Home / Young Adult / Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas / 6. Halus dan Polos, tapi Menikam

Share

6. Halus dan Polos, tapi Menikam

Author: Kerry Pu
last update Last Updated: 2024-11-01 21:34:30

"Vella, kenapa kamu terdiam? Cepat telepon Edgar," sentak nenek Lola mengejutkan Vella.

Kilat mata Vella menatap nenek Lola sekilas. Dengan tenang dia menurunkan gagang telepon dan meletakan pada tempatnya perlahan. Lantas menjawab, "Iya, Nek."

Kemudian Vella mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Edgar sesuai titah nenek Lola.

Kembali Vella berjalan dengan tenang untuk menaiki tangga, dan wajahnya mendongak ketika mendengar suara lembut Indina.

"Vella, kamu sudah pulang, Nak?"

Seketika mata Vella memicing tajam, sungguh memuakkan dua wajah yang berbeda ini.

'Menyedihkan sekali ternyata selama ini aku tertipu,' batin Vella kesal bercampur kemarahan, namun raut wajahnya masih terlihat tenang.

Indina terlihat mendekat dan menyentuh pipi Vella dengan lembut. Senyumnya merekah indah dan terlihat sangat manis, sikap ini sangat berbanding terbalik dengan apa yang apa Vella dengar di balik telepon sebelumnya.

Kerutan di alis Vella memudar, wajahnya menjadi datar dan dingin, kala dia berucap, "Jangan bersikap baik kepadaku, jika sebenarnya kamu tidak menyukaiku."

Vella menurunkan tangan Indina dari pipinya, dan pergi begitu saja. Menghadirkan kilat suram di wajah Indina.

Senyum miring penuh kebencian tersungging sadis dari sudut bibir Indina setelah Vella berlalu. Mulutnya mulai bergumam sinis. "Kamu pikir aku aku senang melakukan ini? Kamu hanya Kabut Suram penghalang jalanku, Vella."

Tapi mendadak Indina berpikir dalam, dengan perubahan sikap Vella kali ini. Biasanya anak itu bersikap ramah dan lembut kepadanya.

'Ada apa dengannya malam ini?' tentu saja itu yang menggema di benak Indina sekarang.

Namun, setelah ingat sikap mendiang Vita yang juga dingin dan sangat luar biasa, Indina tak lagi mengacuhkan sikap Vella kali ini. Temperamen seorang ibu pasti menurun ke anaknya bukan?

Sementara Andin yang sejak tadi sudah sangat penasaran ketika Vella menenteng pepper bag di tangannya. Diam-diam mengikuti Vella dan masuk ke dalam kamar.

Terlihat Vella menjatuhkan diri di atas kasur dengan sangat lelah. Dia menatap langit-langit kamarnya dengan kilat mata lemah dan sedih.

'Diumpankan pada laki-laki dewasa, apakah hidupku tak seberharga itu?' batin Vella pedih.

Seandainya dia punya jakun di tenggorokannya mungkin saat ini akan terlihat bergerak-gerak lantaran Vella terus menelan saliva mengingat kejadian mengerikan saat itu.

Dia sangat jijik ketika melihat wajah pelaku yang begitu rendahan ingin menerkamnya.

Rasanya saat ini Vella ingin membakar dunia kala kenangan menjijikan itu kembali hadir. Terlebih ketika dia tahu, dalang di balik kejadian itu adalah seorang ibu yang yang selama ini sangat dia hormati.

Tapi raut wajah Vella perlahan kembali dingin dan tenang, manakala menyadari ada seseorang yang memperhatikan. Garis bibirnya melengkung tipis dan terlihat mencela.

"Apa yang ingin kamu ketahui?" tanya Vella santai dan dingin.

"Apa kamu selalu mencurigaiku? Aku hanya ingin menagih, oleh-oleh apa yang akan kamu berikan padaku setelah pergi dengan kak Rino dengan begitu lama?"

Vella tersenyum ironi mendengar pertanyaan adiknya. Terlebih ketika dia melihat kilat mata Andin terus tertuju pada pepper bag yang barusan dia letakkan.

Hatinya terus mencela. Tentu saja, selama ini Andin selalu menginginkan yang dia punya. Kali ini pun Vella yakin adiknya juga menginginkan hal yang sama.

