MasukMendengar teriakan Billy, Laras dengan cepat menoleh dengan ekspresi kesal karena seseorang berani memotongnya saat berbicara. Namun belum sempat ia mengucapkan sesuatu, matanya menangkap sosok Gina yang sedang menggelengkan kepala dengan wajah pucat, seolah memberi kode agar Laras tidak mengatakan apa pun. Laras segera memperbaiki ekspresinya dan bertanya, "Maaf, Tuan Muda, Anda siapa? Mengapa Anda masuk ke ruangan kami secara tiba-tiba?!" tanya Laras setengah memberi teguran. Belum sempat Billy menjawab, tiba-tiba suara seorang pria lain terdengar, "Nona Narone, sepertinya kau sedang sangat kesal, ya?! Tenangkan dirimu sejenak, bagaimana kalau kita duduk berbincang bersama," ujar pria itu yang tentu saja adalah Richard. "Siapa lagi kau? Mengapa kau tahu namaku? Sepertinya aku tidak mengenalmu!" tanya Laras sedikit bingung, dengan ekspresi kesal masih terlihat jelas di wajahnya. "Lihat, dasar playboy cap kadal, bahkan kau tahu nama belakang seorang gadis yang sama sekali ti
Tanpa membuang waktu, mereka masuk ke dalam restoran. Tepat di koridor utama, Bela menghentikan langkahnya sejenak. Dari kejauhan, ia melihat Billy berjalan tergesa dengan ekspresi serius, diikuti Gina yang wajahnya mulai pucat. Empat pria lain menyusul di belakang mereka dengan langkah canggung. Bela dan Richard saling pandang. “Mungkin akan ada pertunjukan menarik,” gumam Bela pelan. Sementara itu, Billy telah berhenti di depan satu pintu terakhir. Tangannya terangkat, bersiap membuka pintu. “Billy, tunggu!” panggil Richard setengah berteriak. Billy menoleh saat mendengar suara panggilan yang cukup familiar di telinganya. Ia segera tersenyum saat melihat siapa yang datang. “Richie, Bela, kalian juga makan di sini?” tanya Billy. “Tidak, Bil. Kami baru saja tiba. Salah satu anak buahku memberi informasi jika bos berada di sini. Apa itu benar?” “Itu benar. Aku juga sedang mencarinya. Rania memberi tahuku jika mereka dalam masalah,” jawab Billy cepat. Deg… Mendengar nama Rania
Saat perdebatan antara Mila dan Laras makin sengit. Ponsel di tangan Rania bergetar. Saat ia menyadarinya, ponsel itu sudah bergetar untuk ketiga kalinya. Nama Billy kembali muncul di layar, sama seperti dua panggilan sebelumnya yang tidak disadari Rania. Ia menghela napas kecil sebelum akhirnya menjawab panggilan itu. “Ran, kenapa lama sekali? Di mana Nathan? Orang tuaku sudah tidak sabar ingin segera bertemu lagi dengan Nathan,” omel Billy dari seberang telepon. Setelah Billy kembali dari rumah keluarga Middleton, tentu saja dengan mulut embernya, dia langsung menceritakan semua yang terjadi pada ayah dan ibunya. Ekspresi keduanya saat itu sangat terkejut hingga tak mampu berkata-kata. Franky mulai menghubungkan kejadian lima tahun lalu, saat keluarga Middleton mengerahkan seluruh kekuatan keluarganya untuk mencari perahu Norman. Sekarang dia tahu alasannya, tentu saja karena Nathan, putra Norman, adalah cucu lelaki tunggal Reynand. “Maaf, aku belum bisa ke sana,” ucap Rania
Sayangnya, sebentar lagi kenyataan pahit akan memukul mereka semua. Dan benar saja, Gina segera mengatakan sesuatu yang menghancurkan harapan mereka. "Mama juga sebenarnya ingin mengajaknya kemari, sayangnya... Mila datang bersama pacarnya, dan juga keempat sahabatnya. Jadi jika mereka datang ke ruangan ini, maka ruangannya tidak akan cukup," ucap Gina sambil mendesah tak berdaya. "Kalau begitu beri tahu aku di kamar mana mereka. Aku akan menemui Mila. Aku juga ingin melihat seperti apa pria yang berani memacari adik sepupuku. Jika dia adalah orang bodoh yang mencoba memanfaatkan adikku, aku akan segera memisahkan mereka." Suara Laras sedikit bergetar karena kesal. Tanpa seorang pun berniat menghentikan Laras, dia langsung menarik tangan ibunya dan meminta Gina menunjukkan ruangan Mila. Sementara di ruangan F2-07, Nathan, Mila, dan yang lainnya sedang menikmati makanan yang tersaji di depan mereka. Keenamnya bersantap dengan lahap karena sekarang memang sudah cukup siang, sedangka
"Ayo cepat selesaikan makanmu. Setelah ini kita pergi ke rumah paman dan bibiku bersama-sama. Kau bisa segera bertemu Mila, sepupuku. Aku juga sudah menceritakan tentang dirimu pada Bibi Laila, dan dari responsnya aku rasa dia cukup menyukaimu," ujar Laras tampak bersemangat. Laras berusia dua tahun lebih tua dari Mila, yang artinya saat ini dia berusia dua puluh tahun. Dia dan Rowman, pacarnya, sama-sama mengambil jurusan ekonomi di kampus yang sama dengan Mila, dan mereka berada di semester kelima. Sebelum mereka sempat melanjutkan, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dan dua orang pria lain masuk. Mereka masing-masing menggandeng gadis cantik di lengan mereka. Dua pria itu adalah Leon Gavin dan Revan Narya, teman sekelas Rowman sejak kecil. Mereka semua adalah para putra dari tokoh-tokoh penting di Metropolis, termasuk Rowman yang merupakan putra keluarga Alvaro. Orang tua mereka menempati posisi strategis dalam kerajaan ekonomi Metropolis, bahkan mereka termasuk keluarga kaya k
"Bibi, kau jahat sekali padaku." ujar Mila sedikit merajuk, "Ayo ikut aku, bibi akan lihat kalau pacarku itu sangat baik dan perhatian." puji Mila mencoba mengangkat wibawa Nathan. "Kalau semua yang kamu katakan benar, pria itu pasti tidak tampan." goda Gina sambil terkekeh. "Tertawa saja sepuas bibi, sayangnya kali ini bibi akan kecewa." balas Mila bangga. "Ayo mana pria tidak beruntung itu, perlihatkan pada bibi." ujar Gina yang terus menggoda Mila. "Kak Nathan, bisakah kakak kemari sebentar? Ada seseorang yang akan kuperkenalkan pada kakak." panggil Mila lembut, sangat kontras dengan sikap bar-barnya saat menghadapi Gina. Melihat tingkah aneh gadis itu, Gina malah tertawa cekikikan. Di tengah tawa puasnya, tiba-tiba senyum Gina mengeras, wajahnya terasa kaku, bahkan ekspresinya membeku beberapa saat. Di depannya berdiri seorang pria muda yang lebih tinggi darinya, tampak tidak lebih tua dari putrinya. Pemuda itu tersenyum, menampilkan deretan gigi putih di antara dua







