Share

Bab 6

Penulis: Gorenganbasah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-29 12:19:23

Tato seekor naga dengan sepuhan emas di segala sisinya.

Tato kebanggaan yang hanya dimiliki tentara khusus Leviathan Army.

Siluet kegelapan yang membelit tulang punggung, bersisik keemasan, dengan mata menyala.

Ujung ekornya menusuk ke bawah belikat, kepala naga menganga di dekat bahu.

Gigi-giginya tajam, lidahnya bercabang.

Dunia tiba-tiba mengecil.

Mada menghembuskan nafas.

Dia sendiri lupa, kapan dan di mana dia membuat tato itu.

Dia hanya ingat satu kata.

Robby mundur selangkah. “A-apa itu…?”

Nabila menelan ludah. “Tato? Sejak kapan kau—”

Beberapa saat kemudian, angin sepoi berhembus.

Woosh!

Woosh!

Udara di apartemen Mada berubah semakin dingin.

Mada menunduk, pandangannya masih menatap serpihan baju yang robek di lantai. Saat mendongak, Robby kaget hingga terjengkang dua langkah ke belakang. Mata Mada berubah hitam sedikit merah dan aura tubuhnya membuatnya bergidik ngeri.

Nabila yang masih belum paham perubahan tubuh Mada, menyuruh Robby segera mengusir laki-laki itu. "Apa yang kamu tunggu? Aku jijik ada dia di sini. Cepat, dorong dia keluar, paksa dia!"

"I-ini bukan..."

"Oh, kami ga berani sama Mada?" Nabila menantang Robby.

Karena egonya yang sangat tinggi, Robby kemudian mencengkeram pundak Mada, kemudian mendorongnya kuat-kuat. Robby semakin terkejut karena sekuat apapun dia mendorong, Mada masih diam dan pundaknya tidak bergoyang sedikitpun.

Mereka tidak tahu, yang dihadapi sekarang adalah Zero!

“Cuma segitu kemampuanmu?” Mada menahan dorongan itu dengan sekali tarikan napas.

Nabila menghela napas sebal. “Rob, sudahlah. Aku yang akan bicara.”

Sorot mata Robby berubah ketakutan.Ia cekikikan sinis, antara ingin pamer keberanian ke Nabila atau dia sebenarnya takut melihat Mada yang mengerikan. “Ayo, satpam. Tunjukkan otot lima jutamu itu!”

Ucapan itu membuat jiwa Mada bergelora.

Selama menjadi Zero, tidak ada satupun musuh yang berani menantangnya satu lawan satu.

Kekuatan seorang Zero bisa dikatakan setara 50 orang normal. Dalam Leviathan Army saja, Zero tidak bisa ditumbangkan oleh apapun. Reflek dan kekuatan alami dalam tubuhnya merupakan anugerah, apalagi Zero ditempa sangat keras sehingga kekuatan alaminya meningkat hingga batas maksimal.

Tapi Robby, dia terlalu berani menantang prajurit tak terkalahkan!

Robby mendorong dada Mada.

Dua kali.

Tiga kali.

Yang keempat, dia medorong dengan kaki.

Mada tetap diam.

Robby kemudian mencengkeram leher Mada. “Brengsek! Kau harus mati!"

Ctas!

Mada melepaskan cekikan Robby hanya dengan satu pukulan dengan punggung telapak tangan.

Robby sudah hilang akal. Malunya sudah mencapai puncak. Dia kemudian memukuli Mada. Kepala, tangan, pipi kiri-kanan, badan, bahu, semuanya.

Robby meninju lagi.

Dan lagi.

Saat stamina Robby hampir habis, barulah Mada berdiri.

“Sudah cukup? Kekuatanmu hanya seperti itu” tanya Mada, suaranya yang serak basah mulai berubah berat. “Sekarang giliranku!”

“Zero,” bisik suaranya sendiri di dalam kepala.

Suara Mada berubah berat dan menakutkan.

