Share

Bab 4 : Bertemu Gadis Cantik

"Maaf, tapi yang membeli mobil ini adalah Bapak Sam," jawab petugas itu tersenyum sopan.

Sam langsung membubuhkan tanda tangannya dan petugas itu pamit permisi.

Reno sangat malu karena sudah berbohong pada Dinda. Bukan itu saja tapi dia juga penasaran bagaimana bisa pria pengangguran seperti Sam bisa membeli mobil mewah dalam waktu singkat.

"Apa kau ingin mencoba mobil baru itu, Pak?" tanya Sam dengan tersenyum manis.

"Sayang, ayo kita pergi dari sini!" Reno sudah tidak sanggup berlama-lama di sana.

"Tapi sayang, dia harus kita laporkan ke-"

Ucapan Dinda langsung dipotong oleh Reno.

"Sudah, biarkan saja dia! Aku mau istirahat!" jawabnya beralasan.

Wajah Reno memerah karena menahan malu dan marah.

Sam tersenyum penuh kemenangan karena berhasil membuat Reno tak berkutik sekaligus membuktikan ucapannya bahwa dia bisa membeli melebihi apa yang pria sombong itu punya.

Sore hari…

Reno baru saja memarkirkan mobilnya dan ingin masuk ke dalam apartemennya lalu dia mendengar bunyi klakson mobil yang membuatnya terkejut.

Sam keluar dari mobilnya dan menghampiri Reno.

"Ayo, main ke apartemen milikku!" ucapnya tiba-tiba.

"Pergi dari sini sialan!" maki pria itu yang kesal melihat Sam lagi di sini.

"Baiklah!" jawab Sam tersenyum.

Dia pun menaiki mobilnya kembali dan berputar arah, Reno baru saja berniat pergi tapi dia melihat mobil Sam malah masuk ke apartemen mewah yang ada di seberang.

Hal itu sukses membuat mulut Reno menganga lebar karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Besok Paginya…

Sam merasa bosan seharian di kamar karena terbiasa bekerja. Dia pun berniat untuk mencari pekerjaan baru.

Meskipun sudah mendapatkan akses dan uang dari Papanya tapi dia sudah bertekad untuk hidup mandiri dengan hasil kerja kerasnya saat pergi dari rumah.

Pemuda itu sudah melihat lowongan di koran hari ini, jadi dia akan berangkat pagi agar tidak terlambat.

Sam sudah bersiap dengan pakaian kemeja putih dan juga celana kain, dia akan memilih pekerjaan di hotel yang memang keahliannya, tapi kali ini dia sengaja tidak membawa mobilnya, tapi naik kendaraan umum.

"Semoga aku bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya!" ucapnya bersemangat.

Setelah sampai di tempat tujuan. Sam bertanya kepada security yang bertugas dan langsung diperbolehkan masuk.

Dia pun berjalan ke dalam halaman hotel, ternyata di samping gedung itu sudah banyak orang yang melamar.

Sam juga ikut mengantri bersama mereka, ini adalah hotel bintang lima. Dia melihat nama hotel itu adalah Hotel Royal Venus. Yang mana itu bagian dari properti yang dimiliki keluarga mereka. Dan yakin bahwa ini adalah hotel anak cabang Galaxi Group.

'Mudah-mudahan tidak ada yang mengenaliku!' batinnya berdoa.

Karena kalau iya, maka penyamarannya akan terbongkar. Sam sedikit menundukkan kepalanya agar orang-orang tidak begitu memperhatikannya.

Sudah ada beberapa orang yang berdiri di depan, sekarang tiba giliran Sam untuk memberikan surat lamarannya.

"Kenapa tidak ada ijazah?" tanya petugas HRD itu ketus.

"Maaf, Pak. Saya lupa membawanya. Apakah boleh menyusul?" jawab Sam penuh harap.

Tidak mungkin dia mengatakan kalau semua dokumen miliknya berada di Jakarta di rumah orang tuanya. Dia lupa mempersiapkan berkasnya kemarin.

'Mana mungkin mereka percaya!' batinnya geli.

"Pergi dari sini! Masih banyak orang lain yang lebih baik darimu!" ucapnya mengusir Sam.

"Saya mohon tolong berikan aku kesempatan, Pak!" pinta Sam dengan wajah memelas.

"Tidak bisa! Memangnya hotel ini punya Bapakmu!" bentaknya dengan suara meninggi.

'Loh, hahaha memang ini punya papaku kok!' dalam hati Sam tertawa lagi.

Beberapa orang yang juga ikut melamar, menatap kasihan pada Sam tapi mereka tidak dapat membantunya. Lalu seorang wanita yang memiliki paras wajah cantik nan ayu mencoba membelanya.

"Berilah dia kesempatan, Pak. Saya yakin dia sangat membutuhkannya, bagian apa saja boleh! Iya kan?" ujarnya tersenyum menampakkan lesung pipinya yang semakin membuatnya cantik berlipat lipat.

"I-iya!" jawab Sam mengangguk cepat.

Sam sempat terpana beberapa detik dengan senyuman gadis itu.

"Tidak bisa! Sudah kalian berdua pergi dari sini!"

Kali ini gadis itu juga diusir bersamanya.

"Loh, kenapa saya juga ditolak pak?" tanya gadis itu sedih.

"KTP kamu belum diperpanjang! Sudah kalian berdua pergi, masih banyak kandidat lain yang melamar!" tuturnya dengan bibir maju.

"Ayo kita pergi saja dari sini!" gadis itu menarik tangan Sam untuk keluar dari sana.

