Tebakan Ah Nian benar, Juan Lin mendengar semua yang dikatakannya dan langsung berkata, “Pelayan sialan! Apa yang kamu katakan tentangku, hah?” bentaknya pada Nuan dari posisi berdiri. Juan Lin meremas pagar lantai atas dengan tangan kanannya. Dia ingin mengejar dan memarahi Nuan tapi tidak bisa karena mabuk.
Ah Nian tidak menjawab, dia hanya terus berjalan menuju lantai utama. Sampai di lantai utama, Ah Nian segera bertanya pada Nuan. “Di mana letak ruang makan?” tanyanya pada Nuan. “Bolehkah saya membantu Nona untuk memimpin jalan? Saya tidak cukup pandai, takutnya salah arah kalau hanya menunjukkan dengan kata-kata,” ucap Nuan. Ah Nian menganggukkan kepalanya, dia mengulurkan lengan kirinya pada Nuan. Nuan segera menuntunnya menuju ke ruang makan. Ah Nian dengan cepat bisa membaca di mana letak ruang makan di kediaman megah tersebut. Samar-samar Ah Nian bisa mendengar suara percakapan antara Hwang Jun dan Wei Zhang dari arah ruang makan dan suara tersebut semakin terdengar jelas. Di ruang makan, Hwang Jun merasa lega begitu melihat Ah Nian masuk ke dalam ruang makan. Nuan menarik kursi untuk ditempati Ah Nian, posisi kursi tersebut tidak jauh dari Hwang Jun. “Nona, silakan,” ucap Nuan pada Ah Nian. “Terima kasih, Nuan,” sahut Ah Nian dengan suara rendah. “Sudah menjadi tugas saya untuk melayani Nona di kediaman ini,” bisik Nuan pada Ah Nian. Wei Zhang melihat Ah Nian sudah duduk di ruang makan, dia segera membuka kata. “Nian sudah bergabung dengan semua orang di sini, mari, silakan dinikmati Tuan Muda Hwang,” ujar Wei Zhang pada Hwang Jun. Nuan berdiri di belakang Ah Nian untuk melayaninya. Nuan lah yang akan mengambilkan menu makanan dan meletakkannya di piring Ah Nian. “Apa yang ingin Nona makan? Saya akan menyebutkan menunya satu-persatu, Nona katakan saja pada saya, saya akan mengambilkan untuk Nona,” ucap Nuan pada Ah Nian dengan suara lirih. “Ambilkan menu pokok dan lauk,” jawab Ah Nian pada Nuan. Ah Nian menyentuh piring di meja dan meraba sendok di sisi samping piringnya. “Sangat merepotkan! Makan malam dengan gadis cacat sepertinya membuatku kehilangan nafsu makan!” perkataan kasar Lian Er memecah keheningan di ruang makan kemudian melengos kesal. Saat menoleh ke arah Hwang Jun, tanpa sengaja tatapan mata mereka bertemu, kemarahan yang tadinya tersirat jelas dari kedua mata Lian Er. Ketika tatapan matanya bertemu dengan Hwang Jun Lian Er dengan cepat mengubah ekspresi kesal di wajahnya dengan dipenuhi senyum cerah dan wajah bahagia, Lian Er juga mengukir senyuman termanis untuk ditunjukkan pada Hwang Jun dengan tujuan agar membuat Hwang Jun tertarik pada dirinya. Hwang Jun bisa mendengar setiap keluhan yang keluar dari bibir Lian Er, dalam hati dia ingin sekali tertawa. Gadis seperti ini ingin kalian berikan padaku? Ha ha ha ha! Lucu sekali! Bahkan perilaku pelayan di kediamanku saja lebih baik darinya! Lian Er tidak lebih dari seonggok sampah! Hwang Jun berkata dalam hati. “Silakan dinikmati Tuan Muda Hwang,” ucap Lian Er pada Hwang Jun. Ah Nian tidak mengatakan apa-apa, dia hanya duduk sambil menikmati makan malamnya. Setelah makan malam bersama keluarga Hua selesai, Hwang Jun masih duduk-duduk di ruang makan sepanjang bersama Wei Zhang. Lian Er juga selalu menyahut untuk mengambil andil dalam percakapan. Beberapa kali Hwang Jun menoleh ke arah Ah Nian yang sejak tadi diam tanpa berkata apa-apa. Tidak lama kemudian Ah Nian segera berdiri untuk berpamitan pada semua orang di ruang makan. “Tuan Wei, Nyonya Hua, saya ingin jalan-jalan di taman sebentar,” pamitnya. Hua Mei tidak sudi menjawab AH Nian, dia hanya menatap Ah Nian dengan tatapan mata penuh kebencian. Wei Zhang melihat cara Hua Mei memperlakukan Ah Nian dan dia hanya bisa menghela nafas panjang. “Nuan, kamu temani Nian,” perintah Wei Zhang pada pelayan yang bertugas menjaga Ah Nian. “Baik, Tuan Besar,” jawab Nuan dengan patuh lalu segera memegangi lengan Ah Nian dan membantu untuk menunjukkan jalan menuju ke taman. “Sayang, kamu terlalu