Tamara segera memalingkan wajahnya dengan menahan malu.Sungguh dia seperti sedang tertangkap basah mengamati diam-diam, padahal dia sedang merenung, bukan mengamati Signor satu itu. Hanya tatapannya saja tidak sengaja mengarah ke sana.Beruntung baginya, Trevor pun tidak menanyakannya. Pria itu kembali berkonsentrasi pada jalanan di depan mereka.Thea dan Tilly masih terus bernyanyi riang. Dengan Travish dan Bibi Beatrice sebagai pendengar setianya.“Kita mau ke mana ini, Daddy?” tanya Thea secara tiba-tiba ketika mereka tak kunjung tiba di restoran sama sekali.“Hmm, ke tempat yang istimewa,” sahut Trevor tanpa menjelaskan dengan terperinci.“Iya, tempat istimewa itu ke mana, Daddy? Daddy kok sekarang suka maen rahasia- rahasiaan, ya?” celoteh Tilly menanggapi ayahnya itu.Trevor pun mengecilkan lagu yang didengar Thea dan Tilly agar percakapan mereka lebih terdengar jelas.“Ya, kalian kan penumpang istimewaku. Duduk saja, nanti sampai tinggal turun. Anggap saja kalian adalah prince
Logan ingin menjawab sebagaimana adanya.Dia sudah tersenyum ramah, tidak ingin menimbulkan konflik dengan seorang Signor Trevor.Namun, ketika dia menatap ke arah wajah Trevor, tanpa diinginkannya senyum di wajahnya perlahan mengerut.Wajah tak bersahabat Trevor, serta aura tak bisa dibantah Trevor seakan membuat nyali Logan menciut entah ke mana.Lidahnya kelu mendadak.Dan ketika dia hendak menjawab, tatapan tajam Trevor seakan memaksanya menjawab yang tak dia kehendaki.“Iy- Iya, Signor. Tadinya be- begitu. Tapi aku baru ingat, aku harus ke supplier.”Trevor meninggikan lagi wajahnya begitu mendengar jawaban Logan yang berubah arah.Dia seakan memberikan kode bahwa itu jawaban yang ingin didengarnya dari Logan.Kedua mata Trevor pun akhirnya mengedip sebagai tanda dia puas dengan jawaban Logan.Tanpa disadarinya, napas Logan mengembus lega perlahan dari dadanya.Namun, Tamara tidak bisa menerimanya.“Tapi tadi katamu mau makan siang dan jalan-jalan bersama anak-anak. Tidak bisakah
“Ih, daddy mana sih? Tadi ngasih bunga, sekarang menghilang! Apa daddy jangan-jangan langsung pulang ya?”“Hah! Masa daddy langsung pulang? Bukannya mau ngajak kita makan dan jalan? Janji semalam aja tidak ditepati.”Thea dan Tilly kembali mengeluh karena tiba-tiba saja Daddy mereka tidak menampakkan batang hidungnya. Padahal mereka ingin agar daddy bisa mengajak mommy dan mereka naik mobil daddy.Saat seperti itu, tiba-tiba Travish menyahuti mereka, “Paman Padre hanya janji makan malam di kemarin malam sama menghadiri acara ini. Tidak ada janji mengajak jalan-jalan dan makan lagi. jangan menambah-nambahi!”Terang saja pelototan Thea dan Tilly langsung menancap tepat di muka Travish.“Biasanya juga kalau Daddy datang pasti ajak jalan-jalan, wueeek!”“Iya, Thea benar!”“Ya, terserah kalau tetap mau mengharapkan janji yang belum dijanjikan!”Mereka bertiga sudah mode siap bertengkar lagi sampai-sampai Tamara harus melerai mereka.“Sudah, sudah. Jangan bertengkar lagi. Kita masih di aula,
Trevor merasakan hatinya tertusuk jarum tipis namun panjang saat menyadari Tamara mematikan ponselnya.Dia pun berencana menuju tempat Tamara di tengah malam.Sayangnya, Trevor ketiduran.Dia baru terbangun saat fajar sudah menyingsing.Dengan tergesa-gesa Trevor membereskan barangnya.Saat akan pergi, ibunya pun telah sadar dan terlihat ingin bicara. Trevor menemani ibunya selama beberapa saat. Menanyakan keadaannya, apakah masih ada bagian tubuh yang terasa sakit.Trevor masih mengambilkan air minum dan menyuapi ibunya.Setelah itu semua, bertepatan dengan Betty yang datang untuk menjaga ibunya.Karena itulah Trevor terlambat tiba di sekolah Triplet.Apalagi saat menuju sekolah, Trevor masih menyempatkan diri untuk membeli buket bunga untuk triplet.Rasanya tidak lengkap jika dia tiba dengan tangan kosong.Memasuki pintu aula, Trevor melihat tepat kelas triplet yang sedang tampil.Hatinya berdegup kencang bercampur haru.Dia bersandar di dinding sebelah pintu sembari menatap ke arah
Pagi tiba dengan Thea dan Tilly bangun dalam mood yang buruk.Mereka langsung menanyakan Tamara.“Apakah ada pesan dari Daddy semalam? Adakah Daddy menelpon memberitahu kenapa Daddy tidak datang semalam?”Tamara melihat dua pasang mata yang berbinar penuh harap di hadapannya.Hatinya kembali teriris melihatnya, terutama ketika dia harus menjawab dengan gelengan kepala.“Iiiih, Daddy menyebalkan! Awas ya kalau dia masih tidak datang juga!”Serentak Thea dan Tilly mengungkapkan kekesalan mereka.Tamara menyuruh mereka bersiap.Sehabis mandi, mereka mengenakan pakaian baru yang telah dipilih Tamara semalam.Setelah selesai, Tamara merias wajah mereka dengan make up tipis. Lalu rambut mereka yang coklat seperti Tamara pun disisir sampai halus lalu digelung tinggi hingga menjadi ikat cepol dua kanan dan kiri.Setelah selesai, Tamara menatap ke cermin sambil tersenyum pada mereka.“Kalian cantik sekali, seperti putri raja.”Thea dan Tilly menatap cermin, tapi tidak tersenyum.“Senyum dong,
Bulan semakin tinggi. Waktu sudah menunjukkan jam makan malam, tapi Trevor masih belum bisa meninggalkan ibunya.Kondisi ibunya belum stabil.Sedangkan ayahnya sudah kelelahan dan harus beristirahat.Trevor sampai melupakan janjinya pada Tamara dan triplet.Ketika dia teringat, waktu jam makan malam sudah terlewat.Trevor mengambil ponsel dan mulai menghubungi Tamara.Tut, tut, tut.Trevor menatap tak percaya pada layar ponsel.Panggilannya tidak tersambung?Trevor pun mengirim pesan chat, meskipun dia ragu akan deliver sampai ke Tamara.[Tesoro ...]Trevor mengirim, tapi pesan itu hanya bercentang satu.Trevor menatap tak percaya.“Ck!” Dia benar-benar kesal.Hanya karena dia tidak bisa datang, Tamara langsung menonaktifkan ponselnya?Dengan penuh frustrasi, Trevor mengacak rambutnya. ***Tamara menatap jarum jam yang terus bergerak hingga waktu makan malam pun telah tiba.Tidak ada Trevor.Tidak ada pesan sama sekali yang masuk.Dipandanginya room chat dengan Trevor. Hatinya te