Share

Bab 5

Author: Gorenganbasah
last update Last Updated: 2025-09-25 14:10:32

Suara laki-laki itu samar, berat, dan santai. “Santai, Bil. Tenang. Dia satpam, kan? Katamu dia lembur juga. Paling juga kecapean, langsung tidur di pos. Dia ga bakal pulang. Udah, diem aja. Enak, kan?”

Suara Nabila menyahut tumpul di sela tawa pendek. “Ssst… Robby, jangan sebut dia. Nanti mood-ku hilang.”

Robby.

Nama yang tidak asing di telinga Mada.

Mada memutar telapak tangan, kemudian mengepalkannya kuat-kuat. Ingin sekali dia langsung menendang pintu kamar mandi, tapi dia masih ingin tahu, apakah cinta Nabila tulus atau tidak. Ia ingin tahu bagaimana sifat asli Nabila selama ini, apalagi Mada sudah menyiapkan cincin tunangan.

Percakapan itu semakin membuat hati Mada memanas.

“Gimana berkas pengajuan kerjamu?” tanya Robby. “Kalau kamu ikut aku, aku bisa taruh namamu di Marketing bagian event nasional. Komisi mengalir, bonus melimpah."

"Aku masih belum tau. Mada pasti marah kalau aku kerja marketing, apalagi sampai harus nginep sama laki-laki."

"Ayolah, Nabila, kamu mau sampai kapan hidup kayak gini?" Robby semakin menghasut Nabila. "Hidupmu lebih enak sama aku. Uang ada, kamu juga enak, punyaku perkasa dan tahan lama. Dari pada sama Mada yang cuma satpam itu, mau makan apa kamu? Dikasih makan pentungan satpam?”

“Aku masih coba percaya sama Mada,” gumam Nabila, suaranya berselendik. “Tapi aku bingung, besok kan ada pesta di rumahku, malam. Dia bilang mau datang sama kasih kejutan.”

Robby tertawa, pendek dan meremehkan. “Ikut pesta? Kasih kejutan? Mau bawa oleh-oleh apa ke keluargamu? Paling-paling beli pakaian murah kayak pakaian satpamnya itu."

"Rob, tolong," kata Nabila, dia sebenarnya tidak suka dengan pria yang merendahkan orang lain, tapi dia tidak bisa berbuat banyak karena selama ini Robby membelikannya barang-barang merah. "Ada benarnya ucapanmu."

"Lagian, ngapain juga dia ke rumah kamu. Mau pakai apa? Pakai seragam satpam? Seragam dua ratus ribuannya itu?"

Nabila ikut terkikik. “Dia itu baik. Cuma… ya kamu tahu. Hidup di kota besar pasti butuh biaya juga. Mustahil lah aku sama orang miskin kayak dia.”

Mada merasa dihianati. Selama bekerja menjadi satpam, dia tidak pernah menikmati hasil pekerjaannya sepeserpun. Itu semua untuk menyenangkan hati Nabila. Saat masuk shift pagi, Mada tidak langsung pulang sorenya. Dia ikut kerja sambilan di bar malam demi mencari tambahan biaya untuk sewa apartemen.

Hati Mada benar-benar mencintai Nabila, tapi dia tidak menyangka, Nabila bertindak sejauh ini.

Mada kembali teringat Fasya waktu pertama kali bertemu Nabila.

Fasya memuji kecantikan Nabila dan berkata kalau Nabila adalah orang baik, hanya saja belum menemukan jati dirinya. Fasya minta Mada menjaga Nabila dan berharap mereka bisa bersatu.

Kata-kata Fasya kembali terngiang di telinga Mada, apalagi dia juga sudah menyiapkan cincin tunangan yang dibelinya dari hasil kerja di cafe.

“Tunggu,” bisik Nabila tiba-tiba, “tadi aku denger suara.”

Mada mundur satu langkah ke arah lorong gelap.

Sunyi.

Beberapa detik kemudian, kembali bisik-bisik.

“Berapa lama kau tahan dengannya?” suara Robby beralih menggoda. “Hm?”

