan lembut dari punggung, lalu ke

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status