"Ta-tapi pekerjaannya?!" Dia un jadi bingung.

"Sudah! Kita cari tempat lain saja!" ucapnya sambil berjalan pergi dari sana.

Setelah sampai di depan jalan masuk Hotel gadis itu bertanya pada Sam.

"Apa kamu masih ingin lanjut mencari pekerjaan hari ini?"

"Tentu saja, aku kan pengangguran!" jawab Sam tersenyum.

"Oh, ya namaku Sarah. Kamu?" gadis itu mengulurkan tangannya.

"Aku Sam. Masih ada lowongan di tempat lain. Apa kamu mau ikut?" tawarnya mencoba basa basi.

"Boleh. Aku sudah menyiapkan tiga lamaran hari ini!" ujarnya kembali ceria.

***

Sam dan Sarah pun naik angkot dan menuju Mall besar yang ada di kota itu.

Dia yang membayar ongkos mereka. Awalnya dia menolak tapi Sam tetap memaksa, membuat gadis itu berterima kasih berulang kali.

"Bagaimana kalau kita mulai mencari di restoran?"

Sam tidak sadar bahwa dia memasuki Mall yang sama dengan waktu tempo hari saat bertengkar dengan Reno.

Dari pintu masuk restoran Dinda berdiri dan menatap pria yang sangat dikenalnya.

"Apa itu, Sam?!"

Dinda memicingkan matanya melihat orang yang berjalan semakin dekat. Sementara Sam yang sadar bahwa ini restoran Reno, terlambat untuk mencegah Sarah masuk.

"Permisi, Mbak. Apa di sini ada lowongan? Saya dan teman saya mau melamar pekerjaan," ucap Sarah ramah dan sopan.

"Apa? Wah! Reno bilang kalau dia melihatmu masuk ke dalam apartemen mewah, tapi sekarang malah mencari pekerjaan. Aku semakin yakin kalau kau itu hanya supir! Baru jadi supir tapi sudah berlagak jadi orang kaya!" cibirnya dengan sinis.

Sarah yang tak mengerti karena Dinda yang tiba-tiba berkata begitu pada mereka jadi bingung.

Sam pun tidak ingin meladeni Dinda lagi.

"Sarah, ayo kita pergi dari sini!" Sam menarik lengan gadis itu untuk mengikutinya keluar.

"Kenapa? Kau malu? Sudah miskin tapi banyak tingkah!" ejeknya lagi.

"Bukan urusanmu! Sarah, ayo pergi!"

"Tapi itu … kita belum selesai, Sam?" Sarah tetap menunggu jawaban lowongan dari Dinda.

"Sudah, cari tempat lain saja!" Dia langsung menyeret Sarah untuk pergi dari sana.

Dinda kembali masuk sambil menghentakkan kakinya ke lantai karena kesal.

Sam mengajak Sarah langsung keluar dari Mall itu.

"Apa kamu mengenal wanita tadi?" tanya Sarah penasaran.

"Dia itu mantan pacarku. Sudah jangan lagi bahas dia!"

"Apa? Aku tidak menyangka kamu punya pacar bermulut pedas sepertinya," ucapnya dengan kekehan geli.

"Sudah lupakan! Sini kemarikan lamaranmu!" pinta Sam cuek.

"Untuk apa, Sam?" tanya gadis berhidung mancung itu bingung.

"Aku akan memberikan pada temanku. Dia bisa memberikanmu pekerjaan karena kamu perempuan, jadi lebih mudah diterima," jelasnya asal.

"Benarkah? Terima kasih, Sam!" Sarah pun menyerahkan satu map coklat berisi lamarannya.

"Sama-sama. Maaf ya karena aku, kamu tidak dapat pekerjaan tadi dan harus bersusah payah mencari pekerjaan lagi," ucapnya penuh sesal.

"Tidak masalah. Masih banyak mall dan hotel di kota ini. Lagipula aku lulusan sekolah kejuruan pariwisata, jadi aku bisa mencoba semuanya!" ujar gadis rambut hitam panjang itu bersemangat.

Sam merasa Sarah bukan hanya wanita yang baik hatinya tapi juga cerdas dan pantang menyerah dalam menjalani hidup. Dia suka itu.

"Oh, ya berapa nomor ponselmu?" pinta Sarah sambil merogoh ke dalam tasnya.

"Untuk apa?" tanya Sam polos.

"Tentu saja untuk menghubungimu. Jadi kalau ada lowongan, aku akan memberitahukan padamu nanti!" jelasnya girang.

"Hmmm. Catat saja nomorku. Ponselku rusak, jadi aku belum membelinya," ucapnya berbohong.

Tidak mungkin Sam mengeluarkan ponsel mahal miliknya di depan Sarah. Dia akan membeli ponsel murah nanti. Dia pun menyebutkan nomor ponselnya.

"Baiklah. Aku ingin pulang karena sudah lelah seharian ini. Kamu tinggal dimana?"

Sam tampak berpikir sejenak sebelum menjawab itu.

"Aku ngekos tidak jauh dari sini," jawabnya asal lagi.

Sarah mengangguk percaya saja dan pamit pulang.

Setelah memastikan angkot itu menjauh, Sam mengambil ponsel di saku celananya dan menghidupkannya. Dia akan menghubungi seseorang.

"Halo? Pak Yudi? Aku ingin menitipkan surat lamaran atas nama Sarah Andini untuk bekerja di Hotel Royal Venus. Benar! Oh, ya satu lagi, pecat staf bagian HRD yang bernama Ardy Kresna. Dia sudah membuatku kesal!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status