“Cukup lama, sampai aku jijik sendiri,” jawab Nabila enteng. “Ayo, ah, aku belum keluar ini!”

Kaca buram berembun semakin pekat.

Mada memutuskan saatnya cukup.

Ia menyalakan lampu ruang tamu.

Robby dan Nabila panik. Mereka segera menyelesaikan permainan saat Robby hampir di puncak. Handuk putih diambil dan dililitkan ke tubuh Nabila, sedangkan Robby memakai celana pendeknya. Suara di kamar mandi tidak terdengar lagi.

Mada yang terlanjut kesal, sudah bersiap menunjukkan pada Robby kalau dia bukan satpam rendahan. Dia berjalan menuju meja makan, menarik satu kursi, dan menaruhnya tepat di depan pintu kamar mandi.  Dia kemudian duduk sambil menunggu pintu dibuka.

Karena tidak tahan, Mada mengetuk pintu.

Tok!

Tok!

Tok!

Pintu kamar mandi terbuka, kepala Robby menyumbul lebih dulu. “Oh. Ada tamu,” kata Robby tanpa malu. “Atau, tuan rumah?”

Nabila yang tubuhnya terbungkus handuk, mengintip dari belakang. Wajahnya kaget sepersekian detik, lalu dengan cepat dingin. “Loh, Mada, katanya kamu lembur. Kamu kok udah pulang cepet?” suaranya datar.

Mada tidak menjawab. Ia hanya menggeser pandangannya dari Robby ke Nabila, kemudian menatap Robby kembali.  “Selesai bermain-main denganku?”

Robby menyeringai, enteng. “Sopan juga ya cara nanyanya. Apa maksudmu?”

Nabila melengos, gelisah, kemudian mengangkat dagu. “Kau itu, harusnya minta maaf karena asal masuk. Minimal ketuk pintu atau apa, jangan asal nyelonong!”

“Ketuk pintu? Ini rumahku, Goblok! Biar kuajarkan bagaimana cara mengetuk pintu yang benar ke tamu yang ga tahu diri!!!”

Mada berdiri, mengambil kuda-kuda, kemudian melakukan gerakan memutar hingga tumitnya bersentuhan dengan pintu kamar mandi. Dengan satu tendangan, pintu itu meluncur cepat ke belakang, menabrak tepat di dahi Robby.'

Nabila bergegas menolong Robby.

Karena gengsi dipermalukan pria yang barusan dia hina, Robby cepat berdiri dan coba menyembunyikan rasa sakitnya. Dia mengepalkan tangan, kemudian bergerak maju memukul Mada.

Buk!

Buk!

Dua pukulan Robby ditangkis Mada dengan mudahnya.

Sampai sekarang pun Mada masih heran kenapa dia memiliki reflek yang sangat bagus. Tubuhnya yang ideal dan perut sixpacknya, entah dari mana.

Kenangan yang dia ingat hanya dia terbangun di rumah sakit saat menjalankan tugas.

Tidak ada yang tahu asal-usul Mada yang sebenarnya, sampai akhirnya kakek Nabila yang juga merupakan sahabat karib Fasya, ingin menjodohkan mereka.

Nabila tidak mau ambil resiko. Perjodohan ini harus dia terima meski dia sebenarnya jijik selalu berdekatan dengan Mada. Jika tidak, kakeknya tidak akan memberinya warisan.

Namun, kakek Nabila mulai sakit-sakitan ketika mengetahui kabar Fasya meninggal tragis. Penyakit jantungnya sering kumat. Selang lima bulan setelah kematian Fasya, kakek Nabila pun menyusul. Kini, Nabila bebas dari syarat warisan kakeknya.

"Oh, ternyata pukulanmu nggak kuat-kuat amat. Percuma ngegym, sok jagoan, ternyata lemah!" Mada memancing emosi Robby dan benar, pria itu terpancing.

Robby keluar dari kamar mandi dan mengajak Mada bertarung tangan kosong. Mada pun setuju.

Awalnya, Robby terus menghujani Mada dengan pukulan, tapi entah kenapa Mada terus berhasil menghindari pukulan itu. Dia sendiri tidak sadar memiliki reflek yang begitu bagus.

