Share

Tuan Muda Menyebalkan!
Tuan Muda Menyebalkan!
Author: Nona Kirei

Liiu Yaoshan

Liiu Yaoshan (24 Tahun), memiliki paras tampan seperti sang ayah, mempunyai bola mata hitam pekat, pandangannya tajam bak elang. Dia mempunyai tinggi badan 180 CM dengan berat 70 kilo gram dan berambut panjang sebahu. Lii tumbuh di keluarga broken home. Orang tuanya bercerai ketika dia bersekolah di sekolah menengah pertama. Diusia itu, seorang anak laki-laki sangat membutuhkan sosok ayah yang akan menjadi panutannya, tetapi tidak dengan Lii, dia kehilangan sosok ayah di usia itu. 

Lii hidup bersama ibunya yang bernama Li Wei (44 Tahun), wanita cantik berkulit putih, berambut currly. Namun, dia terlalu berambisi dengan bisnisnya. Li Wei sangat mencintai bisnisnya, hal itu membuatnya lupa pada kewajiban pertamanya sebagai seorang istri yang harusnya melayani suaminya. Hal ini lah yang memicu keretakan rumah tangga mereka, hingga perceraian pun terjadi. 

Zhang Junda (46 Tahun), ayah dari Liiu. Seorang yang mempunyai perusahaan besar seperti mantan istrinya, Li Wei. Namun, Zhang memiliki pribadi yang bagus, walaupun orang kaya tetapi dia tidak sombong, berbanding terbalik dengan mantan istrinya. Sayangnya sang anak mempunyai karakter seperti ibunya, arogan, angkuh, juga dingin terhadap orang-orang disekitarnya. 

Prang! 

Terdengar guci pecah yang dibanting ke lantai. Bocah kecil itu hanya bisa mendengar pertengkaran demi pertengkaran dari papa dan mamanya. Dialah Liiu Youshan, seorang bocah yang baru saja sekolah di bangku SMP. Dia hanya duduk di ranjang sambil menutup telinganya dengan tangan. 

"Aku benci Papa Mama!"

Teriakan itu seolah percuma, karena orang tuanya tetap saja bertengkar walaupun dari lantai atas sang anak berteriak mencari perhatian. Hingga beberapa waktu, keadaan menjadi hening hanya deru mesin mobil yang sepertinya meninggalkan rumah megah bak istana itu. 

Lii melangkah menuruni anak tangga, bocah itu melihat sang ibu yang sedang menangis di sofa merah maroon. "Mama kenapa?" tanyanya yang kini duduk di samping Li Wei. 

Tak ada satu patah kata pun yang meluncur dari ibu muda itu, dia hanya memandang putranya lalu memeluk erat untuk menyembunyikan kesedihannya. Tetapi sia-sia, air matanya tetap terjatuh di pundak Lii, anak laki-laki sematawayangnya. 

Lii melepaskan pelukkannya, dia menatap sang ibu yang tertunduk dengan isak tangis pilu. "Ma?" panggilnya sambil mengangkat kedua pipi sang ibu. 

"Papamu meninggalkan kita, Lii." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Li Wei. Hal itu membuat Lii membenci sang ayah yang bernama Zhang Junda. 

Bocah itu memendam kekesalan pada sang ayah ketika mengetahui telah meninggalkan mereka. Parahnya, dia pergi tanpa pamit pada putranya. Hal itu yang membuat Lii merasa terbuang begitu saja. Dalam otak dan hatinya telah dipenuhi dengan rasa kebencian pada sang ayah. 

***

Itu sepenggal hidup suram Lii dan keluarganya. Lii kini bermetamorfosis menjadi seorang tampan dan menjadi CEO muda di perusahaan yang dirintis oleh ibunya. 

"Kopinya, Tuan," ujar Hyun Dae.

Hyun Dae (19 Tahun), seorang laki-laki yang tumbuh dari keluarga sederhana. Dia tidak melanjutkan kuliah karena ingin mandiri dan membahagiakan orang tuanya dari gaji yang dia dapat dari pekerjaannya sebagai OB (Office Boy) di perusahaan Lii, Hyun sudah bekerja kurang lebih satu tahun di perusahaan itu. 

"Thank you!" jawab Lii tanpa menoleh. 

"Ada lagi yang bisa saya bantu, Tuan?" ujar Hyun sebelum dia pergi. 