Vella kembali terlihat santai, dia meraih ponsel dan memainkannya, tak ingin menanggapi Andin yang kian terlihat geram.

"Memalukan, sok jual mahal, tapi masih saja menguras kantong kak Rino."

Vella masih tidak menanggapi, dia asik memainkan gadget tak mengacuhkan ujaran Andin.

Namun, begitu melihat Andin bergerak menuju pepper bag di sampingnya, dengan santai Vella meluruskan kaki yang sedari tadi menggantung di tempat tidur dengan gerakan mendadak.

Sehingga, Andin yang sudah terlihat bersemangat jadi tersandung kala menabrak kaki Vella yang jenjang.

"Ah!" Andin memekik kesakitan kala tubuhnya terjungkal ke lantai dengan keras.

"Kak, kamu sengaja, ya? Lihat saja bagaimana aku akan mengadukanmu pada papa," ancam Andin setelah berhasil duduk bersimpuh di lantai sembari mengusap-usap sikunya yang nyeri.

Senyum mencela kembali muncul di sudut bibir Vella, kemudian dia berucap santai, masih dengan posisi berbaring dan tanpa menatap Andin. "Lakukan saja, memang hanya itu 'kan, yang selama ini kamu lakukan untuk merebut apapun yang aku miliki?"

"Itu adalah milikku, apa pun yang diberikan kak Rino aku juga berhak memilikinya."

Tawa ironi Vella terdengar sangat mencemooh setelah Andin menutup mulut. Tampaknya adik tirinya yang imut dan lemah lembut itu memang sangat serakah.

Perlahan Vella mengangkat tubuhnya untuk duduk. Kemudian menatap Andin yang masih terlihat menyedihkan bersimpuh di lantai.

"Kamu mengatakan tentang hak? Apa kamu tidak mengaca baru-baru ini?" tanya Vella santai.

"Kamu pikir kak Rino milikmu seutuhnya? Aku rasa kamu juga sudah tahu apa yang kami lakukan saat mama Vita kecelakaan." Andin pun bangkit dengan senyum mencibir, bahkan dia semakin puas setelah melihat raut wajah Vella menggelap.

"Menjijikkan," ucap Vella sinis, sekarang dia tahu bahwa Andin sengaja melakukannya karena dia tahu Vella akan datang.

"Akui saja, Kak. Sebenarnya kamu sama sekali tak pantas bersanding dengan kak Rino. Memang apa yang bisa kamu lakukan untuknya?" Andin memandang Vella dengan senyum imut yang tak terlihat manis di mata Vella.

Vella hanya mendengkus samar, dan berucap, "Apa kamu pikir kamu pantas?"

"Tentu saja, kak Rino mengkhianatimu saat status kalian masih bertunangan. Sudah jelas kamu memang mempunyai kekurangan untuk menyenangkannya," ucap Andin dengan suara lembut yang dia miliki.

Namun, malah membuat Vella semakin jijik, dan membatin, 'Tunggu saja sampai saatnya tiba aku akan menyatukan pasangan busuk seperti kalian.'

Andin semakin senang menatap kekalahan di raut wajah kakaknya. "Kenapa menatapku seperti itu? Akui saja, kamu benar-benar tidak layak untuk kak Rino. Jadi lebih baik putuskan saja dia."

Tapi, senyum Vella tiba-tiba mengembang indah dan berucap, "Ide yang bagus. Tapi sungguh sial, ternyata tunanganku yang menjijikan itu sama sekali tak ingin berpisah denganku, meski ada gadis rendahan yang mencoba merayunya. Ternyata benar kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya."

Seketika mata Andin melebar lantaran tersinggung. "Apa maksudmu? Tidak perlu melibatkan mama Indina dalam urusan kita."

"Sebelumnya aku memang tidak ingin, tapi setelah malam ini sepertinya itu sangat sulit," timpal Vella santai.

"Apa kamu adalah orang yang tidak tahu berterima kasih? Selama ini mama selalu merawatmu dengan baik meski kamu bukan anak kandungnya, bisa-bisanya kamu berpikiran jahat terhadap mama Indina!" Andin semakin geram.