“Sialan kau, dasar satpam rendahan!” Robby naik pitam karena pukulannya terus. Dia maju, mencengkeram kerah baju Mada hingga terdengar suara nyaring.

Krekk!

Kancing atas kemeja Mada putus.

Meski ditarik sekeras itu, Mada masih diam, tubuhnya seperti batu yang sangat keras, tidak bisa digeser oleh tekanan apapun.

Seragam satpam kusam itu terbuka di bagian dada hingga sisi punggung. Dari sini, misteri kemudian terungkap.

Ada tato di punggung Mada.

"Sialan! A-apa itu?" Robby mundur beberapa langkah. Nafasnya terengah engah saat melihat tato di punggung Mada.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 6

    Tato seekor naga dengan sepuhan emas di segala sisinya.Tato kebanggaan yang hanya dimiliki tentara khusus Leviathan Army.Siluet kegelapan yang membelit tulang punggung, bersisik keemasan, dengan mata menyala.Ujung ekornya menusuk ke bawah belikat, kepala naga menganga di dekat bahu.Gigi-giginya tajam, lidahnya bercabang.Dunia tiba-tiba mengecil.Mada menghembuskan nafas.Dia sendiri lupa, kapan dan di mana dia membuat tato itu.Dia hanya ingat satu kata.Robby mundur selangkah. “A-apa itu…?”Nabila menelan ludah. “Tato? Sejak kapan kau—”Beberapa saat kemudian, angin sepoi berhembus.Woosh!Woosh!Udara di apartemen Mada berubah semakin dingin.Mada menunduk, pandangannya masih menatap serpihan baju yang robek di lantai. Saat mendongak, Robby kaget hingga terjengkang dua langkah ke belakang. Mata Mada berubah hitam sedikit merah dan aura tubuhnya membuatnya bergidik ngeri.Nabila yang masih belum paham perubahan tubuh Mada, menyuruh Robby segera mengusir laki-laki itu. "Apa yang

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 5

    Suara laki-laki itu samar, berat, dan santai. “Santai, Bil. Tenang. Dia satpam, kan? Katamu dia lembur juga. Paling juga kecapean, langsung tidur di pos. Dia ga bakal pulang. Udah, diem aja. Enak, kan?”Suara Nabila menyahut tumpul di sela tawa pendek. “Ssst… Robby, jangan sebut dia. Nanti mood-ku hilang.”Robby.Nama yang tidak asing di telinga Mada.Mada memutar telapak tangan, kemudian mengepalkannya kuat-kuat. Ingin sekali dia langsung menendang pintu kamar mandi, tapi dia masih ingin tahu, apakah cinta Nabila tulus atau tidak. Ia ingin tahu bagaimana sifat asli Nabila selama ini, apalagi Mada sudah menyiapkan cincin tunangan.Percakapan itu semakin membuat hati Mada memanas.“Gimana berkas pengajuan kerjamu?” tanya Robby. “Kalau kamu ikut aku, aku bisa taruh namamu di Marketing bagian event nasional. Komisi mengalir, bonus melimpah.""Aku masih belum tau. Mada pasti marah kalau aku kerja marketing, apalagi sampai harus nginep sama laki-laki.""Ayolah, Nabila, kamu mau sampai kapa

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 4

    “Bu-Bu Claire,” lirih Chandra. Keringat dingin mengucur di punggungnya.“Bu, ini bukan seperti yang ibu pikirkan.” Bayu ikut membela diri.Chandra dan Mada saling tatap, kemudian mengangguk paham. Chandra maju satu langkah, dia berdiri di hadapan Bu Claire sembari membungkuk, diikuti Bayu yang melakukan hal sama.Beda dengan Mada, dia hanya berdiri mematung. Menurutnya, aneh sekali dua satpam ini membungkuk di depan Bu Claire.“Heh anak baru, cepat beri hormat!” Bayu memukul kepala belakang Mada dan memaksanya membungkuk.“Bu Claire, maafkan anak baru ini. Kita sudah mengajarinya tata krama dan SOP satpam di sini untuk memberi hormat ke semua penghuni rumah 301-310 di Blok A. Maafkan saya, Bu, saya gagal mendidik anak baru.”Mada tahu, Chandra hanya cari muka di hadapan Claire.Dari cerita Pak Romi tadi, Mada paham motif Chandra cari muka adalah karena Claire suka bagi-bagi uang untuk satpam. Itu juga yang jadi alasan kenapa dia sangat disegani di komplek ini.“Heh, kamu tuli apa? Cep

