Alena berjalan keluar dari gedung auditorium setengah jam kemudian. Lima belas menit lagi jam enam, Alva akan menjemputnya. Tangannya memegang bingkisan yang dikirim Alva, ternyata isinya adalah coklat Ritter Sport kesukaan Alena, di dalam kotak berbentuk hati. Alena tersenyum sendiri mengingat cara Alva menebus ketidakhadirannya di pentas drama tadi.
Di luar cukup dingin, angin berhembus kencang. Alena sudah memakai pakaian hangat lengkap. Ia duduk di kursi taman depan fakultasnya, sambil mendekap bingkisan dari Alva. Suasana sudah mulai sepi. Langit sore di awal bulan Februari ini gelap dan memberi kesan sendu."Alena...," suara yang dikenalnya menyapa dari belakang. Alena menoleh. Luis berjalan menghampiri. Ia memakai mantel musim dingin berwarna biru navy, dan membawa tas jinjing di tangan kanannya. "Lagi apa kamu di sini?" tanya Luis, dahinya berkerut."Luis... Aku lagi nunggu dijemput," jawab Alena. Ia mulai gugup,Seminggu kemudian, nilai akhir semua mata kuliah Alena diumumkan. Alena mendapat A plus untuk mata kuliah Seni Akting, yang membuktikan kalau perannya dalam drama musikal diakui bagus oleh sang dosen. Ia juga mulai terkenal di kampusnya, gara-gara perannya sebagai Odette dan Odille itu. Beberapa klub teater independen, yang dibentuk oleh para seniornya di kampus, menawari dia untuk bergabung dengan mereka. Dia juga mendapat tawaran casting dari sebuah agen periklanan lokal, untuk menjadi model iklan mereka. Sepertinya pentas drama kemarin juga dihadiri para pencari bakat lokal. Tapi Alena masih menimbang-nimbang tawaran tersebut."Casting iklan?" tanya Alva, alisnya terangkat.Sore itu, Alena baru saja bercerita tentang tawaran yang diterimanya. Hari ini mereka pulang lebih awal dari kampus, sehingga Alva mengajak Alena berjalan-jalan di sekitar Sungai Spree. Mereka berdua sedang duduk di salah satu kafe, yang banyak terdapat di sepanjang tepi sungai
Musim panas yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Mini konser Klinik Glück diadakan hari Sabtu sore, di auditorium milik Fakultas Musik, Universitat der Kunste. Professor Meyer, dosen Alva, telah banyak mendukung dengan mengajukan dana untuk membiayai konser, serta mengajukan izin penggunaan auditorium.Dari jam dua sore, anak-anak dari Klinik Glück yang akan mengisi acara serta para staff klinik telah tiba di auditorium. Alva dan teman-temannya terus mempersiapkan semua yang dibutuhkan, mulai dari audio, alat musik, kamera, sampai pencahayaan panggung. Sebagai mahasiswa Fakultas Musik, mereka sudah dilatih menyiapkan fasilitas untuk konser musik secara mandiri, tentunya dengan tetap dibantu oleh vendor untuk beberapa bagian. Alena kagum melihat bagaimana Alva dan teman-temannya begitu kompak dan saling mendukung. Mereka benar-benar bekerja keras untuk proyek non-profit ini.Alena, Tante Jenna, dan beberapa staff klinik membantu anak-anak berganti kostum. Konser ak
Setelah selesai dengan proyek Klinik Glück, seminggu kemudian, Alva mulai sibuk lagi dengan proyeknya yang lain, termasuk tawaran pekerjaan dari sebuah galeri seni untuk mempromosikan karya mereka melalui foto. Alena teringat, Alva pernah menceritakan tentang tawaran ini sekitar enam bulan yang lalu, tapi waktu itu Alva tidak menerimanya, karena masih sibuk dengan proyek Klinik Glück."Ini galeri seni yang sama, yang pernah kamu ceritain waktu itu?" tanya Alena.Hari Sabtu ini, Alva mengajak Alena ikut dengannya ke galeri seni tersebut. Mereka tiba di depan sebuah bangunan bernuansa klasik yang tampak mewah, papan namanya bertuliskan Galeri Seni Mueller."Iya, pemiliknya kenal Onkel Hanz," sahut Alva."Jadi dia nggak keberatan, nunggu sampai proyek kamu selesai?" tanya Alena lagi.Alva memandang Alena sambil tersenyum. "Aku nggak tahu, Sayang... Mungkin dia belum ketemu fotografer yang cocok, atau yah...memang ini rezeki buat a
