Home / Romansa / Trap For My Stepfather / Dua Orang Pengkhianat

Share

Dua Orang Pengkhianat

last update Last Updated: 2021-09-03 18:22:46

Aku membungkam mulut dengan kedua tanganku sendiri. Mataku terbelalak melihat benda pipih yang ada di tangan. Terdapat dua garis berwarna merah di sana, pertanda jika aku sedang mengandung.

“Aku ... hamil?” Suaraku gemetar karena benar-benar takut. “Bagaimana bisa aku hamil?”

Aku memegang dengan erat alat tes kehamilan itu, lalu berjalan keluar kamar mandi dengan gontai. Kemudian, aku duduk di kasur dengan perasaan yang begitu gelisah bercampur takut. Kenapa aku tidak menyadari kehamilanku jauh-jauh hari?

“Ardian, kau benar-benar membuatku tersiksa meski pun sudah terlepas darimu!”

“Kiran,” panggil mommy yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Memang, kebiasaan mommy selalu seperti itu, membuat privasiku sedikit terganggu.

Dengan gerakan cepat aku langsung menyembunyikan benda pipih dan panjang itu ke belakang tubuhku. Aku tidak ingin mommy tahu jika aku hamil.

“Ada apa Mom?” tanyaku dengan suara gugup karena hampir saja aku ketahuan tengah memegang alat tes kehamilan itu.

Mommy mengerutkan keningnya ketika melihat tingkahku. Namun, dengan cepat aku mencoba bersikap sebiasa mungkin agar mommy tidak curiga.

“Mom, ada apa?” tanyaku sekali lagi karena sejak tadi ia hanya diam mematung memperhatikanku.

“Ah, apa kau lapar, Kiran? Sebentar lagi kita akan makan malam bersama. Mom harap kau akan segera turun.”

Aku hanya menganggukkan kepalaku mengiyakan keinginan mommy. Aku turun dari ranjang lalu mengikutinya turun ke lantai dasar dan langsung menuju dapur. Ethan sudah berada di dapur dan tengah memasak sesuatu. Memang, Ethan begitu pandai memasak. Umurnya berbeda 8 tahun lebih muda dari mommy. Ia juga cukup tampan untuk pria berumur 35 tahun. Tampan, kaya raya, dan juga pandai memasak, Ethan sudah seperti pria idaman setiap wanita. Aku tidak mengerti kenapa Ethan bisa mencintai mommy yang berumur jauh di atasnya. Namun, tak bisa dipungkiri mommy masih terlihat cantik dengan tubuhnya yang ramping dan juga terawat itu. Bahkan, jika aku jalan berdua bersama mommy di keramaian, orang-orang selalu menganggap kami adalah kakak beradik. Makannya tidak heran jika banyak yang mencintai mommy selain ayah.

Aku duduk di salah satu kursi yang kosong. Sudah ada beberapa makanan yang tersaji di atas meja. Tak berselang lama, Ethan datang dengan semangkuk makanan yang tadi dimasaknya, lalu disimpan di atas meja. Kemudian, kami hanya saling diam menikmati makan malam yang cukup lezat di lidah ini. Hanya ada suara dentingan piring yang saling bersahutan satu sama lain. Hingga Ethan berdehem dan menyesap segelas air putih di depannya.

“Kiran,” panggil Ethan membuatku menoleh ke arahnya. “Jadi ... apa rencanamu kali ini? Apa kau mau melanjutkan kuliahmu atau bekerja?”

Aku kembali mengalihkan pandangan dari Ethan ke arah makananku. Seketika itu juga aku menjadi tidak berselera makan. Cita-citaku masih tinggi, masa depanku juga masih panjang. Tentu saja aku ingin sekali meraih harapanku untuk bisa bekerja di tengah-tengah kota seperti yang selalu aku inginkan sejak dulu. Namun, mengingat aku yang sekarang sedang hamil membuat harapanku langsung sirna begitu saja.

