Home / Romansa / Trap For My Stepfather / Panggilan Telepon

Share

Panggilan Telepon

last update Last Updated: 2021-09-19 18:12:39

“Ethan, apa kau lupa jika aku sedang mengandung darah dagingmu?” tanyaku dengan suara tercekat setelah perlakuan Ethan yang hampir saja membahayakan kandunganku.

Aku tidak mengerti kenapa Ethan bisa dengan mudah berubah sikap padaku. Padahal, Ethan selalu terlihat baik dan juga romantis saat bersama mommy. Lalu, kenapa ketika bersamaku Ethan bersikap seperti ini? Selalu ada kemarahan yang aku lihat di raut wajahnya membuatku merasa sedih setelah menikah. Seharusnya aku senang karena akhirnya rencanaku berhasil. Tapi ... kenapa perasaanku mengatakan hal yang sebaliknya?

“Aku hanya ingin tahu, apa yang sebenarnya terjadi malam itu, Kiran? Aku bukanlah orang yang dengan mudah meniduri wanita ketika aku mabuk!” tanya Ethan yang dengan suara tinggi saat berbicara denganku.

Aku hanya bisa terdiam sambil melihat Ethan dengan air mata tertahan. Tidak mungkin jika aku menceritakan semua yang sebenarnya terjadi. Aku tidak mau rencanaku yang sudah berhasil ini gagal begitu saja hanya karena Ethan yang berubah sikap seperti ini padaku.

“Aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu, semuanya sudah jelas,” jawabku sambil terbangun untuk kembali berdiri.

Ethan tersenyum sinis lalu menarikku kembali dengan paksa. Tangannya mencengkram erat pergelangan tanganku sampai aku bisa merasakan sakitnya.

“Ethan, kau baru saja menyakitiku!” Nada suaraku menahan rasa sakit karena cengkraman tangan Ethan. Namun, pria tampan di depanku ini tidak memperdulikan rintihan rasa sakitku.

Ethan mendorongku kembali ketika aku sampai di ambang pintu. Tubuhku terlempar keluar dari kamar Ethan. Hampir saja perutku kembali menyentuh lantai jika tidak segera aku lindungi dengan cepat. Kedua lututku terasa perih setelah menyentuh lantai dengan keras. Kemudian, aku menoleh ke arah Ethan yang masih berdiri di ambang pintu dengan wajah bengisnya.

“Aku tidak mau kau masuk ke dalam kamarku tanpa seizin dariku, mengerti?!” Ethan bersuara dengan tegas lalu masuk ke dalam kamarnya kembali dengan pintu yang dibanting menimbulkan suara yang cukup keras.

Aku hanya terdiam melihat pintu kamar yang tertutup rapat sambil menahan air mataku agar tidak terjatuh begitu saja. Aku menarik napasku dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Aku mencoba menenangkan diriku sendiri lalu berdiri kembali. Aku harus bisa tahan dengan perlakuan Ethan yang seperti itu padaku. Aku yakin, Ethan bisa luluh padaku suatu hari nanti.

***

Aku terbangun pagi-pagi sekali hanya untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang biasanya dilakukan oleh mommy. Meski malas untuk bangun tapi aku tidak mau rumah berantakan hanya karena aku tidak mau bangun pagi. Tenyata seperti ini rasanya mengurus rumah ketika orang-orang masih tertidur lelap. Rasanya begitu lelah membuatku harus beberapa kali istirahat. Entah karena aku sedang hamil sehingga aku mudah merasakan lelah atau aku yang tidak bisa melakukan pekerjaan rumah. Aku jadi teringat dengan mommy yang mengurus rumah tapi ia juga berangkat bekerja tanpa mengenal rasa lelah. Tiba-tiba saja aku merasa merindukan kehadiran mommy. Aku mengambil ponselku dan melihat sebuah foto di mana di sana terlihat aku dan mommy yang sedang berfoto di sebuah tempat wisata beberapa tahun yang lalu. Saat itu, aku masih terlihat akrab dengan mommy karena mommy masih bersama ayah. Jika dipikir-pikir, foto ini adalah hal terakhir kami pergi bersama.

Ceklek!

Suara pintu terbuka membuatku menoleh ke arah sumber suara. Terlihat Ethan yang keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi ala setelan kantoran. Aku langsung terperanjat bangun saat melihat Ethan keluar dari kamarnya. Pandangan kami bertemu sesaat sebelum Ethan benar-benar melangkahkan kakinya keluar dari rumah.

“Ethan, kau belum sarapan.” Aku berlari menyusul Ethan sambil berteriak. Namun, ketika aku sampai di depan teras Ethan sudah masuk ke dalam mobilnya dan berlalu begitu saja tanpa mempedulikan aku lagi. Aku kembali menarik napasku dan menghembuskannya dengan kasar.

Aku melambaikan tanganku meski mobil milik Ethan sudah terlihat jauh dari pandangan mata. “Apa yang kulakukan?”

