“Uweeek ... orang yang sedang jatuh cinta ternyata sememualkan itu untuk dipandang ...” ujar Jane lagi mengejek Tilly yang hanya tertawa ringan. Dia tidak menyangkal meski tidak juga mengiyakan.
“Case close. Kalau sudah sama-sama cinta sih tidak ada menariknya lagi!” ujar Jane sambil mengigit burgernya dan mulai mengunyah.
Tilly terkekeh lagi tapi juga menambahi, “Tapi dia itu orangnya berbeda. Tidak seperti pria-pria lain. Aku bisa merasakan perjalanan hidupku ke depannya akan menarik, unik, dan penuh tantangan. Karena bersamanya.”
Jane mendengar itu, terdiam sejenak, lalu dia berlagak mau muntah lagi.
Tilly hanya tertawa saja. Entah kenapa dia merasa begitu bahagia. Saat dulu bersama Romeo saja dia tidak pernah merasa seperti ini.
Jika dia pikirkan, perlakuan Sergio semalam, sangat membuat Tilly merasa diagungkan. Sergio yang begitu penuh hasrat masih berusaha keras menahan dirinya.
Padahal andai Sergio
“Aku lebih suka masak sendiri untuk makanan ku.” Hanya itu jawaban Sergio, membuat Tilly sangat tidak puas.Tapi Tilly tidak memrotes lagi. Dia sudah lapar dan segera saja menyantap dengan lahap. Sementara itu, Sergio menyelesaikan masakan yang sudah dimulainya sedari tadi.Begitu selesai, Sergio bergabung dengan Tilly di meja makan. Pria itu ternyata hanya memakan kentang kukus dengan telur rebus.“Kau hanya makan itu?” tanya Tilly tercekat. Perbedaan makanan mereka bagai langit dan bumi.Sergio mengangguk. “Sudah biasa,” katanya lagi.“Kau terlalu irit atau memang pelit?” tanya Tilly tiba-tiba yang teringat pada sekarung kayu yang disimpan Sergio di gudang lusuhnya itu.“Tidak keduanya. Aku hanya menerapkan pola makan sehatku.”Tilly menatapnya terheran-heran. Tapi Sergio tidak memedulikan tatapannya. Namun dia menambahkan, “Kentang dan telur ini tanpa garam.”“Oh ...” Akhirnya Tilly pun paham.Selesai makan, Sergio me
Mereka saling diam saat berada dalam perjalanan pulang. Sergio tidak ambil pusing.Dia terus melajukan mobil seperti biasanya. Seakan tidak ada siapa-siapa di sana.Tilly pun malas bersuara.Setibanya di rumah, Sergio turun dan disambut oleh seekor anjing liar di sana.Anjing itu menyalak hebat pada Tilly. Tapi Sergio menghampiri dan mengelus kepalanya hingga anjing itu akhirnya diam dan mengendus-endus tangan Sergio.Setelah anjing itu tenang, Sergio masuk ke rumah kemudian keluar lagi dengan sekantong tulang burung dara yang disimpannya kemarin. Diberikannya pada anjing liar itu.Sambil berjongkok, Sergio masih terus mengelus dan mengamati anjing itu makan dengan lahap.Padahal dari sudut matanya, dia memperhatikan Tilly yang berdiri terpaku menatap interaksinya dengan anjing itu. Kemudian, Tilly merasa kesal lagi tiba-tiba. Mungkin teringat akan percakapan mereka tadi.Karenanya, gadis itu masuk ke dalam rumah.Sergio
Sergio tiba di apartemen lama Tilly. Dia turun tergesa-gesa lalu menaiki lift menuju lantai unit Tilly.Setibanya di sana, dia menemukan pintu apartemen tertutup rapat.Sergio menggedor berkali-kali tapi tidak ada jawaban.“Sial!” Sergio meraup rambutnya, berpikir haruskah dia mendobrak pintu ini?Tapi bagaimana jika ternyat Tilly tidak ada di dalam sana?Itu berarti dia hanya menjadi perusak properti orang lain?Dia bisa ditangkap.Sedang memikirkan itu, ponselnya tiba-tiba berbunyi.Travish menelponnya!Sergio menjawab dan hatinya langsung gemetar tapi juga lega dengan apa yang disampaikan Travish.“Tilly ada di rumah baru kalian, tapi dia tidak bisa masuk. Kau di mana? Mau kuantar Tilly padamu, atau kau yang ke sini?”“Biar aku ke sana. Tapi jangan tinggalkan dia sendirian.”“Tentu!”Sekejap saja, Sergio sudah kembali ke mobil dan tancap gas.