Robby menemukan rasa beraninya lagi ketika Nabila menyela tentang tato Mada. Keduanya tertawa, termasuk Robby, yang coba menyembunyikan rasa gugupnya. “Tato bagus. Untuk menakut-nakuti bayi? Kau kira aku takut dengan tato murahan itu? Di luaran, banyak tukang tato yang bisa membuatnya dengan harga dua juta!”

“Lalu?” Mada mengangkat kepalanya. “Apa masalahmu?”

Kini, sorotan matanya berubah dingin.

Robby mengepalkan tinju lagi. Kali ini, sedikit ragu-ragu. “Satpam miskin sepertimu memang harus diberi pelajaran! Aku akan menunjukkan pada Nabila hasil latihan tinjuku selama dua tahun ini!”

“Sekarang giliranku, kau harus merasakan seperti apa kekuatan sesungguhnya!”

Secepat kilat dia menangkap pergelangan tangan Robby, diputar setengah lingkaran. Robby memekik, lututnya menekuk tanpa perintah.

“Sakit, Mada! Hentikan. Atau kau menyesal di kemudian hari!” Robby coba mengancam, tapi dia salah orang. Ini bukan Mada, tapi Zero.

Mada tidak menghantam wajahnya, ia hanya menyentil saraf siku dengan sisi telapak, pukulan dasar yang diajarkan kepada bocah-bocah berumur 7 tahun di Leviathan Army.

“Au—au!

“Lepas!”

“Lepas!”

“Jangan berteriak,” kata Mada. “Tetangga tidak suka keributan. Sampai kau berteriak, aku tidak segan mematahkan pergelanganmu sampai tulangmu keluar!”

“Ba-baik, aku diam. Aku kalah!”

Mada melepaskan cekalannya. Robby jatuh terduduk, megap-megap. Nabila melangkah maju, wajahnya ketakutan yang ditutupi amarah. “Mada, apa yang kamu lakuin, sih? Sumpah, aku nggak habis pikir kamu bisa sekejam ini!”

Woosh!

Angin kembali berhembus dan perlahan jiwa Mada sadar, meski Zero masih berusaha bertahan menguasai jiwa Mada.

“Kejam? Kamu bilang aku kejam? Matamu itu di mana? Aku sudah susah payah bekerja. Aku juga membelikanmu barang-barang mewah. Lalu, apa balasanmu? Kamu menghianatiku dan malah bermain dengan Robby? Yang paling parah, kenapa harus di depan mataku? Dasar biadab!”

Nabila tertawa tanpa suara. “Aku muak hidup miskin. Aku muak menunggu janji. Aku malu memperkenalkanmu ke teman-temanku. Aku malu menjadi satu-satunya perempuan yang pacarnya satpam!”

Mada terkejut karena tiba-tiba Nabila mengatakan hal tersebut.

Dalam hatinya, dia merasa terusik. Mada kemudian mengambil tas ransel kecil di bawah ranjang dan dompet lamanya yang sobek.

“Kau pikir kau hebat karena bisa melintir pergelangan? Masa depan tetap milik orang seperti Robby!” seru Nabila. “Kau tetap—”

“Diam!” Nada Mada terdengar biasa, tapi suaranya mengintimidasi.

Nabila menggigil.

Robby terhina oleh ketakutannya sendiri. Dia benci kekalahan. Dia kemudian berdiri. “Dasar… bajingan!”

Ia merogoh saku, menarik kunci mobil tajam, dan menyabetkannya ke arah dada Mada.

Mada mencondongkan badan setengah inci.

Dengan satu dorongan telak ke bahu, Robby menghantam dinding lorong, cukup keras untuk membuat dinding itu bergetar.

Robby tersengal, memungut jam tangannya yang jatuh. Ia memandang Mada dari ujung rambut sampai ujung kaki dan berhenti sejenak di gambar naga yang setengah tersembunyi di balik baju satpam yang robek.

“Cukup,” kata Mada. “Keluar sebelum aku membunuhmu!”

Setelah mengatakan itu, Zero kembali tertidur dan Mada hampir saja tumbang karena tubuhnya merasakan nyeri setelah dipukul Robby bertubi-tubi. Kekuatan Mada dalam menahan rasa sakit tidak bisa disandingkan dengan Zero. Sangat jauh. Oleh sebab itulah, Mada merintih saat Robby dan Nabila meninggalkan apartemennya.