"Cih ... kamu ini pura-pura tidak tahu, atau memang bodoh? Atau memang seperti inilah kalian. Pura-pura bersikap halus dan polos, tapi menikam dari belakang?" cela Vella tanpa menutup-nutupi lagi.

"Kamu ini bicara apa? Jangan pernah meragukan kebaikan mamaku, di saat mendiang mama Vita sibuk dengan urusan bisnis, siapa yang mengurus dan merawatmu?"

Seketika emosi memenuhi wajah Vella, dia pun segera berdiri dan menghardik, "Jangan pernah sebut nama mamaku. Orang ketiga seperti kalian, sama sekali tak pantas!"

Bruk!

Tiba-tiba Andin jatuh ke lantai tanpa sebab, membuat Vella memicingkan mata sejenak, diikuti hardikan garang di ujung pintu.

"Vella, apa yang kamu lakukan pada adikmu?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    171. Pengantin Tercantik (End)

    Di bangsal rumah sakit.Saat ini Vella masih terbaring lemah, wajahnya pucat dan tidak berdaya.Lemparan kotak kayu itu ternyata mencederai otak kecil Vella hingga melumpuhkan fungsi motoriknya.Vella lumpuh tak bisa berdiri ataupun berjalan, saat duduk dia sangat mual dan pusing kemudian terjatuh tanpa mempunyai keseimbangan.Bersyukur tusukan di perut Vella tak sampai melukai janin yang dia kandung.Vella hanya bisa berbaring ditemani Samudera yang tak pernah lelah menggenggam tangannya memberi dukungan moral."Maaf, aku salah, aku lengah. Jika aku lebih waspada kamu tidak perlu mengalami hal semacam ini."Vella tersenyum lemah mendengar permintaan maaf Samudera yang entah kali keberapa."Kamu tidak lelah meminta maaf terus setiap waktu?"Samudera tersenyum samar. "Aku hanya tidak tahu bagaimana caraku menebus kelalaian?""Bantu aku duduk."Samudera menuruti keinginan Vella, dan memeluknya dari belakang agar Vella tidak jatuh.Sementara Vella memejamkan matanya, sembari menyandarkan

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    170. Kakek Baswara Membalik Keadaan

    Sandra hampir putus asa ketika lima orang ingin memasukinya.Tapi entah kenapa lima orang tersebut tiba-tiba menghentikan aksi dan meninggalkannya begitu saja.Setelah termenung sesaat, tiba-tiba Sandra kembali tertawa ironi.Ternyata Samudera tak sungguh-sungguh membiarkannya ternoda.Hatinya semakin bangga."Bodoh, ternyata kamu tak sesadis yang aku pikirkan. Setelah apa yang aku lakukan pada gadismu ternyata kamu masih selemah ini."Sandra berhasil menghubungi seseorang setelah tangannya yang tertembak bersusah payah merogoh ponsel dari saku.Namun, tiba-tiba mobil yang membawanya ke rumah sakit mengalami kecelakaan.Sandra pingsan.Saat dia terbangun. Sandra mendapati dirinya di sebuah ruangan asing dengan pencahayaan minim.Di tengah ruangan sunyi.Suara pintu yang dibuka terdengar sangat nyaring.Siluet seseorang yang masuk terlihat kabur di mata Sandra yang baru saja terbuka.Namun, saat cahaya lampu menerpa tubuh itu. Sandra langsung mengenali siapa dia."Kakek …."Kakek Baswa

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    169. Aku Ingin Tidur Denganmu

    Bulan bersinar sangat indah menerpa tubuh gadis yang saat ini tengah tertawa mengerikan, sedingin udara malam ini. Cahayanya penuh kemenangan, tapi sedetik kemudian kilat matanya berubah menjadi tajam dan mempunyai hawa membunuh. Tatapan itu menghujani tubuh Vella yang terkulai tak berdaya di lantai beton. "Aku sudah mengatakan, jika aku tidak bisa memiliki Samudera. Maka kamu pun tak akan bisa memilikinya." Sandra beralih pada belati yang masih menancap di pahanya. Kemudian terdengar pekik kesakitan saat dia mencabut belati tersebut. Sandra tidak bisa berdiri tegak. Namun, dia tetap memaksa berjalan terseok-seok menuju ke arah Vella. Kembali bibir itu tersenyum. Namun, sama sekali tak terlihat indah, ketika matanya terarah pada perut Vella yang masih datar. "Aku membencimu, Vella. Aku membencimu karena Samudera sangat mencintaimu! Aku benci karena Samudera sangat menginginkanmu. Tidak seharusnya kamu mengandung anaknya, karena itu adalah hakku!" Sandra tahu Samudera tidak

