"Bubar!" perintah El, kali ini, membuat semua karyawan yang berada di sana kocar-kacir melarikan diri dari pandangan El dan Dareen, menyelesaikan pekerjaan mereka kembali. Ada yang benar-benar kembali bekerja, ada yang pura-pura membersihkan meja, menyusun berkas, ada juga yang terlihat biasa saja, saat El dan Dareen berjalan meninggalkan kantor.
"Huh! Dia pergi kan? Tuan kita sudah pergi kan?" tanya seorang wanita, teman dari wanita yang sudah berani menyapa Dareen.
"Tenang! Tuan sudah pereg! Kau aman sekarang!" jawab wanita itu ringan, ia seolah tak punya salah apapun pada semua karyawan, temannya bekerja.
Plakk!
Teman wanita itu memukul lengan nya cukup keras, hingga menimbulkan suara yang nyaring, "aww..., Kenapa memukulku?" pekik wanita itu.
"Kau benar-benar ya Sovia? Kau memang pantas untuk ku pukul! Sudah beberapa kali aku bilang? Jangan so menyapa Tuan saat siang hari! S
Zoya berjalan gontai sepulang dari sekolahnya. Ia berjalan seolah tanpa arah. Pikirannya berkecamuk, melayang kesana-kemari seolah terbagi. otaknya pun berputar lebih cepat, mencari berbagai macam cara untuk mendapatkan uang agar sekolahnya tetap berlanjut. Paling tidak! Sampai ia keluar sekolah menengah atas dan mendapatkan ijazah. Mungkin setelah ia mendapatkan ijazah, hidupnya akan sedikit berubah. Pikir Zoya. Walaupun sebenarnya Zoya ingin sekali melanjutkan pendidikan sampai ke universitas dan berkuliah, menggapai cita setinggi langit. Zoya terus berjalan, langkahnya mungkin gontai, dan pikirannya kemana-mana. Namun tidak dengan matanya, yang terus menyusuri, menatap dengan teliti, setiap bangunan kota yang ia lewati. "Dua minggu! Bagaimana caranya aku mendapatkan uang dalam waktu dua minggu?" Zoya bergumam sendiri sambil terus berjalan, menyusuri setiap sudut bangunan, berharap jika ada keajaiban, dengan tulisan lowongan pekerjaan.
"Perkenalkan Tuan! Ini Rosana, sekretaris saya!" ujar Axel memperkenalkan sekretarisnya pada Dareen. Deg El mulai berkeringat dingin! Ia memperhatikan wanita bernama Rosana itu dari atas sampai bawah. Cantik, seksi, dan menggoda Tiga kata yang langsung menjadi kesan pertama saat El melihatnya. Jika saja yang melihatnya adalah pria lain, mungkin saja pria itu akan langsung terpesona dengan kecantikan dan penampilannya. Namun tidak untuk Dareen. Pria dingin itu sudah pasti akan merasa sangat muak saat melihat apalagi berdekatan dengannya. "Selamat siang Tuan Dareen, sekretaris El! Saya Rosana. Sekretaris Tuan Axel!" Rosana mengulurkan tangannya dan menyapa dengan nada suara yang lembut dan terkesan manja. Cukup lama Rosana mengulurkan tangannya, namun tak satupun dari Dareen ataupun El yang membalas uluran tangan dari Rosana hingga- - "Maafkan saya nona, tapi sepertinya..., Anda tidak usah berb
Beberapa jam berlalu. Dareen merasa kerjasamanya kali ini, begitu memuakkan. Lantaran sedari tadi, Rosana terus menerus mencuri pandang ke arahnya, membuatnya mual saja. Ia ingin segera mengakhiri semua ini, namun saat Dareen hendak berdiri, gerakannya terhalang oleh El."Sebentar lagi Tuan!" ujar El pelan."Menyebalkan! Aku muak dengan wanita ini!" batin Dareen. Ia bergumam kesal karena wanita itu terus menerus mencuri-curi pandang kepadanya. Hingga disaat yang tepat, Dareen membalas tatapan Rosana dengan tatapan mematikan, membuat Rosana bergidik ngeri seketika itu juga."Hah! Ternyata sulit untuk menaklukan hatinya. Dia menatapku tajam, seperti seorang yang ingin menerkam mangsanya hingga tewas. Tapi tenang saja! Cepat atau lambat, kau akan segera bertekuk lutut dihadapanku Tuan Dareen Danendra!" bermodalkan wajah yang cantik dan mempesona, serta tubuh yang seksi dan menggoda, Rosana sangat yakin bisa menaklukkan hati
"Jawab El bod- - ucapan Dareen terhenti saat tiba-tiba saja ia melihat seseorang yang sedang berjalan dengan wajah sumringah."Bocah itu!" ujar Dareen sambil menatap kedepan. Karena penasaran, El pun ikut membalikkan badan untuk melihat siapa yang dimaksud oleh Dareen. Dan saat ia berbalik dan melihat siapa yang Dareen maksud- -"Zoya!" gumam El dengan mengernyitkan dahinya."Sedang apa bocah bodoh itu disini?" Dareen nampaknya penasaran dengan kehadiran Zoya di restoran yang sedang ia kunjungi ini. Apa yang sedang ia lakukan? Kenapa dia bisa ada di restoran yang cukup mewah ini? Bersama siapa dia kemari? Berbagai pertanyaan itu berseliweran di kepala Dareen tanpa ia minta."Hei bocah!" Teriak Dareen saat suasana restoran sedang cukup ramai. Zoya yang sedang melangkahkan kaki menuju pintu luar pun, langkahnya terhenti, saat tiba-tiba saja ia mendengar seseorang memanggil kata bocah.
