Share

BAB 4. Penawaran Deva atas Ratih.

Penulis: Lee Lizbet 88
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-30 10:05:11

Bukan untuk melawan yang kesekian kalinya lagi, tapi Ratih hanya ingin memastikan jika langkah yang akan diambilnya adalah langkah yang benar. Ratih juga tidak tau, apakah dia bisa kembali ke masa lalu lebih dari sekali atau tidak?

“Karena itu adalah amanat dari bundanya Deva, sebenarnya Eyang Buyut bundamu dengan Eyang Buyutnya memiliki sebuah perjanjian, Nduk.” Sebuah rahasia baru kembali terungkap.

“Apa, perjanjiannya Ayah? Apa, Ayah tau?” Ratih menjadi penasaran.

“Entahlah, yang pernah Ayah dengar, turunan mereka harus ada yang menikah. Tapi, lebih tepatnya kamu bisa tanyakan kepada bundamu. Yang jelas, terlepas dari perjanjian itu, Deva adalah anak yang baik. Tidak ada pilihan yang paling sempurna di tempat ini selain Atmadeva, Nduk.”

Ratih tidak menyangka perkataan ini akan terucap saat ini. Seharusnya ayahnya mengatakan ini sepulang persta ulang tahunnya. Ayah juga akan mengatakannya sambil menahan amarahnya, tapi saat ini Ayah justru menjelaskannya dengan santai.

Sama, seperti tadi saat Ratih memberikan uang lima ratus ribu kepada Rangga. Kalimat yang keluar dari mulutnya juga sama seperti yang terjadi masa depan. Ratih mengerti sekarang, merubah suatu tindakan tidak serta merta merubah segala rentetan kejadian di masa depan.

“Ayah, Ratih setuju untuk menikah dengan Deva. Ratih mau nurut sama Ayah dan Bunda,” ucap Ratih sambil memegang kedua telapak tangan Darman.

Tatapan Darman penuh selidik, sangking herannya kedua alis Darman sampai saling tertaut. Darman kembali menggeleng dan menatap curiga kepada Ratih. “Tidak ada yang kamu sembunyikan dari Ayah kan Ratih?”

“Ayah, Ratih sadar kalau sikap keras kepala Ratih selama ini akan membuat keluarga kita hancur. Ratih, mohon maaf, Pa. Percayalah, tidak ada yang Ratih sembunyikan, Ratih hanya ingin memperbaiki segalanya, Ayah.” Ratih bersungguh-sungguh, suaranya sampai bergetar seperti seseorang yang penuh dengan penyesalan.

“Baiklah, kalau begitu Ayah akan menghubungi Pak Abizar dulu, yah.” Dengan tergesa Darman menghubungi Pak Abizar, dia takut anaknya berubah pikiran.

Dengan melihat binar di mata Darman saja, Ratih sudah bahagia. Teringat kembali bagaimana tatapan Darman begitu kosong saat sakratul maut. Kematian Darman di masa lalu juga menyisakan kecurigaan yang sangat mendalam.

“Semoga dengan cara ini, aku bisa membuat kedua orang tuaku berumur panjang,” gumam Ratih menatap teduh Lusi yang sedang terlelap dengan tenang.

“Ratih,” panggil ayahnya membuat lamunan Ratih buyar seketika.

“Iya, Ayah?” sahut Ratih.

“Pak Abizar tidak masalah dengan rencana perjodohan ini kembali, Nak. Hanya saja, Deva ….”

“Ada apa dengan Deva, Ayah?” Firasat Ratih sudah tidak enak.

“Deva, tidak mau. Dia mengatakan jika rencana pernikahan ini mau berlanjut, maka kamu pergilah sendiri dan bicaralah dengannya empat mata.” Ratih mengangguk, ia menganggap wajar jika Darman tersinggung dan membuat segalanya tidak mudah.

Tapi, semua masih ada harapan. Mendengar dari pesan yang disampaikan oleh ayahnya, Ratih tau, jika Deva masih menginginkannya. “Baiklah, Ayah … Ratih akan bersiap-siap dulu, semoga Ratih bisa datang bersama dengan Deva malam ini.”

Tidak mau membuang waktu, Ratih memilih sebuah gaun yang sebelumnya dibelikan oleh Deva. Gaun berwarna pastel dengan lengan tiga per empat, serta potongan gaun yang membentuk tiap lekuk tubuh serta rok yang melebar di bagian lutut ke bawah, membuat Ratih tampak sangat anggun.