Tugas akhir kelas Seni Akting semester kedua kali ini adalah teater gerak atau pantomim. Alena pernah mendapatkan materi ini waktu ekstrakurikuler teater di SMA, tapi ia sadar, ia tidak terlalu bagus dalam pantomim. Justru yang lebih menonjol adalah Jill, ia tampak sangat bagus dalam setiap kali latihan. Bahkan Luis yang melatih mereka juga memuji Jill.Dari jam dua siang ini, mereka semua sedang berlatih di atas panggung. Penilaian akhir akan berlangsung sebulan lagi. Latihan praktek pun digabung, antara kelas Jurusan Teater dengan Jurusan Akting. Alena sudah mendapat giliran tampil. Ia duduk di bawah panggung bersama teman-teman lainnya. Zahara hari ini tak bisa ikut latihan praktek karena sedang izin, keluarganya dari Afrika Selatan sedang berkunjung ke Berlin.Jill sebentar lagi akan tampil, dan entah kebetulan atau bagaimana, pasangan tampilnya adalah orang yang paling tidak disukainya, Paula. Mereka berdua naik ke atas panggung saat dipanggil. M
Mereka tiba di depan apartemen Paula. Dari tadi, Alva sudah berulang kali menelepon Alena lagi, tapi Alena sengaja tidak menjawabnya. Ia tak mau berdebat lagi dengan Alva di depan orang lain. Ia hanya mengirim chat, mengabari kalau ia masih di jalan menuju apartemen Paula, dan bahwa ia bisa pulang sendiri setelah itu. Ia juga meminta Alva untuk pulang duluan ke rumah.Paula mencondongkan badannya ke depan, di antara kursi Alena dan Luis. "Aku duluan ya, Alena. Makasih udah temanin aku. Makasih juga tumpangannya, Herr Sanchez...," katanya dengan suara manis.Ia mengedip pada Alena, Alena hanya tersenyum menatapnya. Kemudian Paula dengan cepat keluar dari mobil.Alena menghela nafas. Ia melepaskan sabuk pengamannya, dan bermaksud untuk membuka pintu mobil. Pintu terkunci. Ia mencoba membuka tombol kunci, tapi tidak bisa. Luis pasti telah menguncinya secara otomatis."Herr Sanchez...""Luis, Alena...," protes Luis. Ia sekara
"Symphony Orchestra?" tanya Alena."Iya, itu nama orkestranya Universitat der Kunste. Banyak seniorku yang udah join di situ," jawab Alva, matanya memandang Alena.Sore ini, mereka berdua sedang duduk-duduk di sebuah gelateria, kafe es krim khas Italia, tidak jauh dari pinggir Sungai Spree. Musim panas memang waktu paling tepat untuk menikmati es krim yang lezat di Berlin. Kebetulan kuliah mereka hari ini sudah selesai jam empat sore, masih ada waktu beberapa jam untuk menikmati sore berdua.Alva baru saja bercerita, ia ditawari untuk mengikuti audisi Symphony Orchestra, sebuah orkestra profesional milik Universitat der Kunste. Tentu saja bergabung dengan orkestra ini adalah impian semua mahasiswa Fakultas Musik. Sepertinya keberhasilan Alva menjadi ketua proyek mini konser Klinik Glück menarik perhatian sang konduktor orkestra, sehingga menawari Alva untuk ikut audisi, semacam seleksi untuk pemain orkestra.Alena memand
Kaki Jill mulai membaik, ia sudah masuk kuliah lagi. Ia tak perlu memakai tongkat kruk, tapi pergelangan dan jari kakinya masih diperban. Setelah bertemu Zahara, ia langsung mencurahkan semua kekesalannya terhadap Paula dengan berapi-api. Zahara, seperti biasanya, akan mendengarkan dengan tenang. Alena hanya tersenyum melihat tingkah temannya itu. Ia memilih untuk mempersiapkan diri menghadapi tugas akhir semester kedua ini.Di kampus, ia berkali-kali bertemu Luis, terutama saat latihan praktek untuk tugas akhir mata kuliah Seni Akting. Alena teringat kata-kata Alva, bahwa Luis bisa saja memakai cara nekat untuk mendekatinya. Tapi Alena tak pernah sendirian, dan ia juga tidak memberi Luis kesempatan untuk berdua dengannya.Seperti yang sudah mereka bicarakan, selama seminggu ini, Alva menjemput Alena di kampus saat pulang, menemaninya naik kereta sampai stasiun terdekat dari rumah Tante Jenna, kemudian Alva akan naik kereta lagi menuju g
Penilaian dan tugas akhir semester kedua Alena sudah berakhir. Ia bisa menikmati liburan musim panas selama tiga minggu, sebelum kuliah dimulai lagi. Awal musim gugur nanti, kuliah Alena mulai masuk semester tiga, sedangkan Alva masuk semester empat. Nilai-nilai Alena dan Alva cukup bagus, ia berharap mereka bisa menyelesaikan kuliah dalam waktu lebih cepat.Alva juga sudah menyelesaikan urusannya dengan Brigitte. Katalog fotonya jadi dalam waktu seminggu, setelah kejadian di restoran hari Jumat itu. Alena merasa, Alva pasti sengaja mengerjakannya secepat mungkin.Pada hari Sabtu minggu berikutnya, Alva pergi ke galeri seni Brigitte untuk menyerahkan hasil pekerjaannya, ditemani oleh Alena, dan ia juga sengaja mengajak Om Hanz. Alena tertawa geli setiap kali mengingat kejadian hari itu. Wajah Brigitte sepertinya kurang senang, waktu melihat mereka berdua datang bersama Om Hanz, walaupun ia berusaha menyembunyikannya, dan menyambut Om Hanz dengan ramah. Hasi