Dia ingat, besok pagi harus berangkat ke showroom.

Mada coba tidur, tapi rasa sakitnya terus menerpa. Semalaman dia meringkuk di atas kasur, sampai akhirnya dia merasakan sesuatu yang aneh di punggungnya. Tato naga itu mengeluarkan cahaya keemasan diiringi teriakan Mada yang mengerang kesakitan. “Ini panas sekali. Ti-ti-tidak…” Mada tidak sadarkan diri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 6

    Tato seekor naga dengan sepuhan emas di segala sisinya.Tato kebanggaan yang hanya dimiliki tentara khusus Leviathan Army.Siluet kegelapan yang membelit tulang punggung, bersisik keemasan, dengan mata menyala.Ujung ekornya menusuk ke bawah belikat, kepala naga menganga di dekat bahu.Gigi-giginya tajam, lidahnya bercabang.Dunia tiba-tiba mengecil.Mada menghembuskan nafas.Dia sendiri lupa, kapan dan di mana dia membuat tato itu.Dia hanya ingat satu kata.Robby mundur selangkah. “A-apa itu…?”Nabila menelan ludah. “Tato? Sejak kapan kau—”Beberapa saat kemudian, angin sepoi berhembus.Woosh!Woosh!Udara di apartemen Mada berubah semakin dingin.Mada menunduk, pandangannya masih menatap serpihan baju yang robek di lantai. Saat mendongak, Robby kaget hingga terjengkang dua langkah ke belakang. Mata Mada berubah hitam sedikit merah dan aura tubuhnya membuatnya bergidik ngeri.Nabila yang masih belum paham perubahan tubuh Mada, menyuruh Robby segera mengusir laki-laki itu. "Apa yang

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 5

    Suara laki-laki itu samar, berat, dan santai. “Santai, Bil. Tenang. Dia satpam, kan? Katamu dia lembur juga. Paling juga kecapean, langsung tidur di pos. Dia ga bakal pulang. Udah, diem aja. Enak, kan?”Suara Nabila menyahut tumpul di sela tawa pendek. “Ssst… Robby, jangan sebut dia. Nanti mood-ku hilang.”Robby.Nama yang tidak asing di telinga Mada.Mada memutar telapak tangan, kemudian mengepalkannya kuat-kuat. Ingin sekali dia langsung menendang pintu kamar mandi, tapi dia masih ingin tahu, apakah cinta Nabila tulus atau tidak. Ia ingin tahu bagaimana sifat asli Nabila selama ini, apalagi Mada sudah menyiapkan cincin tunangan.Percakapan itu semakin membuat hati Mada memanas.“Gimana berkas pengajuan kerjamu?” tanya Robby. “Kalau kamu ikut aku, aku bisa taruh namamu di Marketing bagian event nasional. Komisi mengalir, bonus melimpah.""Aku masih belum tau. Mada pasti marah kalau aku kerja marketing, apalagi sampai harus nginep sama laki-laki.""Ayolah, Nabila, kamu mau sampai kapa

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 4

    “Bu-Bu Claire,” lirih Chandra. Keringat dingin mengucur di punggungnya.“Bu, ini bukan seperti yang ibu pikirkan.” Bayu ikut membela diri.Chandra dan Mada saling tatap, kemudian mengangguk paham. Chandra maju satu langkah, dia berdiri di hadapan Bu Claire sembari membungkuk, diikuti Bayu yang melakukan hal sama.Beda dengan Mada, dia hanya berdiri mematung. Menurutnya, aneh sekali dua satpam ini membungkuk di depan Bu Claire.“Heh anak baru, cepat beri hormat!” Bayu memukul kepala belakang Mada dan memaksanya membungkuk.“Bu Claire, maafkan anak baru ini. Kita sudah mengajarinya tata krama dan SOP satpam di sini untuk memberi hormat ke semua penghuni rumah 301-310 di Blok A. Maafkan saya, Bu, saya gagal mendidik anak baru.”Mada tahu, Chandra hanya cari muka di hadapan Claire.Dari cerita Pak Romi tadi, Mada paham motif Chandra cari muka adalah karena Claire suka bagi-bagi uang untuk satpam. Itu juga yang jadi alasan kenapa dia sangat disegani di komplek ini.“Heh, kamu tuli apa? Cep