Aku tersenyum kecut lalu kembali masuk ke dalam rumah dengan gontai. Suasana rumah terasa berubah, lebih hening dari biasanya. Padahal setiap hari aku berada di rumah namun aku tidak pernah merasakan kehampaan seperti ini. Apa sebenarnya yang salah? Kenapa aku merasakan sesuatu yang hampa seolah ada sesuatu yang hilang dari hidupku?

Aku kembali ke dapur dan melanjutkan aktivitasku di sana. Air mataku tiba-tiba saja mengalir begitu saja tanpa aku perintahkan. Aku tidak mengerti dengan perasaanku pagi ini. Kenapa aku bersedih tanpa sebab seperti ini? Apa mungkin karena aku sedang mengandung membuatku dengan mudah menangis seperti ini? Padahal, aku bukanlah tipe orang yang bisa dengan mudah menangis. Aku bisa menahannya sekuat apa pun. Tapi berbeda dengan saat ini, aku tampak begitu rapuh dan juga lemah membuatku benci dengan sikapku yang seperti ini.

Aku tidak melanjutkan aktivitasku karena moodku yang tidak baik. Aku lebih memilih untuk duduk santai di halaman belakang rumah dengan segelas susu hangat dan beberapa camilan di atas meja kecil yang terletak di sampingku. Di halaman belakang rumah ini terdapat beberapa bunga yang cukup indah dilihat. Semua ini berkat mommy yang suka sekali menanam bunga membuatnya terlihat begitu indah dan juga menenangkan di saat perasaan yang tidak menentu ini.

Drrt ... drrt ... drrt

Ponselku bergetar tanda ada panggilan yang masuk dari seseorang. Aku mengambil ponselku yang sengaja aku letakkan di atas meja. Terlihat nama Ethan tertera di layar ponsel. Aku mengerutkan keningku karena Ethan tidak pernah meneleponku sejak kejadian itu.

“Kenapa Ethan meneleponku?” tanyaku dengan kening berkerut lalu menggeser logo berwarna hijau dan mendekatkan ponsel ke arah telinga.

“Hallo, Ethan. Ada apa kau menelponku?”

Terdengar suara isakan tangis di sebrang telpon sana. Kemudian, sebuah fakta yang terucap dari bibir Ethan membuatku terkejut bukan main. Aku langsung berdiri dari dudukku karena tidak percaya dengan ucapan Ethan barusan.

“Apa?!” Aku terpekik, suaraku bahkan tercekat. Air mataku lolos begitu saja tanpa perintah dariku. Aku terpaku tidak bisa berkata-kata lagi. Tubuhku terasa lemas, sendi-sendi d seluruh tubuhku seolah tidak kuat lagi menopang semuanya. Ponselku terjatuh begitu saja dari tanganku.

“Ti-dak ... mungkin....” Detik berikutnya hanya kegelapan yang menyelimuti diriku karena aku tidak sadarkan diri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Trap For My Stepfather   Merasa Iri

    "Sampai berjumpa lagi," ucapku kemudian kepada Olivia.Olivia menganggukkan kepalanya, lalu berjalan pergi bersama teman-temannya. Ethan datang menghampiriku dan melihatku dengan tatapan berkerut."Kenapa kau tidak ikut bersama mereka?" tanya Ethan sambil mengerutkan keningnya."Aku tidak mau kau menunggu terlalu lama hanya memperhatikan dari kejauhan," jawabku sambil menghela napasnya panjang tanpa melihat ke arah Ethan dan terus memperhatikan Olivia yang sudah mulai menjauh bersama teman-temannya."Kau bisa pergi tanpa mengkhawatirkanku," ucap Ethan lagi.Aku menggelengkan kepalaku lagi. "Olivia akan pergi untuk melihat hadiah yang diberikan oleh ayah untuknya. Aku tidak mungkin datang karena Ayah pasti langsung mengenaliku. Kita bisa melihatnya dari kejauhan saja."***Benar saja, di depan hotel Olivia dan teman-temannya menunggu kedatangan ayah. Aku dan Ethan memantau mereka dari kejauhan, meski begitu aku masih bisa mendengar pem

  • Trap For My Stepfather   Olivia Pamer

    “Dan dengan siapa kau datang ke sini?” tanya Sherly lagi padahal aku belum menjawab pertanyaan dari Kayla. Ah, itu ... bagaimana aku harus menjawabnya? “Ah, itu … aku datang untuk—” Drrt … drrt … drrt Ponsel Olivia tiba-tiba saja bergetar membuatku merasa lega karena tidak perlu menjawab pertanyaan barusan. “Sebentar, aku harus menjawab teleponnya. Ini dari Ayahku,” ucap Olivia saambil tersenyum ke arahku, lalu mulai mengangkat telepon dari Ayah itu. Aku hanya bisa melihatnya dengan tatapan nanar ketika Olivia tersenyum mengangkat telepon dari ayah. Sementara aku tidak pernah menerima telepon darinya. Jangankan untuk tersenyum seperti itu, menanyakan kabar saja ayah tidak pernah. Ayah malah memintaku untuk pergi karena tidak ingin aku dekat-dekat dengan keluarganya yang baru. Hah, Ayah benar-benar tega padaku! Aku tidak akan pernah melakukan semua yang ayah inginkan padaku. Aku akan terus memperjuangkan hakku, jika aku adalah ana