"Tidak ada, lanjutkan saja pekerjaanmu," jawab Lii dengan nada dingin. 

"Baik, permisi, Tuan." Hyun pun meninggalkan ruang kerja Lii, lelaki terdingin yang pernah dia temui. 

Waktu itu tepat jam sepuluh siang, Lii sedang mengusap camera digitalnya, lelaki itu memang mencintai dunia photografi. Setiap hari selalu dia bawa, bahkan hanya ke kantor pun dia selalu membawa kamera kesayangannya. Bahkan, disela kerjanya pun lelaki bertubuh jangkung ini selalu membidik sesuatu yang dia anggap menarik. 

Hari-hari yang Lii lalui terasa nge-flat, hanya ke kantor dan clubbing ketika malam tiba. Jarang sekali dia bertemu dengan ibunya walaupun satu atap. Kesibukan kantor yang membuat mereka jarang berkomunikasi dan hal itu sudah terjadi semenjak orang tuanya berpisah. 

"Permisi!" sapa seorang perempuan yang membawa data perusahaan, dia membawa berkas dalam map berwarna biru. 

"Masuk!"

Pintu pun terbuka, wanita itu akhirnya duduk setelah dipersilahkan oleh Lii. 

"Ini, Tuan, data yang harus ditandatangani," ujarnya kemudian meletakan lembar data di meja. 

"Tinggalkan saja di situ."

"Baik, Tuan. Permisi."

"Hem." Lii hanya berdehem tanpa menoleh. 

Hal itu yang membuat Zhinshu kesal terhadap lelaki ini karena diam-diam wanita berpenampilan seksi ini menaruh hati pada Lii. Karena kesal, Shu pergi ke pantry untuk sekedar membuat teh hangat agar merelaksasi pikirannya yang sudah penuh dengan pekerjaan di kantor juga kekesalannya tehadap Lii. Dengan bibir mengerucut dia pun mengambil teh celup juga menambahkan sedikit gula. 

"Kenapa, Mbak? Kok bibirnya ditekuk begitu," sindir Hyun yang sedang merapikan pantry. 

"Biasa!" ketusnya dengan bibir merah menyala yang semakin terlihat manyun. 

Hyun tersenyum, "Makanya tembak aja, Mbak, Tuan Lii, biar Tuan muda tau isi hati Mbak Shu."

"Tembak?" Wanita itu tersenyum masam, "mimpi kamu! Mana mungkin aku berani?" Shu mengaduk teh dalam cangkir.

"Daripada keduluan yang lain?"

"Hah? Mana ada yang bisa deketin dia? Tuan muda yang super duper ngeselin, angkuh, dingin--" katanya terputus. 

"Tapi ganteng, kan?" ujar Hyun sambil menaikturunkan alis. 

Mata Shu membulat, "Iya, sih, tapi kalau sifatnya seperti itu? Aku rasa sulit menaklukan hati Tuan muda."

"Iya, juga, ya?"

"Hem ... baru kepikir, kamu?" ujar Shu yang mulai menyeruput teh hangat yang tidak terlalu manis. 

Shu masih menikmati teh manis sejenak di pantry, tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena ponselnya berdering. Mata Shu membulat ketika dia melihat nama yang ada dalam ponselnya. 

"Halo?"

"Kamu di mana, sih? Saya menelepon ke ruang kerjamu tidak juga diangkat?!" cerca Lii dalam ponsel. 

"Ma-maaf, Tuan, saya lagi di pantry, ini baru mau kembali ke ruang kerja. Saya baru saja membuat teh manis," terangnya. 

"Aku tidak peduli, yang aku inginkan hanyalah rekap dokumen kantor kemarin, saya mau periksa ulang hari ini!" tegasnya yang membuat Shu terperanjat. 

"I-iya, Tuan.  Saya ambilkan sekarang," jawab Shu yang langsung bangkit dari kursi lalu bergegas ke ruang kerjanya untuk mengambil dokumen yang dibutuhkan.

Sementara di pantry, Hyun merasa kehilangan Shu karena gadis itu tidak berpamitan padanya, "Kemana dia pergi?" gumamnya. 

Hyun mencari Shu, bahkan sesekali sedikit berteriak memanggil namanya ketika dia mencari. Dalam sudut pantry dan toilet pun tidak ada. Hyun melihat cangkir yang berisi teh yang masih hangat di meja. "Loh, inikan milik Shu."

