Travish lalu membuat manik matanya ke atas, lalu dia setengah memejam seolah-olah sedang berusaha melihat sesuatu yang tak terlihat.Tubuhnya lalu berguncang ringan denagn kedua matanya terlihat nyaris berwarna putih semua.Tak lama kemudian, Travish berhenti dan kembali normal, tapi dia berkata dengan sangat serius, “Oh, aku bisa melihatnya dengan lebih detil. Usia kakek tepatnya tinggal 10 hari lagi.”“Diam kau!” Pablo berteriak sampai sekujur wajahnya tampak merah padam. “Kau pikir aku akan percaya?!”Dia benar-benar marah, tapi lebih tepat lagi ... takut.Satu tahun yang lalu, Pablo sempat merasakan gejala tidak enak di dadanya. Dia sering merasakan sesak napas dan tenggorokannya pun terasa sakit.Dia sudah ke dokter, diberi obat, tapi sesak dan sakitnya itu kembali lagi.Dokter lalu menyarankannya untuk melakukan pengecekan lebih mendalam dengan melakukan CT Scan.Namun, Pablo terlalu takut untuk itu.Dia akhirnya melakukan terapi uap dari obat herbal dan gejalanya pun mulai bera
Hati Trevor sama takut dan hancurnya dengan Tamara.Triplet merupakan hartanya yang paling berharga dalam hidupnya. Tesoro-nya.Dia tak pernah sebahagia saat mengetahui bahwa Triplet adalah darah dagingnya.Kenapa sekarang tesoro-nya malah menjadi sasaran dari orang yang membencinya?Hati Trevor penuh dengan kutukan terhadap pelaku di balik penculikan ini.Jika memang orang tersebut membencinya, seharusnya dia yang dijadikan sasaran, bukan keluarganya!Itu baru jantan! Bukan seperti ini!Beraninya hanya pada anak kecil!Sungguh Trevor rasanya ingin menembakkan nuklier ke si pelaku. Sampai dia mengetahui siapa pelakunya, dia takkan melepaskan orang itu!Dengan segala rasa frustrasinya, Trevor berusaha membawa tubuh Tamara dalam pelukannya, berusaha menenangkannya.Tapi Tamara mendorongnya.“Cari mereka! Tidak perlu hibur aku! Aku akan mati kalau mereka tidak kembali ke sisiku dalam keadaan hidup!”Tamara meneriakkan itu semua dengan sorot penuh kemarahan bercampur frustrasi yang tak bi
Ketika Trevor tiba di mansion. Dia turun dari mobil lalu langsung menuju paviliunnya. Di sana, langkah kakinya panjang dan cepat menuju kamar.Dia membuka laci nakas seperti yang dikatakan Tamara.Pada awalnya dia tidak melihat ada kotak cincin.Tapi Trevor yakin Tamara tidak mungkin membohonginya lagi.Dia meraih ke bagian dalam dan menemukan kotak itu.Dibukanya dan terlihat di dalamnya cincin berlian Sweet Josephine yang begitu indah.Ketika Trevor menutup kotaknya lagi, Trevor berharap dari dalam hatinya bahwa Tamara akan menerimanya di saat dia melamarnya dengan pantas next time.Kali ini pasti ... pasti dia akan melamar dengan pantas.Trevor pun menyimpan dalam saku celananya.Dia keluar dari paviliun dan mendapati Betty.Wanita itu sepertinya telah mengetahui kedatangan mobilnya sedari tadi dan memberitahukan orang tuanya. Karena ketika Betty menghadapnya, wanita itu memberitahu bahwa orang tuanya ingin bertemu.Terpaksa Trevor menuju mansion utama terlebih dahulu padahal tadin
“Itu hanyalah nafsu belaka,” ujar Tamara sembari membuang pandangannya lagi dari Trevor.Dia tidak ingin melihat wajah Trevor saat ini karena pembicaraan ini sungguh membuatnya tak nyaman.“Tidak, Tamara, tidak mungkin itu hanya nafsu belaka. Sudah bertahun-tahun lamanya aku tidak pernah tidur dengan wanita manapun, Tamara. Sejak malam bersamamu, aku tidak pernah lagi menyentuh wanita manapun!”Informasi ini cukup mengejutkan Tamara. Tapi lagi-lagi Tamara merasa heran untuk apa dia mengetahui hal seperti ini?Rasa-rasanya dia tak perlu mengetahui ini semua. Karena mereka memang tidak sedang menjalin hubungan apapun. Jadi, signor satu ini tidak perlu menjelaskan apapun padanya.Sembari mengusap ujung hidungnya, Tamara berkata lagi, “Enam setengah tahun lalu, kau bisa memerawaniku. Apa itu karena cinta? Tidak kan? Jika kau bisa meniduriku tanpa cinta, maka kau tidak meniduri siapa-siapa bukan berarti karena kau sudah mencintaiku.”“Memang tidak, Tamara, tapi ... perasaan ini tumbuh dan
Kedua bola mata Trevor hampir terkejut melihat apa yang ada di antara kedua pahanya.Apalagi dia mengenakan pakaian tidur berbahan lembut.Kaos oblong tanpa lengan, lalu celana panjang berbahan tipis dan lembut, tanpa celana dalam.Sungguh bodoh!Saking malunya Trevor sampai terjatuh dari sofa tempat dia tidur.“Itu akibat kau tidak kunjung menerima cincin dariku!” tuduh Trevor dengan wajah merengut tak sedap dipandang.Di hadapannya, Tamara tentu saja terkesiap.“Aku yang salah?” Tamara seakan tak bisa berkata-kata lagi.“Iya!”Kini Trevor yang sudah berdiri di depan Tamara pun berkacak pinggang. Namun ternyata apa yang menantang belum juga meredup padahal sudah tersantuk lantai tadi.Gegas Trevor mengambil bantal demi menutupi tubuhnya dari pinggang ke bawah.Tatapannya pun masih garang menatap Tamara. Semua karena dia terlalu malu.Melihat tingkah Trevor seperti itu, Tamara pun tak berniat membahasnya lagi. Dia melengos pergi membuat Trevor merasa kesal karena segala rasa malunya s
“Kenapa dengan tanganku?” tanya Trevor seakan tidak mengerti.Namun yang menyebalkannya adalah dia mengangkat tangannya dan menggunakannya untuk menyugar rambutnya.Tamara jadi tidak memiliki bukti bahwa Trevor mengelus-ngelus kepalanya.Signor satu itu pun sudah duduk diam lagi dalam diam dan mengamati triplet berbincang seru.Namun tiba-tiba dia meraih jari jemari Tamara dan mengamatinya. Lalu dia pun bertanya pada Tamara, “Di mana kau simpan cincin berlian pink yang kutaruh di tasmu?”“Aku tidak menyimpannya.” Tamara menjawab sedikit ketus sambil menarik tangannya dari tangan Trevor.“Tidak menyimpannya?” tanya Trevor seraya tak percaya. Hatinya juga mencelos lagi karena tak berhasil menggenggam tangan Tamara.“Iya, aku tidak menyimpannya. Kau sudah lihat sendiri kan di tas ku tidak ada cincin itu.”“Lalu? Kau pindahkan ke mana?”“Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti cincin apa, berlian apa.”Trevor mendelik kesal pada Tamara. Bagaimana bisa dia mengaku tidak tahu tentang cinci