Keahliannya memakai make up, membuat Ratih tidak membutuhkan perias untuk membuat wajahnya semakin cantik dan bersinar. Untuk kali ini, Ratih harus pergi menggunakan ojek untuk mempersingkat waktu. “Ayah, Ratih pergi dulu yah,” pamit Ratih sedikit tergesa.

“Eh, tunggu! Biar diantar Pak Bagio, Nduk!” perintah Darman tapi Ratih langsung menolak saat itu juga.

“Nggak ayah, Bagio nanti akan mengantar Ayah dan Bunda. Ratih naik ojek aja, ini sudah janjian sama ojek langganan, dia sudah nunggu di depan pagar rumah. Ayah! Wish me luck!” ucap Ratih lalu mengecup pipi Darman dan sedikit berlari kecil sambil melambaikan tangannya.

Terlihat sopir pribadi keluarganya menunduk hormat kepada Ratih. “Non, mau ke mana?” tanyanya, tapi Ratih mengabaikannya begitu saja.

“Kau, akan menjadi pengkhianat dalam keluargaku,” batin Ratih mengabaikan supirnya begitu saja, lalu membuka pagar dan terlihat seorang ojek langganannya Ratih sudah menunggu.

“Bang, tolong antarkan saja ke pabriknya Pak Abizar, sekarang yah, Bang!” perintah Ratih berharap semua belum terlambat.

Bagi Ratih saat ini, tidak masalah jika harus merendahkan diri serendah-rendahnya demi mencegah tragedy tragis yang akan dihadapinya beberapa tahun ke depan.

“Siap, Non! Abang, tancap gas nih, Non!” Tukang ojek tersebut tidak main-main, ia membawa motornya cukup ngebut sesuai permintaan Ratih.

Setelah memberikan selembar uang lima puluh ribu, Ratih langsung berlari dengan sedikit tertatih karena heels yang digunakannya menuju ke sebuah kantor yang tertutup rapat.

Ratih lalu membuka pintu tersebut tanpa mengetuk. “Deva, maafkan aku! Maafkan atas kebodohanku semalam, maafkan aku! Ku mohon! Berikan aku kesempatan untuk memperbaikinya, Atmadeva!”

Pak Abizar dan Atmadeva, langsung menoleh melihat Ratih yang ngos ngosan sambil berlutut di lantai ruangan kantornya. “Apa, kamu tidak punya sopan santun, Ratih?!” dengus Deva menatap kesal kepada Ratih.

“Ma-maafkan aku, Deva,” lirih Ratih menahan malu, ia tidak tau jika ada Pak Abizar di ruangan ini.

“Papa, keluar yah.” Pak Abizar lalu melangkah keluar sambil menepuk bahu Ratih sekali dan segera menutup pintu kantor anaknya.

“Mau apa kamu ke sini? Bukannya semalam kamu sudah menolak lamaranku dan mempermalukan aku. Bahkan, dengan bangganya kamu memamerkan pacar brengsekmu itu.” Deva kembali mendengus kesal menatap wanita yang direkomendasikan oleh Abizar, papanya.

“Iya, aku tau, aku memang salah, aku juga tau kalau dia brengsek. Masihkah, ada kesempatan untukku memperbaiki semuanya, ku mohon, Deva? Kita, memang tidak pernah akur sejak remaja, tapi maafkan aku yang tidak tau malu ini, aku kini datang untuk meminta kesempatan. Aku, akan melakukan apa pun, untuk memperbaikinya, Deva.” Ratih memohon sambil meremas tali tas selempang yang dipakainya.

Alis Deva langsung tertaut, ia juga baru sadar kalau Ratih ternyata memakai gaun yang diberikannya. Ratih perlahan mendongakkan kepalanya, saat tidak mendengar jawaban apa pun dari Deva.

Kedua tatap saling bertemu, Ratih tau kalau hati Deva mulai luluh, tetapi dia juga sadar kalau apa yang dilakukannya selama ini memang sudah kelewatan.

“Bangunlah Ratih, ada sofa untuk duduk, buat apa kamu berlutut seperti itu.” Deva lalu membantu Ratih berdiri dan duduk berhadapan dengannya.