Tanpa banyak berpikir, Hyun pergi ke ruang kerja Shu. Di sana terlihat Shu yang sedang sibuk mencari draf file, ternyata wanita ini lupa menaruh berkas file yang kemarin dia kerjakan. 

"Mbak Shu? Kamu cari apa?" tanya Hyun yang ada di depan pintu kerjanya. 

Shu menoleh, "Eh, kamu, Hyun. Aku boleh minta tolong?" tanya Shu dengan peluh yang terlihat membasahi keningnya. 

Hyun menaruh cangkir di meja kerja Shu, "Tolong apa, Mbak?"

"Tolong carikan fail yang berisikan laporan kerja kemarin di atas, saya susah untuk mengeceknya," ujar Shu yang membuat Hyun tersenyum.

"Makanya berdiri, Mbak jangan jongkok mulu," ledek Hyun sambil tersenyum. 

"Ish!" ujar wanita itu kesal dengan membulatkan matanya pada Hyun. 

"Becanda, Mbak. Awas, biar aku yang carikan," ujar Hyun yang mengambil alih.

Tidak lama, akhirnya map yang dicari Shu akhirnya ditemukan. Tampak rona bahagia pada wajah Shu saat itu. Setelah gadis itu mengucapkan kata terima kasih, dia pun bergegas pergi menuju ruang kerja Lii. 

"Permisi." Shu mengetuk pintu ruang kerja Lii. 

"Masuk!"

Shu membuka pintu dengan wajah ceria, tetapi tidak dengan Lii, dia terlihat marah ketika melihat Shu dari kursi kerjanya. Tangan yang dia lipat di dada dan sorot mata hitam pekat membuat lelaki ini ditakuti, termasuk Shu. Walaupun wanita ini mencintai Lii, tetapi ketika Lii menatap seperti itu, hatinya menciut bak kerupuk terkena air. 

"Dari mana saja kamu? Lama sekali!" ketus Lii kala Shu sudah berdiri di depan mejanya. 

"Maaf, Tuan. Tadi saya mencari berkasnya yang terselip." Shu beralasan. 

"Besok lagi jangan seperti ini! Bagaimana kalau sangat penting?saya bisa kehilangan tender hanya gara-gara sekretaris pelupa seperti kamu!" cerca Lii yang masih menyenderkan punggung di kursi kerjanya. Terlihat santai tetapi wajahnya tidak mengurangi karisma yang dia miliki. 

"Baik, Tuan. Maaf kan saya," ujar Shu yang merunduk, pandangannya melihat ujung sepatu dan tidak terasa air mata itu terjatuh, hanya saja dia cepat mengusapnya, sehingga Lii tidak mengetahui kala sekretarisnya menangis.

"Ya sudah, kembali ke tempat kerjamu!"

"Baik, Tuan."

Shu bergegas pergi dari ruangan Lii, dengan sedikit berlari, wanita ini langsung memasuki ruang kerjanya. 

Shu mengempaskan pintu dengan kasar, mata yang sudah basah itu kini membulat ketika sosok Hyun yang masih ada di dalamnya. 

"Hyun?" lirihnya. 

Hyun berdiri dari tempat duduknya, dia berjalan mendekati Shu yang berlinang air mata bahkan bercampur peluh, "Kamu kenapa, Mbak?" tanya Hyun dengan wajah peduli. 

"Boleh aku meminjam pundakmu?"

Sepasang mata pemuda itu membulat, hatinya sedikit tersentak karena dia belum pernah meminjamkan pundaknya pada orang lain, terlebih perempuan. Entah karena kasihan atau hal lain, Hyun mengangguk tanpa sadar. 

Shu bersandar di pundak kokoh Hyun, air matanya sedikit membasahi baju yang dikenakan oleh Hyun. Lelaki itu merasa kasihan dan tangannya hampir saja mengusap rambut Shu yang panjang terurai. Namun, tangannya terhenti ketika Shu terisak. Hyun tidak berani untuk sekedar mengusap rambut panjang Shu. Lelaki itu hanya meminjamkan bahunya untuk Shu yang sedang bersedih. 

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Charlotte Lee
menarik sih ceritanya.. mau follow akun sosmed nya dong kalo boleh?
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status