memanjakannya!” omel Hua Mei pada Wei Zhang. “Kamu tahu sendiri, Nian tidak bisa melihat, kalau dia terjatuh dan terluka maka akan lebih merepotkanmu karena harus merawatnya,” jawab Wei Zhang pada Hua Mei. Melihat itu Hwang Jun langsung berdiri dari kursinya. “Sangat disayangkan, ternyata waktu cepat sekali berlalu, sekarang hampir larut malam, seperti saya harus undur diri. Tuan Wei, Nyonya Hua, terima kasih atas undangan makan malamnya, saya mohon pamit,” ucap Hwang Jun dengan sopan. “Tuan Muda Hwang tidak perlu sungkan, sering-seringlah datang ke rumah ini, kami sangat senang Tuan Muda Hwang bersedia datang untuk memenuhi undangan makan malam sederhana di rumah kami,” balas Hua Mei pada Hwang Jun. Hwang Jun membungkuk hormat lalu segera keluar dari ruang makan. Lian Er tidak ingin ketinggalan, dia segera menyusul Hwang Jun. Akan tetapi saat berhasil mengejar dia melihat Hwang Jun sedang mengejar Ah Nian di luar rumah. Lian Er melihatnya dan terus mengawasinya dari kejauhan. “Ah Nian sialan! Selalu saja mencari kesempatan untuk menarik perhatian Hwang Jun! Aku tidak akan membiarkan gadis cacat itu mendapatkan Hwang Jun!” geram Lian Er. Ah Nian sedang berjalan pelan di taman ditemani oleh Nuan. Ketika Hwang Jun berjalan mendekat, Nuan segera menahan langkah kakinya. Nuan tidak ingin mengganggu Hwang Jun. Ah Nian bisa mendengar suara langkah kaki berasal dari tiga orang berbeda, langkah Nuan pelayannya yang tertahan jauh di belakang punggungnya, langkah kaki Lian Er berhenti di teras lalu terdengar irama lain oleh Ah Nian, langkah kaki seorang pria mendekat dengan tergesa-gesa menuju ke arahnya dengan tiba-tiba . Dari irama langkah kaki dan parfum ini seperti Hwang Jun mengikutiku ke sini, apa yang ingin dia lakukan? tanya Ah Nian dalam hati. Ah Nian sengaja berhenti, pikirnya mungkin Hwang Jun memarkir mobilnya di halaman tak jauh dari posisi saat ini jadi mengharuskan Hwang Jun melewati jalan setapak yang sama dengan Ah Nian.***Keluarga Hong panik sekali saat mengetahui bahwa Ah Nian ternyata adalah dalang dari semua kejadian, bahkan Ah Nian mengaku sudah membunuh Juan Lin. Mereka tentu saja tidak akan membiarkan menantu yang selama ini mereka unggulkan berada di balik jeruji besi. Apapun akan dilakukan untuk membebaskan Ah Nian.Hanya dengan proses persidangan beberapa kali Ah Nian pun kembali dibebaskan.Hwang Jun merasa sangat bahagia. Ah Nian tidak mendapat hukuman berat karena sedang hamil, dan juga karena melakukan semua tindakan itu lantaran perbuatan Juan Lin yang terus menindas dan mengancam Ah Nian untuk terus mengambil kesempatan menyetubuhinya. Hwang Jun memeluk Ah Nian dengan erat sekali, dia sangat bahagia mendengar kabar bahwa Ah Nian sedang hamil."Kamu harus mengatakan semuanya padaku! Apa kamu pikir aku akan diam saja? Kenapa malah melakukan semuanya seorang diri?" Tanya Hwang Jun.Ah Nian menyandarkan kepalanya di dada bidang Hwang Jun."Karena aku tidak ingin Tuan Muda Yelan yang ter
***Hari demi hari telah berganti, bulan demi bulan begitu cepat berlalu.Ah Nian merasakan jarak begitu besar antara dirinya dengan Hwang Jun. Hampir tidak ada kemesraan lagi yang dia rasakan. Rumah tangga yang awalnya terasa begitu manis dan penuh cinta kini terasa sangat tawar.Meski sudah menghabiskan banyak waktu dengan duduk di perusahaan Yelan, Ah Nian tidak mampu menanggungnya lagi. "Maafkan aku, sepertinya aku memang harus menunjukkannya padamu, dan pada semua orang, tentang semua yang ingin kamu ketahui, alasannya hanya satu, karena aku mencintaimu Tuan Muda Hwang," bisik Ah Nian pada dirinya sendiri.Tanpa sepengetahuan Hwang Jun Ah Nian memutuskan untuk pergi seorang diri ke kantor polisi.Mendengar kabar dari kantor polisi bahwa Ah Nian berada di sana membuat Hwang Jun panik. "Sebenarnya apa yang dia simpan di dalam benaknya? Kenapa Ah Nian malah berada di kantor polisi?!" Keluhnya seraya bergegas pergi untuk menemuinya.Sampai di kantor polisi Hwang Jun menemui Ah Nian
"Siapa itu? Apakah putriku Lian