“Dev, ayahku tadi bilang kalau kamu-“ Belum juga Ratih selesai berbicara Deva sudah mengangkat tangannya.

“Apa yang membuatmu berubah dalam sekejab, semua ini tidak masuk diakal, aku tidak bisa percaya begitu saja.”

“Kalau aku jelaskan, kamu pasti tidak percaya dan menganggap aku gila, Deva.” Ratih ingin sekali menjelaskan apa adanya, tetapi apa Deva akan percaya begitu saja? Ratih takut malah dikira mengada-ngada.

“Maka, Jelaskan sama aku, biar aku percaya, Ratih!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tuan Konglomerat, Kali ini Aku akan jadi istrimu   BAB 204. Akhir Yang Bahagia.

    Deva dan Ratih saat itu juga langsung menghubungi Lusi dan Abizar. Selama ini, Deva dan Ratih sengaja menutupi dan menyembunyikan kalau ingatan Ratih sudah kembali untuk kepentingan penangkapannya Rangga.“Bunda, bisakah kita bertemu malam ini juga?” tanya Ratih pada Lusi.Malam ini sudah pukul sebelas malam, Lusi mengira ada masalah baru lagi. “Baiklah, Nak. Bunda akan ke sana sekarang yah,” jawab Lusi segera bergegas.“Bunda, nanti dijemput sama pak Ratmin yah,” ucap Ratih.“Baiklah, Bunda akan bersiap sekarang juga,” jawabnya.Benar saja, saat dirinya sudah siap dengan jaket di tubuhnya, mobil pribadi Deva sudah menunggunya di depan."Selamat malam, Pak Ratmin. Maafkan, anakku yang memerintahkanmu malam-malam menjemputku ke sini," sapa Lusi merasa tidak enak hati dengan sopir setianya Deva.Ratmin menatap prihatin kepada Lusi. "Saya tahu kondisi kesehatan anak anda, memang sangat mengkhawatirkan dan sangat menyedihkan, Nyonya Lusi. Tetapi, yakinlah Tuhan pasti berpihak kepada yang

  • Tuan Konglomerat, Kali ini Aku akan jadi istrimu   BAB 203. Akhir penantian selama empat tahun.

    “Saudara Tania dan Leni, anda ditangkap karena sudah melakukan penipuan dan penggelapan serta pembunuhan berencana terhadap korban Susantio!”Alan datang dan langsung segera memborgolnya, sedangkan anak buah yang lainnya langsung datang bergerak meringsek masuk.Mereka segera menuju ke dalam kamar hotel mewah tersebut untuk menangkap Leni. Keduanya digeret ke lantai satu dan dimasukkan ke dalam mobil tahanan.Habis sudah mimpi mereka untuk menjadi orang kaya raya. Saat itu juga Leni masih berusaha untuk melepaskan dirinya menggunakan kekuatan hipnotisnya kepada para polisi. Tetapi sayang, semua itu tidak berlaku bagi para polisi yang saat ini bersama dengannya.“Apa yang sedang kau lakukan, Bu? Kenapa, dari tadi mulutmu umak umik tidak jelas,” kekeh salah satu anak buahnya Alan.Leni pun geram mendengar ejekan tersebut. “Kalian harus melepaskan kami saat ini juga! Ini, adalah perintahku,” ucap Leni tegas berusaha untuk menghipnotis orang yang mengejeknya.Tetapi Alan datang dan menepu

  • Tuan Konglomerat, Kali ini Aku akan jadi istrimu   BAB 202. Penangkapan Leni dan Tania.

    “Tentu saja, aku ingin mencari para wanita tetapi bukan hanya satu wanita. Aku ingin sepuluh wanita tercantik dan terseksi, yang ada di tempat ini.” Rangga tampak sangat takabur.“Satu malam akan ku bayarkan dua juta setengah untuk mereka. Aku akan menyewa mereka selama waktu yang aku inginkan,” sambung Rangga.Wanita di hadapannya langsung mengalungkan tangannya di leher Rangga. “Di mana anda akan menginap? Kami akan menuju ke sana, Tuan tampan,” ucap wanita itu.“Berikan saja nomor ponselmu, aku akan mengirimkan waktu dan tempatnya,” jawab Rangga.Wanita itu pun segera bergegas mengeluarkan sebuah kartu nama kepada Rangga. “Anda bisa memanggil saya kapan saja dan sembilan wanita lainnya akan siap melayani anda.” Rangga tertawa dengan puas.Ia lalu beranjak pergi ke sebuah showroom mobil. Dilihatnya, sebuah mobil Lamborghini berwarna merah tua dengan harga dua setengah milia

  • Tuan Konglomerat, Kali ini Aku akan jadi istrimu   BAB 201. Kegilaan Rangga di Hotel bersama Ara.