“Kiran, kau sudah dewasa. Umurmu hampir menginjak 23 tahun dan kau tidak memiliki kegiatan apa pun. Mom tidak mau kau terus-menerus seperti ini. Kiran, tidak selamanya kau akan hidup bersama Mommy!” timpal mommy karena aku hanya diam saja tanpa ingin menjawab pertanyaan mereka.

“Mom, aku sedang tidak mau membahas hal seperti ini,” ucapku dengan suara yang begitu malas.

“Kiran, jangan sampai Mommy marah karena sikapmu yang seperti ini! Mom mau kau bekerja atau memiliki teman seperti yang lainnya. Bukannya mengurung dirimu sendiri tanpa ingin bergaul dengan siapa pun. Apa mungkin, kau seperti ini karena kekasihmu itu?” cecar mommy seraya menatap tajam ke arahku.

Aku hanya bisa menoleh sekilas. “Mom, aku sudah bilang tidak ingin membahas hal seperti ini. Aku akan menentukan hidupku sendiri!”

“Menentukan bagaimana? Mom benar-benar khawatir dengan sikapmu yang tidak biasanya seperti ini,” balas mommy seraya menyesap minuman miliknya.

“Sayang, sudahlah. Kiran sedang tidak mau membahasnya. Kita bisa melakukannya lain kali setelah Kiran sudah siap,” ucap Ethan mencoba menengahi antara aku dan mommy.

“Aku sudah kenyang,” ucapku tiba-tiba seraya bangkit dari dudukku lalu berjalan meninggalkan mommy dan juga Ethan.

“Kiran, Mommy belum selesai berbicara denganmu,” teriak mommy yang ikut berdiri dari duduknya. Namun, Ethan dengan segera memegang mommy dan mencoba menenangkannya.

***

Aku sudah sampai di kotaku yang lama setelah berangkat pagi-pagi sekali tanpa sepengetahuan mommy maupun Ethan. Aku melakukan semua ini untuk bertemu dengan Ardian karena meminta pertanggung jawaban setelah apa yang sudah Ardian lakukan kepadaku. Aku tidak ingin bayi ini lahir tanpa seorang ayah. Aku mengirim pesan kepada mommy setelah taksi yang kutumpangi sampai di sebuah apartemen di mana Ardian tinggal.

Aku langsung turun dan berjalan masuk ke dalam gedung yang sudah berdiri kokoh cukup lama itu. Aku mencoba menghubungi Ardian terlebih dahulu. Namun, nomor ponselnya tidak aktif. Entah Ardian mematikan ponselnya atau memblokir nomorku, hingga membuatku tidak bisa lagi menghubunginya. Aku masuk ke dalam lift lalu menekan tombol angka 9 di mana Ardian tinggal di sana. Beberapa menit kemudian, pintu lift terbuka. Aku langsung bergegas keluar dari lift dan berjalan menuju apartemen milik Ardian.

Aku menarik napasku dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Sebenarnya, dari dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku tidak ingin bertemu lagi dengan Ardian. Dengan pindahnya aku ke kota lain, aku berniat untuk memulai hidup baru dan melupakan Ardian seolah pria itu tidak pernah hadir ke dalam hidupku. Namun ternyata takdir berkata lain, membuatku mau tidak mau harus bertemu Ardian lagi. Pria brengsek itu harus tahu jika aku sedang hamil anaknya. Bagaimanapun, aku harus meminta pertanggung jawaban darinya untuk menikahiku. Aku tidak ingin membuat keluargaku malu jika aku sedang hamil di luar nikah.

Aku menekan password rumah Ardian. Beruntungnya, password-nya masih sama dan belum diganti oleh sang pemilik. Aku masuk ke dalamnya tanpa permisi karena sejak tadi Ardian tidak membuka pintu untukku. Tampak sepi tidak ada siapa pun saat aku masuk ke dalamnya. Hingga aku tak sengaja menangkap sepatu wanita di rak sepatu. Aku langsung mengerutkan keningku dan bergegas mencari keberadaan Ardian.