er?" Tanyanya dengan kedua mata berbinar."Bukan, tamu Anda adalah Tuan Muda Hwang dari keluarga Hong," jawabnya.Hua Mei yang biasanya tidak pernah memiliki tamu berkunjung, dia merasa cemas karena Hwang Jun yang datang untuk menemuinya hari ini.Hua Mei dengan tangan diborgol berjalan menuju ke ruangan khusus untuk bertemu dengan Hwang Jun. Begitu Hua Mei duduk di kursi, Hwang Jun segera menunjukkan foto-foto di atas meja."Apa kamu mengenal pria ini?" Tanya Hwang Jun.Hua Mei menggelengkan kepalanya lalu membuang muka ke arah lain. Sekilas saat dia menatap foto tersebut memang ada kemiripan dengan Juan Lin putranya, tapi sebagai seorang ibu kandungnya, Hua Mei tahu pria di foto itu sama sekali bukan Juan Lin."Kamu yakin tidak mengenalnya?" Ulang Hwang Jun.Hua Mei menyipitkan matanya. Dia menatap Hwang Jun dengan tatapan mata meremehkan."Apa Tuan Muda Hwang pikir putraku sudah bangkit dari kuburnya untuk membalas dendam? Jika demikian maka ini adal
***Pada keesokan harinya. Ah Nian dan Hwang Jun menikmati sarapan bersama di sebuah restoran. Ah Nian mengenakan dress tanpa lengan berwarna merah dengan hiasan bunga-bunga kecil melingkar pada lingkar lehernya. Di bagian ujung gaunnya memiliki renda bermodel kelopak bunga mawar. Usai sarapan Ah Nian tampak termenung seperti sedang memikirkan sesuatu. Hwang Jun segera menyentuh jemari tangannya."Apa yang membuat kamu termenung?""Kira-kira siapa wanita yang menyamar sebagai aku? Tuan Muda Hwang, mungkinkah itu ...." Perkataan Ah Nian terhenti. Dia merasa ada seseorang yang sengaja mengambil bajunya di kediaman untuk mengelabui semua orang."Kamu tidak perlu memikirkannya lagi, jangan khawatir tentang masalah itu, aku sudah meminta seseorang untuk menyelidiki semuanya sampai tuntas," ujar Hwang Jun pada Ah Nian."Tuan Muda Hwang, aku hanya tidak ingin kamu meragukan ku, aku tidak ingin ada perselisihan antara kita berdua, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika Tuan Muda Hwan
"Kenapa kamu meminta orang datang untuk menyelamatkannya dan menggantinya dengan orang lain? Pria mabuk itu sama sekali bukan Juan Lin, memang dia mengenakan baju yang sama, tapi kenapa? Aku tidak mengerti ternyata kamu sendiri yang menyelamatkan sehingga Juan Lin bisa kabur, kamu mengurus identitas baru untuknya. Aku baru tahu ternyata kamu begitu berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu pria itu! Katakan apa alasannya padaku? Tidak perlu berpura-pura lagi! Apa jangan-jangan aku sudah salah mengenalimu?" Tanya Hwang Jun tiba-tiba.Spontan Ah Nian langsung mengangkat wajahnya. Ah Nian tidak mengerti dengan semua perkataan Hwang Jun."Aku????! Aku? Tuan Muda Hwang? Apa maksudnya?" Tanya Ah Nian dengan wajah kebingungan.Semua yang dikatakan Hwang Jun sama sekali tidak benar. Ah Nian bahkan tidak tahu apa-apa tentang Juan Lin yang masih hidup di luar sana.Hwang Jun sangat marah dia segera menghimpit tubuh telanjang Ah Nian kembali."Katakan dengan jujur atau aku buat kakimu tidak b
"Nian, keluarga Hong sama sekali tidak memiliki niat untuk memisahkan antara ibu dan anak, memang sejak dahulu secara turun-temurun sebagai wanita yang akan menjadi calon Nyonya besar di keluarga besar kami harus mengikuti peraturan tersebut. Ibu muda yang baru saja melahirkan tidak diizinkan untuk merawat bayi-bayi mereka, mereka harus fokus merawat diri, dan ...." Hwang Jun tidak melanjutkan perkataannya.Ah Nian mengernyitkan keningnya, dia segera mengguncang lengan Hwang Jun di sebelahnya."Dan apa?" "Dan memiliki waktu lebih banyak untuk calon Tuan besar," tutur Hwang Jun seraya menaikkan kedua alisnya lalu melirik ke arah ayahnya.Ah Nian masih tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Hwang Jun."Jadi kalian harus memiliki lebih banyak waktu, setelah proses persalinan tentunya Ah Nian lelah, jadi tubuhnya yang lelah harus dipulihkan seperti sedia kala, milikilah waktu sebanyak mungkin untuk bersama bila perlu perjalanan bulan madu ke dua harus dilakukan," ujar Tuan Hong dengan san