    “Ah, Tuan!” ucap Ara saat dadanya menabrak dada bidangnya Rangga, hingga membuat darah Rangga berdesir.“Kapan kau akan pulang kerja, hari ini?” tanya Rangga to the point, masih dalam kondisi memeluk Ara tanpa ada jarak diantara tubuh keduanya.“Aku akan pulang dua jam lagi, bagaimana?” tanya Ara menahan senyuman lebar di bibir.Ia sudah tau apa niatan pria yang dikenalnya sebagai Raka ini. Hanya dengan saling menatap saja, Ara sudah bisa menebak kalau Raka tertarik padanya.“Bisakah sebelum kau pulang, kau mengirimkan seorang desainer dan belikan aku beberapa pakaian yang sekiranya tampak casual? Juga, aku membutuhkan beberapa pakaian resmi untuk pertemuan bisnisku,” ucap Rangga sambil tertawa geli dalam hatinya.“Oke bisnis man, sambil kau menunggu, aku aku akan mengirimkan beberapa orang yang kau perlukan,” jawab Ara yang tanpa segan meraba dadanya Rangga dengan lembut, se

  • Tuan Konglomerat, Kali ini Aku akan jadi istrimu   BAB 200. Rangga Yang Berfoya-foya.

    “Okay, Sayang. Aku pasti akan membei rumah yang terbaik untuk kita. Pergilah dari kekangan keluargamu dan hiduplah berdua denganku di sana. Aku yakin, kau dan aku akan hidup bahagia selamanya,” kekeh Rangga.Ratih mengangguk dan berusaha menatap Rangga dengan bahagia. “Baiklah, Sayang. Aku percayakan semuanya padamu,” jawab Ratih sambil mencium punggung tangannya Rangga.“Kalau begitu, bisakah kau pesankan aku tiket pesawat hari ini? Aku sudah bosan di sini dan aku ingin segera menggunakan nama baruku Raka Sagabara, bagus tidak?” kekeh Rangga.Ratih mengangguk. “Nama yang sangat indah, cocok dengan tampilanmu yang sangat tampan,” jawab Ratih membuat Rangga juga terbahak dan tampak bangga.“Terima kasih, Sayang. Berarti, kita akan langsung mengambil tiket tersebut?” tanya Rangga dan Ratih menunjukkan e-tiket pada ponselnya.“Pesawat akan berangkat tiga jam lagi. Kau tida

  • Tuan Konglomerat, Kali ini Aku akan jadi istrimu   BAB 199. Sandiwara Ratih dan Rencananya.

    “Lalu, kapan kau mengirim uangnya? Aku tidak mungkin menunggu kau selesai sampai masa pemulihan. Rumah itu harus segera dibayar, Rangga.” Nia mendengus saat membaca pesannya Rangga.“Aku tidak bisa menunggu sampai kau selesai masa pemulihan yang baru akan berakhir tiga minggu lagi!” dengus Nia.Rangga pun sudah mulai kesal, ia memilih untuk mengarsipkan pesan dari Nia dan mengirimkan pesan pada Ratih. “Ratih, kapan kau datang ke tempatnya dokter Charles? Aku, merindukanmu,” ucap Rangga.Ratih yang pada saat itu sementara berbelanja di sebuah supermarket yang besar bersama dengan Saka dan Deva lantas terdiam. Ia mematung saat membaca pesannya Rangga dan menunjukkan pesan itu kepada Deva.“Lihatlah apa yang harus aku lakukan?” Deva tersenyum menanggapi pertanyaannya Ratih.“Lakukan saja apa yang dia inginkan, bukankah dia baru saja meminta uang tambahan. Kirim saja sepuluh miliar lagi. Dengan begitu, dia akan terus memberikan kabar padamu tanpa kau perlu bertemu dengannya.” Ratih pun me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status