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 3

    Degup nafas Claire semakin cepat dan bulu kuduknya berdiri, apalagi saat Mada berbisik pelan. “Kau mencariku, kan? Kenapa saat aku muncul, kau malah takut?”Suara itu sedikit menggema dan terdengar sangat berat, beda dengan suara Mada yang cenderung serak basah.Claire menarik nafas dalam-dalam sebelum melakukan mengambil satu langkah mundur.Antara takut dan khawatir akan keselamatannya, dia coba menyindir. “Kau mau melihatnya? Menjijikkan sekali kalau milikku dilihat satpam sepertimu!”Mada tidak menjawab.Tangannya merangul pundak Claire dan membawa wanita itu kembali mendekat. Dengan satu sentakan, bra hitam itu terlepas. Dada Claire terhempas bebas, penuh dan bulat, putingnya keras berdiri.Kemudian tangan Mada bergerak cepat ke pinggang Claire, siap menanggalkan sisa kain tipis yang masih melingkar di lengan kanan Claire.Saat Mada mau melepas semua pakaian Claire,tiba-tiba…Drrrttt!Getaran ponsel di meja membuat tubuh Mada berhenti seketika. Aura Zero seketika memudar ketiak

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 2

    “Fa-Fasya. Ini ibuku! Bagaimana Bu Claire bisa punya foto ibuku? Dia yang merawatku selama dua tahun ini. Dia juga yang menyelamatkanku dari insiden, meski aku tidak tahu apa insiden yang menimpaku.” Mada terengah-engah dengan nafas tak beraturan.“Aku tahu semua rahasia tentangmu. Aku juga yang selama ini membiayai terapi ingatanmu.” Claire mendekati Mada, dia juga jaga jarak karena memiliki feeling kuat bahwa akan ada sesuatu besar terjadi.Mada akhirnya tahu, kenapa Claire benar-benar menginginkannya datang. Ternyata dia yang selama ini berjasa dalam hidupnya. Namun, Mada tidak merasa hutang budi. Dia hanya merasa berhutang nyawa pada Fasya. Tapi ketika Claire tahu siapa pembunuh Fasya, maka Mada tidak bisa diam saja. Dia harus membalas!“Sial, katakan di mana dia!” bentak Mada.Woosh!Woosh!Mada berubah.Matanya menatap tajam ke arah Claire. Bola mata hitam pekat itu mulai memunculkan sorot pembunuh.Aura tubuh Mada yang mulanya hangat, berubah dingin dan menyeramkan. Tubuhnya pu

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 1

    Mada tidak pernah menyangka, jadi satpam di komplek elit justru mempertemukannya dengan Claire, CEO super kaya sekaligus istri konglomerat yang terkenal cantik dan misterius.Siang itu, baru saja ia duduk di pos jaga kompleks perumahan elit Waston, ketika suara ketua keamanan memanggil.“Mada! Sini sebentar!” seru Romi, pria setengah baya dengan rambut disisir rapi ke belakang, rokok menempel di bibirnya. “Kamu dipanggil Bu Claire. Kemarin dia pingsan pas jogging, kan?”Ternyata wanita cantik kemarin.Ah.Tubuh moleknya masih terngiang-ngiang di kepala Mada, apalagi saat membopong Claire dan posisi kepalanya tepat berada di antara dada dan perut Claire.“Aku ingetin, perempuan-perempuan cantik di sini, harganya mahal! Kesibukan mereka suka cari hiburan lain. kamu masih muda, ganteng, badan bagus, mereka pasti ngiler!”Mada mengangguk, lalu mengambil kartu akses masuk Blok A karena hanya satpam senior yang mendapat kartu itu.Rumah nomor 301 berdiri di ujung blok A, menjulang dengan ar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status