Musim semi hampir berakhir. Alena baru saja memperpanjang kontraknya sebagai model iklan Nivea, sepertinya perusahaan produk kecantikan tersebut menganggap Alena cukup berhasil mewakili produk mereka. Ia langsung ditawari kontrak selama tiga tahun ke depan. Alena sendiri juga menyukai produk tersebut, sehingga ia memutuskan untuk melanjutkan kontraknya.
Sebaliknya, kontrak Paula sepertinya tak diperpanjang lagi, karena Alena tidak pernah bertemu dia lagi, saat launching produk, maupun saat syuting iklan.
Keberhasilan Alena menjadi model iklan sepertinya menarik perhatian merek lain juga. Ia mendapat tawaran baru untuk menjadi model iklan tas merek Liebeskind, sebuah merek terkenal di Berlin, yang memproduksi tas, sepatu, aksesoris, dan fashion, terutama untuk anak muda. Kebetulan, Alena sendiri selalu memakai tas ransel dengan merek tersebut."Kalau kamu merasa cocok sama produknya, terima aja, Sayang... Kontraknya cuma setahun kok," saran Alva."Tante, tolong tunggu di lobby sebentar ya... Aku mau cari Alva...," kata Alena pada Tante Jenna, lalu ia buru-buru menuruni undakan, dan berjalan menuju pintu yang sama dengan Brigitte.Alena mendengar Tante Jenna memanggilnya dengan nada bingung, tapi pikirannya tertuju pada Alva. Ia sudah sampai di depan pintu samping itu, ketika ia mendengar suara Luis memanggilnya."Alena...!"Alena menoleh, Luis tampak berjalan menghampirinya. Tapi Alena tak punya waktu untuk Luis, ia ingin tahu ke mana Brigitte pergi. Ia membuka pintu itu, ada sebuah lorong panjang dengan ruang-ruang kecil di kiri kanan lorong. Alena berjalan masuk ke lorong itu. Ia bisa mendengar suara Luis terus memanggil, sepertinya Luis juga mengikuti dia."Alena... Kamu mau ke mana?" seru Luis.Alena menoleh ke belakang. "Maaf, Luis, aku ada perlu sebentar..."Ada beberapa crew berlalu-lalang di lorong itu, membawa alat-alat. Tapi untungnya, mereka tidak menghal
Alena dan Alva memilih tidak menghabiskan energi untuk memikirkan tentang Luis dan Brigitte. Mereka berdua punya kesibukan yang lebih bermanfaat, daripada mengurusi kehidupan pribadi orang lain. Alena sudah menerima tawaran kontrak selama setahun dari Liebeskind, untuk menjadi model iklan produk tasnya. Ia beberapa kali melakukan pemotretan dan syuting iklan, termasuk juga menghadiri acara promosi. Sejauh ini, Alva masih selalu sempat menemaninya, karena Alena sudah membuat kesepakatan dengan pihak Liebeskind. Ia bisa mengatur jadwal, sesuai waktu luang yang dia miliki.Alva masih sibuk dengan pekerjaannya di studio Talent, dan menyusun skripsi. Ditambah lagi, Professor Meyer menawarkan proyek baru pada Alva dan teman-temannya, berupa pembuatan soundtrack untuk sebuah film layar lebar. Alva mengerjakan proyek tersebut di kampus dan juga di studionya. Ia sepertinya benar-benar menikmati semua pekerjaannya, dan namanya semakin dikenal di kalangan profesional.
Awal bulan Desember, sesuai rencana, Alva menjalani sidang skripsi. Sidang diadakan pada hari Rabu siang. Alena sengaja meluangkan waktu datang ke kampus Alva saat sidang, untuk memberi dukungan dan semangat. Selain dosen pembimbing dan penguji, orang lain tidak dapat masuk ke ruang sidang, karena merupakan sidang tertutup. Alena menunggu di depan ruang sidang, bersama kedua teman Alva. Mereka adalah Karl dan Christoph, teman bisnis Alva di Studio Talent. Karl berasal dari Jerman, sedangkan Christoph berasal dari Austria."Alva benar-benar kerja keras belakangan ini. Dia nggak pernah tolak proyek dosen, dia ngebut nyusun skripsi, dan hebatnya, dia masih sempat ngerjain job di studio. Dia selalu ngecek kerjaan staff kami di studio, biarpun harus sampai malam. Aku benar-benar salut sama Alva...," Christoph bercerita pada Alena, saat mereka bertiga menunggu Alva, di luar ruang sidang skripsi."Iya, dia emang perfeksionis, tapi da
Mereka naik lift menuju lantai 17. Alva jelas memiliki akses untuk bisa masuk dan menggunakan lift apartemen, padahal sistem keamanan apartemen selalu ketat. Apakah benar...?Alva masih tetap tidak berkata apa-apa, sampai mereka tiba di depan pintu sebuah unit apartemen. Di depan pintu tertulis Unit 17-A. Alva menoleh memandang Alena."Sayang... Ini salah satu impian, yang pernah aku bilang mau aku wujudkan," ucap Alva dengan suara lembut. "Dan kamu yang paling pertama tahu..."Alena terpaku memandang Alva. Mulutnya serasa terkunci. Jantungnya berdetak makin kencang. Alva membuka pintu dengan kunci di tangannya, dan menggandeng tangan Alena untuk masuk.Alena terperangah. Apartemen itu masih baru, bau cat samar-samar tercium. Warna dindingnya didominasi putih, dengan lantai ubin berwarna putih gading. Begitu masuk, mereka langsung disambut oleh ruangan luas, dengan jendela kaca besar yang memanjang dari atas sampai ke bawah, sehingga ruangan i