“Kenapa kau tidak membawa mobilmu, Till?” tanya Aldrick saat Tilly sudah duduk di kursi penumpang dan selesai memasang seat belt.“Oh, itu ... mobilku lagi di bengkel,” ujar Tilly berbohong. Dia tidak ingin menceritakan apapun tentangnya dan Sergio pada Aldrick.“Oh, jadi tadi kau datang ke kantor naik apa?” pancing Aldrick yang sangat ingin Tilly memberitahunya hubungan gelapnya dengan Sergio.“Tadi ... ehm ... naik taxi.”“Oh, begitu. Ngomong-ngomong saat kau pulang mendadak dari bioskop aku mengikutimu pulang waktu itu, Till. Dan kulihat kau bukan kembali ke apartemenmu. Apa kau sudah pindah?”Tilly terkejut mendengar bahwa Aldrick sempat mengikutinya dan mengetahui rumah pemberian ayahnya itu. Ditatapnya raut Aldrick. Wajah itu tenang dan ramah seperti biasanya, sulit untuk menebak apa yang sedang Aldrick pikirkan.Karena itulah, Tilly memilih jujur.“Iya, aku sudah pindah. Rumah itu hadiah dari ayahku. Karena .. err ... aku gagal
Tilly menggegas langkah kakinya menuju gudang.Sudah cukup sepi di sana, tapi pintu masih belum dikunci. Itu tandanya Sergio masih berada di dalam sana.Tilly masuk diam-diam dan membuka sepatunya. Dengan hanya beralaskan kaki polos, Tilly melangkah perlahan. Sepatu ditentengnya di tangan.Dia tidak ingin bunyi sepatunya bergema dan membuat Sergio menyadari kehadirannya di sana.Cukup lama Tilly mengitari gudang yang begitu luas, hingga Tilly menemukan sosok Sergio di lorong tumpukan kayu paling ujung.Pria itu tampak sedang meneliti gelondongan kayu cendana yang masih belum dibersihkan, belum diperhalus.Tilly mengintip dari balik tumpukan kayu yang sudah siap dikirim.Sergio tampak memilah kayu cendana yang isinya terlihat besar. Kemudian memisahkannya sendiri.Ada sekitar lima kayu yang sudah dipisahkan. Dan semua itu adalah yang secara sekilas tampak berkualitas bagus.Sergio masih memilah hingga tumpukan tersendiri
Tilly tidak mengerti kenapa topik ini diangkat kepadanya.Dia bukan orang yang tepat untuk diajak bicara mengenai tanggung jawab data dan stock barang yang ada.Di depannya, Aldrick menghela napasnya seakan terlihat pasrah.Lalu katanya, “Ada yang melapor padaku, setiap kali hasil cendana ditimbang, selalu ada yang disimpan tersendiri.Kau tau sendiri kan, kayu cendana tidak terlalu besar. Kalau pun dapat yang besar, itu jarang-jarang.Dan untuk mengangkut 10-100 kilogram itu tidak sulit. Tinggal gunakan mobil yang tepat ditambah akses keluar masuk yang ada, bereslah penyelundupan itu terjadi!”Tilly masih tak mengerti. “Lalu untuk apa menyelundupkan kayu hanya puluhan kilo? Memangnya bisa dapat uang berapa kalau hanya segitu?”“Astaga, Tilly! Yang kubilang ini kayu mahal. 10 kg saja sudah bisa hasilkan lebih dari gaji karyawan menengah di sini!Lagipula kalau dia berhasil mengumpulkan 10 kg tiap t