Ketika aku berdiri di kamar Ardian, aku bisa mendengar jelas suara desahan yang saling bersahutan dari dalam. Aku kembali mematung dibuatnya, otakku mencoba mencerna semua yang kudengar begitu jelas ini. Tanganku bergetar saat meraih pegangan pintu. Kucoba menguatkan hatiku dan membuka pintu kamar Ardian lebar-lebar. Seketika itu juga, aku tidak percaya dengan apa yang kulihat di depan mataku sendiri.

“Ardian? Resa?” pekikku dengan air mata yang mengalir begitu saja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Trap For My Stepfather   Merasa Iri

    "Sampai berjumpa lagi," ucapku kemudian kepada Olivia.Olivia menganggukkan kepalanya, lalu berjalan pergi bersama teman-temannya. Ethan datang menghampiriku dan melihatku dengan tatapan berkerut."Kenapa kau tidak ikut bersama mereka?" tanya Ethan sambil mengerutkan keningnya."Aku tidak mau kau menunggu terlalu lama hanya memperhatikan dari kejauhan," jawabku sambil menghela napasnya panjang tanpa melihat ke arah Ethan dan terus memperhatikan Olivia yang sudah mulai menjauh bersama teman-temannya."Kau bisa pergi tanpa mengkhawatirkanku," ucap Ethan lagi.Aku menggelengkan kepalaku lagi. "Olivia akan pergi untuk melihat hadiah yang diberikan oleh ayah untuknya. Aku tidak mungkin datang karena Ayah pasti langsung mengenaliku. Kita bisa melihatnya dari kejauhan saja."***Benar saja, di depan hotel Olivia dan teman-temannya menunggu kedatangan ayah. Aku dan Ethan memantau mereka dari kejauhan, meski begitu aku masih bisa mendengar pem

  • Trap For My Stepfather   Olivia Pamer

    “Dan dengan siapa kau datang ke sini?” tanya Sherly lagi padahal aku belum menjawab pertanyaan dari Kayla. Ah, itu ... bagaimana aku harus menjawabnya? “Ah, itu … aku datang untuk—” Drrt … drrt … drrt Ponsel Olivia tiba-tiba saja bergetar membuatku merasa lega karena tidak perlu menjawab pertanyaan barusan. “Sebentar, aku harus menjawab teleponnya. Ini dari Ayahku,” ucap Olivia saambil tersenyum ke arahku, lalu mulai mengangkat telepon dari Ayah itu. Aku hanya bisa melihatnya dengan tatapan nanar ketika Olivia tersenyum mengangkat telepon dari ayah. Sementara aku tidak pernah menerima telepon darinya. Jangankan untuk tersenyum seperti itu, menanyakan kabar saja ayah tidak pernah. Ayah malah memintaku untuk pergi karena tidak ingin aku dekat-dekat dengan keluarganya yang baru. Hah, Ayah benar-benar tega padaku! Aku tidak akan pernah melakukan semua yang ayah inginkan padaku. Aku akan terus memperjuangkan hakku, jika aku adalah ana

  • Trap For My Stepfather   Rencana Yang Begitu Natural

    Aku terdiam mencerna semua perkataan Ethan padaku barusan. Aku ikut berpikir setelah mengerti apa yang Ethan maksud itu. ‘Sesuatu yang tidak terduga?’ hingga sebuah ide melintas di benakku, sepertinya aku mengerti apa yang dimaksud oleh Ethan barusan.“Ethan, aku mengerti maksudmu,” ucapku sambil tersenyum dan melihat ke arah Olivia dengan penuh rencana di pikiranku.“Apa itu?” tanya Ethan sambil melihatku dengan kening berkerut.“Lihat saja apa yang akan aku lakukan.”Aku melihat Olivia dengan penuh rencana di pikiranku. Terlihat Olivia yang tidak sadar jika aku sedang memperhatikannya. Ia sibuk melihat menu yang tersedia bersama teman-temannya. Hingga tiba-tiba Olivia bangkit dari duduknya, membuatku langsung berdiri dan berjalan bergegas menghampiri Olivia.BRAK!Aku sengaja menabrakkan tubuhku ke arah Olivia, membuatku terjatuh ke lantai. Di saat yang bersamaan, Olivia langsung melihat ke a