Keesokan harinya, Alva benar-benar mewujudkan keinginannya untuk pindah ke apartemen barunya. Om Hanz dan Tante Clara membantu Alva mengemasi barang-barangnya. Mereka bahkan juga membelikan peralatan yang belum lengkap di apartemen, misalnya peralatan dapur, peralatan kamar mandi, dan beberapa perabot, seperti rak sepatu, meja samping tempat tidur, dan meja kerja. Tadinya Alva menolak, tapi Om Hanz tetap bersikeras memberikan sebagai hadiah. Alena terharu, melihat betapa tulusnya Om Hanz terhadap Alva.Sampai siang, Alena membantu Alva berberes-beres di apartemennya. Tante Clara sudah membawa bahan makanan, untuk mengisi kulkas dan untuk dimasak. Alena membantu Tante Clara memasak makan siang, sekaligus mencoba kompor dan kitchen set baru di apartemen. Mereka menikmati makan siang di meja makan yang terletak di balkon. Alma tampak senang, karena merasakan suasana baru di apartemen.Namun, ketika Tante Clara dan Om Hanz mengajaknya pulang, Alma baru menyadari Al
Di bulan Februari, Alena dan Alva mengikuti ujian semester. Bagi Alva, ini adalah ujian terakhirnya. Seminggu kemudian, kabar gembira datang. Alva dinyatakan lulus semua ujian, dan ia dapat mengikuti wisuda di bulan Maret. Satu langkah besar lain di dalam perjalanan hidup Alva.Alena terkenang kembali, perjalanan dan perjuangan mereka berdua, mulai dari mereka duduk di bangku SMA, berjuang untuk bisa kuliah di Berlin, saat mereka berhasil sampai di Berlin dan masuk Studienkolleg, ketika Alva diterima di Fakultas Musik Universitat der Kunste, sampai akhirnya Alva lulus setelah menyelesaikan enam semester. Bagi sebagian orang yang tidak tahu, mungkin jalan Alva terlihat begitu mudah dan mulus. Namun Alena tahu benar, bagaimana kerja keras, disiplin, dan tekad kuat dari Alva, yang membawa ia mampu menyelesaikan semuanya.Kini perjalanan Alva memasuki babak baru lagi. Ia sedang berjuang untuk masuk program doktoral. Ia juga sedang merintis bisnis profesionalnya
Libur musim panas sudah di depan mata. Alena sudah mengabari Papa dan Mama, tentang rencana kepulangannya bersama Alva. Tentu saja keluarganya sangat bahagia, mengingat Alena sudah hampir empat tahun tidak pulang ke Jogja. Ia ingat, ketika terakhir kali video call dengan keluarganya. Papa, Mama, dan Kak Evan, terlihat sangat bersemangat menunggu kedatangannya. Tapi Alena masih belum menyampaikan apapun tentang Alva, karena ia tak mau mendahului rencana Alva. Ia tidak tahu pasti, apa yang akan Alva bicarakan dengan orang tuanya. Memikirkannya saja sudah membuat wajahnya merona, dan jantungnya berdebar-debar.Awal bulan Juli, tepatnya di hari Senin pagi, Alena dan Alva berangkat ke Jogja. Om Hanz mengantar mereka berdua ke Bandara Brandenburg International. Tante Clara juga ikut mengantar, tapi ia sepertinya tak bisa tenang sepanjang perjalanan."Maaf ya Alena, Tante nggak bisa ikut... Kerjaan Hanz di rumah sakit nggak bisa ditinggal, Alma juga masih ad
Jumat jam tujuh pagi, Alva menepati janjinya, untuk datang ke rumah Alena di Jogja. Ternyata ia tidak naik motor, melainkan menyewa sebuah mobil SUV."Biar nyaman, soalnya perjalanan lumayan jauh," kata Alva, waktu ditanya oleh Alena mengapa ia menyewa mobil. Alena bertambah penasaran, memangnya mereka mau ke mana?Alva mengemudikan mobil ke arah Wonosari, Gunung Kidul, dengan panduan peta GPS. Sekitar satu jam kemudian, mereka tiba di Goa Pindul. Alena sudah sering mendengar tempat wisata ini, tapi belum pernah mengunjunginya."Ah… Jadi kita mau ke gua?" tanya Alena, saat mereka tiba di depan gerbang masuk Goa Pindul."Kamu udah pernah ke sini?" Alva balik bertanya."Belum..." Alena menggeleng."Aku juga belum, aku pingin coba sesuatu yang seru," sambung Alva, sambil tersenyum memandang Alena.Mereka berganti pakaian dengan wetsuit di kamar ganti yang disediakan. Ternyata Alva mengajak mereka melakukan cave