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    168. Samudera Hanya Boleh Menyentuhku

    Vella tahu ini keadaan yang sangat buruk.Dia sedang hamil dan tidak boleh melakukan gerakan ekstrim.Tapi jika tidak melawan, ini akan berakhir mengenaskan untuknya.Zlak!Salah satu dari pria itu seperti tercekik ketika mendapat hantaman keras di lehernya.Pria yang lain tidak berdiam saja ketika melihat tuan putri ini memiliki sedikit kemampuan.Sejak Vella tahu ada orang yang mengincar nyawanya, dia memang tak ingin menjadi gadis manja yang hanya bisa bersembunyi di balik perlindungan Samudera.Bisa memanah dan menggunakan pistol itu tidak cukup.Dia mempelajari beberapa teknik dasar membela diri dari serangan jarak dekat.Tidak disangka, pengetahuan itu sangat berguna saat ini."Jangan biarkan dia lari!" Teriakan Sandra menggema.Vella memang ingin melarikan diri, tapi tangannya segera ditarik hingga dia mulai terpelanting ke belakang.Tapi nyatanya Vella tak kembali dengan tangan menganggur.Diacungkannya kepalan tangan yang langsung terarah pada wajah pria tersebut.Bam!Wajah

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    167. Dia Akan Senang Melihat Bagaimana Dia Akan Mati

    Byur!Vella tersedak dan langsung kembali pada akal sehat setelah merasakan guyuran air kasar menghantam wajah.Dia terbatuk, dan hawa dingin pun merambat menyelimuti tubuhnya yang basah.Bintang yang bertebaran di langit benar-benar telah mengembalikan kesadarannya setelah pingsan akibat obat bius.Sepertinya dia berada di atap gedung sekarang."Sudah sadar?"Pertanyaan itu membuat Vella menoleh.Seketika senyumnya melengkung dingin.'Sandra … tentu saja dia ….' batin Vella kecut."Apa yang kamu inginkan?" tanya Vella datar.Tawa mengerikan Sandra terdengar miris.Sikap nona muda yang bermartabat tak lagi terlihat.Berganti dengan wajah bengis yang mempunyai aura membunuh."Kamu masih bertanya apa yang aku inginkan? Yang aku inginkan adalah Samudera, Vella! Tapi kamu telah merebutnya, jadi kamu harus menanggung akibatnya!"Vella sama sekali tak terlihat takut. Dia malah tersenyum hambar. "Sudah aku katakan, salahkan takdirmu.""Takdir? Takdirku sangat baik sebelum kamu datang! Tapi k

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    166. Vella Hilang

    Entah sejak kapan Samudera berada di situ dengan aura mengerikan seperti hendak melenyapkan seseorang.Bagaimana Vella tidak suci?Leon yang dia tangkap sudah mengakui jika tidak sempat melakukan apapun pada Vella.Selain itu Samudera sendiri juga sudah membuktikan saat malam pertamanya dengan Vella di Paris.Noda darah keperawanan di seprai putih itu masih Samudera ingat dengan jelas di benaknya.Kata-kata kotor Sandra benar-benar membuat Samudera kehilangan kesabaran."Orang yang mempunyai mulut busuk sepertimu seharusnya tidak hidup di dunia ini."Samudera nyaris menghantam Sandra, jika tidak ada tarikan yang menghentikannya."Jaga martabatmu, Tuan Muda Baswara," tegas Brian, sembari mencengkeram kuat tangan putranya.Lantas kerlipan mata membuat dua orang pengawal menyeret Sandra keluar dari dalam venue.Gadis itu meronta-ronta dan berteriak seperti orang gila."Samudera kamu akan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status