"sedang apa kau di sini bocah?" bocah! Bocah! Bocah! Panggilan bocah itu terus terngiang-ngiang di telinga Zoya. Apakah Zoya sekecil itu? Hingga Dareen terus saja memanggil Zoya dengan sebutan bocah!"Kau tuli ya?" tanya Dareen kemudian."Enak saja! Mengataiku tuli," gumam Zoya dalam hati."Maafkan saya Tuan, saya tidak mendengarkan!" keberanian, kemana perginya keberanian itu? Keberanian Zoya seakan lenyap hanya karena Dareen menatapnya dengan tajam."Sudah ku duga! Kau memang tuli!" senyum kecil nan mengejek terukir jelas di bibir pria tampan yang memproklamirkan dirinya sebagai Tuan kepada Zoya. Hingga Zoya membulatkan matanya saat melihat senyum kecil itu."Kau menertawakan dan mengejekku. Kau sangat senang jika aku tertindas dan merasa diriku bodoh dan buruk di hadapanmu ya?" batin Zoya. Hanya dalam hati ia bisa membalas semua ucapan Dareen dengan cara yang tak k
"Saya sedang melamar pekerjaan Tuan!" jawab Zoya spontan, beriringan dengan terkejutnya Zoya yang sampai melompat."Beraninya kau melamar pekerjaan saat kau masih terikat kontrak dengan Perjanjian yang sudah kau buat sebelumnya kepadaku," Dareen benar-benar garam. Ia memberikan tatapan mata tajam pada Zoya, yang tidak seperti biasanya."Sa- -"Siapa yang menyuruhmu untuk mencari pekerjaan lain? Kau adalah pembantuku. Dan selama menjadi pembantuku, kau tidak aku izinkan untuk bekerja dimana pun itu!" Dareen memotong ucapan Zoya dengan mengingatkan posisi Zoya saat ini. Bahkan Dareen juga menjelaskan kembali soal statusnya di hadapan Zoya."Saya hanya akan bekerja disini saat malam hari tuan!" Zoya menyela, dan itu membuat Dareen tidak suka."Susah memang, jika menjelaskan sesuatu kepada orang yang tuli seperti dirimu," Dareen memandang rendah Zoya, "kau tidak pernah menginga
Dareen menahan amarahnya, matanya memerah, hidungnya sudah kembang kempis dengan napas yang terengah-engah. Ia merasakan suatu kemarahan yang berbeda saat mendengar cerita Zoya.Bagaimana bisa? Pikir Dareen dalam hati. Bagaimana mungkin ia merasa marah saat ia mendengar cerita gadis bodoh yang berstatus sebagai pembantu kontraknya itu, yang terdengar begitu menyedihkan. Tapi itulah kenyataannya, Dareen memang benar-benar marah. Ia marah dan geram karena hanya ia lah yang boleh memperlakukan Zoya dengan sesuka hati. Menyakitinya, merendahkan statusnya, menghinanya, dan hal hal yang menyakitkan lainnya, hanya ia lah yang boleh melakukan semua itu terhadap Zoya. Dan itu sama sekali tidak boleh dilakukan oleh siapapun. Karena yang sudah menjadi milik Dareen Danendra, tidak boleh dimiliki oleh orang lain. Termasuk menyiksa Zoya. Karena Zoya adalah miliknya, dalam artian Zoya adalah pembantu nya, selama kontrak masih berlangsung."Kenapa anda terlihat sangat marah tuan
"Ja-ja-jangan mendekat! Mau apa kau mendekatiku," ketakutan, Zoya sudah merasa sangat ketakutan, saat El terus berjalan mendekat, di tambah dengan wajah datarnya, yang semakin membuat Zoya takut.Tidak ada jawaban. El terus mendekat hingga-Hap!Tas di tangan Zoya dalam waktu sekejap mata sudah berada di tangan El. Pria itu benar-benar melakukannya dengan waktu yang amat cepat. Bagaimana bisa? Pikir Zoya, ia tak habis pikir. Cepat sekali dia, dia juga kuat. Karena Zoya memegang tas nya erat. Namun dalam waktu sekejap mata, bisa merebutnya, dan kini sudah berada di tangannya."Berikan tas ku?" ujar Zoya, sambil melompat-lompat untuk mendapatkan tas nya, karena El mengangkatnya tinggi."Tidak mau!" ketus El, "jika kau bisa. Maka ambil saja tas mu ini dari tanganku," lanjut El dengan terus mengangkat lebih tinggi tas Zoya."Kenapa kau melakukannya hah?" tanya Zoya