Share

BAB 22. Menahan Rasa Malu.

“Apa yang kamu butuhkan untuk saat ini, Ratih?” tanya Deva dengan lembut.

“Di mana liontin milikmu? Aku butuh liontinmu, Deva.” Harapan Ratih semakin besar saat ini.

“Entahlah, aku sudah lama tidak meihatnya. Nanti setelah menikah, saat aku mengatur barang-barangku pindah ke kamarmu, akan aku cari sekalian yah,” jawab Deva lagi.

Ratih mengangguk, tidak apalah menunggu beberapa hari. “Aku akan membantumu untuk membereskan barang-barangmu,” ucap Ratih.

“Kalau begitu sekarang istirahatlah, besok kita masih harus mengurus masalah Yoga Budiman dan masalah barang yang tertutar di gudang papaku.” Deva lalu beranjak dan mengantarkan Ratih sampai di depan kamar.

“Selamat malam, Deva.” Ratih lalu masuk dan mengunci kamarnya dari dalam.

Suara ketukan pintu berulang membangunkan Ratih dari tidurnya. Tubuhnya terasa cukup lelah pagi ini, ia menarik badan sejenak sambil menguap selebar-lebarnya.

“Duh, Deva! Kenapa pagi-pagi sudah mengganggu saja.” Ratih ngedumel sambil membuka pintu kamarnya.
Lee Lizbet 88

Halo readers, semoga malam aku bisa update minimal satu lagi yah. Happy reading, jangan lupa dukung aku dengan tab love cerita ini.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status