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 3

    Degup nafas Claire semakin cepat dan bulu kuduknya berdiri, apalagi saat Mada berbisik pelan. “Kau mencariku, kan? Kenapa saat aku muncul, kau malah takut?”Suara itu sedikit menggema dan terdengar sangat berat, beda dengan suara Mada yang cenderung serak basah.Claire menarik nafas dalam-dalam sebelum melakukan mengambil satu langkah mundur.Antara takut dan khawatir akan keselamatannya, dia coba menyindir. “Kau mau melihatnya? Menjijikkan sekali kalau milikku dilihat satpam sepertimu!”Mada tidak menjawab.Tangannya merangul pundak Claire dan membawa wanita itu kembali mendekat. Dengan satu sentakan, bra hitam itu terlepas. Dada Claire terhempas bebas, penuh dan bulat, putingnya keras berdiri.Kemudian tangan Mada bergerak cepat ke pinggang Claire, siap menanggalkan sisa kain tipis yang masih melingkar di lengan kanan Claire.Saat Mada mau melepas semua pakaian Claire,tiba-tiba…Drrrttt!Getaran ponsel di meja membuat tubuh Mada berhenti seketika. Aura Zero seketika memudar ketiak

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 2

    “Fa-Fasya. Ini ibuku! Bagaimana Bu Claire bisa punya foto ibuku? Dia yang merawatku selama dua tahun ini. Dia juga yang menyelamatkanku dari insiden, meski aku tidak tahu apa insiden yang menimpaku.” Mada terengah-engah dengan nafas tak beraturan.“Aku tahu semua rahasia tentangmu. Aku juga yang selama ini membiayai terapi ingatanmu.” Claire mendekati Mada, dia juga jaga jarak karena memiliki feeling kuat bahwa akan ada sesuatu besar terjadi.Mada akhirnya tahu, kenapa Claire benar-benar menginginkannya datang. Ternyata dia yang selama ini berjasa dalam hidupnya. Namun, Mada tidak merasa hutang budi. Dia hanya merasa berhutang nyawa pada Fasya. Tapi ketika Claire tahu siapa pembunuh Fasya, maka Mada tidak bisa diam saja. Dia harus membalas!“Sial, katakan di mana dia!” bentak Mada.Woosh!Woosh!Mada berubah.Matanya menatap tajam ke arah Claire. Bola mata hitam pekat itu mulai memunculkan sorot pembunuh.Aura tubuh Mada yang mulanya hangat, berubah dingin dan menyeramkan. Tubuhnya pu

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 1

    Mada tidak pernah menyangka, jadi satpam di komplek elit justru mempertemukannya dengan Claire, CEO super kaya sekaligus istri konglomerat yang terkenal cantik dan misterius.Siang itu, baru saja ia duduk di pos jaga kompleks perumahan elit Waston, ketika suara ketua keamanan memanggil.“Mada! Sini sebentar!” seru Romi, pria setengah baya dengan rambut disisir rapi ke belakang, rokok menempel di bibirnya. “Kamu dipanggil Bu Claire. Kemarin dia pingsan pas jogging, kan?”Ternyata wanita cantik kemarin.Ah.Tubuh moleknya masih terngiang-ngiang di kepala Mada, apalagi saat membopong Claire dan posisi kepalanya tepat berada di antara dada dan perut Claire.“Aku ingetin, perempuan-perempuan cantik di sini, harganya mahal! Kesibukan mereka suka cari hiburan lain. kamu masih muda, ganteng, badan bagus, mereka pasti ngiler!”Mada mengangguk, lalu mengambil kartu akses masuk Blok A karena hanya satpam senior yang mendapat kartu itu.Rumah nomor 301 berdiri di ujung blok A, menjulang dengan ar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status