  • Trap For My Stepfather   Rencana Yang Begitu Natural

    Aku terdiam mencerna semua perkataan Ethan padaku barusan. Aku ikut berpikir setelah mengerti apa yang Ethan maksud itu. ‘Sesuatu yang tidak terduga?’ hingga sebuah ide melintas di benakku, sepertinya aku mengerti apa yang dimaksud oleh Ethan barusan.“Ethan, aku mengerti maksudmu,” ucapku sambil tersenyum dan melihat ke arah Olivia dengan penuh rencana di pikiranku.“Apa itu?” tanya Ethan sambil melihatku dengan kening berkerut.“Lihat saja apa yang akan aku lakukan.”Aku melihat Olivia dengan penuh rencana di pikiranku. Terlihat Olivia yang tidak sadar jika aku sedang memperhatikannya. Ia sibuk melihat menu yang tersedia bersama teman-temannya. Hingga tiba-tiba Olivia bangkit dari duduknya, membuatku langsung berdiri dan berjalan bergegas menghampiri Olivia.BRAK!Aku sengaja menabrakkan tubuhku ke arah Olivia, membuatku terjatuh ke lantai. Di saat yang bersamaan, Olivia langsung melihat ke a

  • Trap For My Stepfather   Pergi Ke Cafe

    “Kau benar, apa yang harus kulakukan sekarang? Apa aku juga harus memakai pakaian olah raga untuk berlari di area pantai dan bertemu dengan Olivia?” tanyaku yang merasa panik sendiri.Ethan terkekeh melihat reaksiku. “Tenanglah, Kiran! Kita akan memakai cara lain agar bisa bertemu dengan Olivia, secara natural tentu saja.”“Bagaimana caranya?” tanyaku dengan kening berkerut karena penasaran dengan apa yang akan Ethan lakukan padaku.***Ethan membawaku ke sebuah cafe yang terletak di dekat pantai. Aku mengernyitkan alisku ketika Ethan membawaku ke tempat seperti itu.“Kenapa kita datang ke sini, Ethan?” tanyaku sambil melihat ke arah sekelilingku karena tidak ada Olivia atau pun teman-temannya di sana.Ethan hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaanku. Ia duduk di salah satu kursi kosong yang terletak di dekat jendela di mana bisa melihat pesisir pantai dari sana.“Aku pernah melih

  • Trap For My Stepfather   Rencanaku

    Aku kembali tersenyum kecil seraya menghembuskan napasku dengan kasar. Aku kembali mengingat ketika ayah tidak menginginkan kehadiranku dan menyuruh aku untuk segera pergi. Aku mengalihkan pandanganku melihat lurus ke depan.“Sebenarnya, aku tidak baik-baik saja. Itulah kenapa, aku sedang berpikir untuk mencari cara agar aku bisa masuk ke keluarga Ayah,” ucapku dengan suara lirih tapi tegas.“A-pa?” pekik Ethan dengan nada suara terbata-bata. “Apa maksudmu, Kiran? Aku tidak mengerti.”“Selama bertahun-tahun, aku salah paham kepada Mommy dan menyalahkannya atas hancurnya keluargaku, tapi rupanya Ayah yang salah. Selama ini, Ayah hidup dengan baik dan bahagia bersama keluarga barunya. Aku berniat untuk membalaskan dendamku dan juga Mommy. Olivia harus tahu, jika ia memiliki saudari, dia bukanlah anak satu-satunya, seperti yang Ayah katakan saat pesta,” jelasku sambil menahan air mataku agar tidak terjatuh di depan Ar

  • Trap For My Stepfather   Pagi Cerah

    Aku terbangun pagi-pagi sekali. Terlihat Ethan yang masih tertidur lelap karena semalam pulang larut malam dan mabuk berat. Beruntungnya, aku tidak terlalu mabuk, membuat kepalaku tidak terlalu pusing. Aku membersihkan wajahku, lalu membuat teh hangat karena cuaca pagi ini yang terasa begitu dingin. Aku keluar ke balkon kamar hanya memakai kemeja putih kebesaran dan celana hotpants. Aku berdiri di dekat pembatas sambil melihat ke arah bawah menikmati suasana pagi di sana. Hingga pandanganku tidak sengaja melihat sesuatu yang menarik untuk dipandang.Dari atas sini, aku bisa melihat Olivia dan teman-temannya tengah berlari pagi. Aku juga melihat ayah menaiki mobil berwarna hitam, lalu pergi setelah melambaikan tangannya kepada Olivia. Aku tidak tahu kemana perginya ayah sepagi ini. Karena aku pun sudah lupa dengan aktivitas ayah setiap harinya.“Kiran,” panggil Ethan dari belakangku.Kemudian, aku bisa merasakan sentuhan lembut dari punggung, lalu ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status