  • Trap For My Stepfather   Pergi Ke Cafe

    “Kau benar, apa yang harus kulakukan sekarang? Apa aku juga harus memakai pakaian olah raga untuk berlari di area pantai dan bertemu dengan Olivia?” tanyaku yang merasa panik sendiri.Ethan terkekeh melihat reaksiku. “Tenanglah, Kiran! Kita akan memakai cara lain agar bisa bertemu dengan Olivia, secara natural tentu saja.”“Bagaimana caranya?” tanyaku dengan kening berkerut karena penasaran dengan apa yang akan Ethan lakukan padaku.***Ethan membawaku ke sebuah cafe yang terletak di dekat pantai. Aku mengernyitkan alisku ketika Ethan membawaku ke tempat seperti itu.“Kenapa kita datang ke sini, Ethan?” tanyaku sambil melihat ke arah sekelilingku karena tidak ada Olivia atau pun teman-temannya di sana.Ethan hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaanku. Ia duduk di salah satu kursi kosong yang terletak di dekat jendela di mana bisa melihat pesisir pantai dari sana.“Aku pernah melih

  • Trap For My Stepfather   Rencanaku

    Aku kembali tersenyum kecil seraya menghembuskan napasku dengan kasar. Aku kembali mengingat ketika ayah tidak menginginkan kehadiranku dan menyuruh aku untuk segera pergi. Aku mengalihkan pandanganku melihat lurus ke depan.“Sebenarnya, aku tidak baik-baik saja. Itulah kenapa, aku sedang berpikir untuk mencari cara agar aku bisa masuk ke keluarga Ayah,” ucapku dengan suara lirih tapi tegas.“A-pa?” pekik Ethan dengan nada suara terbata-bata. “Apa maksudmu, Kiran? Aku tidak mengerti.”“Selama bertahun-tahun, aku salah paham kepada Mommy dan menyalahkannya atas hancurnya keluargaku, tapi rupanya Ayah yang salah. Selama ini, Ayah hidup dengan baik dan bahagia bersama keluarga barunya. Aku berniat untuk membalaskan dendamku dan juga Mommy. Olivia harus tahu, jika ia memiliki saudari, dia bukanlah anak satu-satunya, seperti yang Ayah katakan saat pesta,” jelasku sambil menahan air mataku agar tidak terjatuh di depan Ar

  • Trap For My Stepfather   Pagi Cerah

    Aku terbangun pagi-pagi sekali. Terlihat Ethan yang masih tertidur lelap karena semalam pulang larut malam dan mabuk berat. Beruntungnya, aku tidak terlalu mabuk, membuat kepalaku tidak terlalu pusing. Aku membersihkan wajahku, lalu membuat teh hangat karena cuaca pagi ini yang terasa begitu dingin. Aku keluar ke balkon kamar hanya memakai kemeja putih kebesaran dan celana hotpants. Aku berdiri di dekat pembatas sambil melihat ke arah bawah menikmati suasana pagi di sana. Hingga pandanganku tidak sengaja melihat sesuatu yang menarik untuk dipandang.Dari atas sini, aku bisa melihat Olivia dan teman-temannya tengah berlari pagi. Aku juga melihat ayah menaiki mobil berwarna hitam, lalu pergi setelah melambaikan tangannya kepada Olivia. Aku tidak tahu kemana perginya ayah sepagi ini. Karena aku pun sudah lupa dengan aktivitas ayah setiap harinya.“Kiran,” panggil Ethan dari belakangku.Kemudian, aku bisa merasakan sentuhan lembut dari punggung, lalu ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status